"Mengenang masa lalu, rasanya seperti menelan ribuan jarum."
-Antarez Putra Kasela-
********
Gemericik air hujan membasahi kota Byantara. Sang langit sedang bersedih, hanya awan pekat, gemuruh petir, serta ribuan panah air yang bisa seorang anak kecil lihat dari atas sana.
Anak kecil berusia sembilan tahun, sedang berdiri sendirian di depan pintu gerbang. Seraya kedua tangannya memegang, besi pagar dengan erat. Bibirnya biru, wajahnya lesu, ia kedinginan. Tapi entah apa, yang membuat dia bersikukuh ingin tetap berada di sana.
"Bunda," sebutnya gemetar, jari-jari tangannya mulai lemas. Sorot matanya tetap fokus pada jalanan kosong di depan rumah.
"Apa yang kau lakukan di sini, Papa sudah menyuruh mu masuk berulang kali," ucap Tuan Agral seraya membawa payung.
"Antarez gak mau masuk," geleng Antarez menatap wajah dingin Papa kandungnya itu.
"Antarez mau tetap di sini, Bunda sama Antariksa sudah janji bakal pulang. Mereka bilang cuman pergi sebentar," ujar Antarez kembali mengingat, apa yang Nyonya Mawar katakan sebelum benar-benar pergi dari rumah.
Semenjak kepergian Nyonya Mawar dan Antariksa, Antarez yang masih belum bisa memahami arti perkataan dari Bundanya. Anak itu selalu berdiri di depan pintu gerbang rumah, menunggu kedatangan mereka berdua, berharap Bunda dan adiknya itu pulang. Hal ini Antarez lakukan setiap hari, diwaktu yang sama.
"Mereka tidak akan pernah kembali lagi Antarez," sahut Tuan Agral dingin.
"Tapi kenapa?" tanya Antarez nampak kecewa. "Bunda sudah janji, Papa bohong!"
"Terserah, kalau kau tidak mau mendengar omongan Papa, maka teruslah hidup di dalam harapan kosong Bunda mu itu," jawab Tuan Agral begitu sakit di dalam hati Antarez. Kepala Antarez menunduk, semakin merasakan guyuran air hujan membasahi tubuh mungilnya.
Apakah perjuangannya selama ini sia-sia saja? Untuk apa menunggu sesuatu, jika orang yang kita harap tidak akan pernah kembali lagi.
"Papa kembali masuk, terserah kau Antarez. Kalau nanti tubuh mu mati menggigil kedinginan di sini, saya sama sekali tidak perduli," sarkas Tuan Agral lalu pergi begitu saja meninggalkan Antarez di sana.
"Tidak perduli? Memang siapa yang mau perduli kepada anak sepertiku ini?" batin Antarez mencengkram erat dadanya.
"Bahkan Bunda tega membohongi Antarez dan membawa jauh Antariksa bersamanya. Bunda meninggalkan Antarez sendiri di sini bersama Papa, Kakek bilang anak pertama harus mempunyai pundak yang kuat. Hiks, tapi ini terlalu berat Kek, Antarez kesakitan."
Ia meringkuk di depan pintu gerbang, membiarkan derasnya hujan mengguyur seluruh tubuhnya, Antarez ikut terhanyut dalam kesedihan. Dingin? Tidak mengapa, asalkan ada sedikit rasa lega selepas menumpahkan seluruh tangisnya.
*******
Suara deru mesin motor yang saling salip-menyalip di tengah jalan raya yang sepi. Balapan liar tengah dimulai malam ini, untuk memperebutkan gelar ketua geng mana yang pantas disebut terbaik.
Antarez, memacu sepeda motornya dengan kecepatan penuh, wajahnya nampak serius tersembunyi dibalik helm full face tersebut. Bibirnya tersenyum miring, saat mengetahui si lawan tertinggal cukup jauh di belakangnya.
"GASS REZZ!" teriak Garuda melihat sang ketua Antarez, kurang sedikit lagi mencapai garis finish. Teriakan semua orang semakin bergemuruh, disaat sepeda motor ninja berwarna hitam itu berhasil memenangkan pertandingan.
Kemenangan Antarez disambut bangga oleh seluruh anggota geng LEOPARD yang ikut menyaksikan. Antarez melepaskan helm full face itu, lalu turun dari atas joke motor. Senyuman sinis nampak begitu jelas ia tujukan kepada geng BLACK PANTHER.
Selang beberapa detik, sepeda motor lain yang menjadi lawan duel Antarez, baru saja sampai mencapai garis finish. Anak itu terlihat sangat marah, membanting helm full face yang ia pegang ke tanah.
"Kok marah boy? Gak terima kalah lo?" tanya Antarez menghampiri laki-laki tersebut.
"Bangsat! Jangan banyak gaya lo!" sarkas Regan memukul keras wajah Antarez.
"Shit! Maksud lo apa brengsek!" sahut Garuda tak terima melihat Antarez dipukul begitu saja oleh Regan.
Antarez meminta Garuda agar menahan dirinya, "Regan Regan, lo itu bencong tahu gak, dengan cara lo pukul gua, itu sudah membuktikan kalau lo adalah ketua geng yang lemah. Lihat, bahkan anggota lo sendiri aja malu lihatnya," ujar Antarez.
"Kita cabut," Antarez membalikkan tubuhnya, selepas selesai menyelesaikan pertandingan balap liar.
"Haha, tapi setidaknya gua punya keluarga yang care sama gua, bukan anak broken home macam lo!" sarkas Regan membuat Antarez naik pitam, ia langsung memutar badan lalu memukuli Regan tanpa ampun.
Antarez terus-menerus melayangkan pukulannya kepada Regan, sungguh brutal. Kata-kata dari anak itu tadi, mampu menyebabkan Antarez menggila. Sangat liar.
"Jaga omongan lo bangsat!" bentak Antarez memegang kerah jaket Regan, yang posisinya sudah telentang di atas tanah, dengan luka lebam di seluruh tubuhnya.
"Lo gak perlu ikut campur soal urusan pribadi gua! Kalau emang gua anak broken home lo mau apa!"
"Lo yang punya keluarga harmonis, orang tua lengkap, selalu dapat kasih sayang dari mereka. Gak akan pernah bisa mengerti, tentang diri gua yang sengsara!" pukul Antarez sekali lagi pada wajah Regan.
"fuck you Gan, sampai kapanpun gua gak bakal bisa lupakan apa yang lo ucap barusan," tekan Antarez menghempaskan cengkramannya kasar, lalu berdiri dan memerintahkan seluruh anggotanya untuk bubar.
********
"Orang sebut gua Raja, mereka bilang gua kuat. Bukan, bahkan tubuh gua aja penuh akan luka, gua cuman berusaha... Berusaha kuat di hadapan mereka semua."
-Antarez Putra Kasela-
°•••[KING]•••°
********
Yoo, sampai di sini dulu yah episodenya, semoga kalian suka:). Boleh dong pencet bintang sama kasih komen, biar makin semangat lanjut ke part berikutnya ❤️ papayo 🖐️
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...