"Kamu tuh lucu, kek kucing."
-Antariksa Gifar Kasela-********
Tubuh Antariksa masih membeku di ambang pintu, dia masih dibuat terkejut ternyata anak yang terluka tersebut adalah Antarez Kakak kandungnya sendiri.
Beberapa langkah mulai laki-laki itu ambil, mendekat ke arah brankar UKS. Walaupun agak ragu, tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terlanjur, toh Antariksa juga sudah membuat janji dengan temannya tadi.
"Ngapain ke sini?" ketus Antarez menatap tak suka kepada Antariksa.
"Ngobatin Kakak, terus apa lagi?" balas Antariksa mengambil kotak obat.
"Gua gak mau, cari anak PMR lain, jangan lo," tolaknya memalingkan muka.
Antariksa menghela napas berat, "anak PMR lagi ikut lomba, gak ada lagi, udah sini kakinya biar aku obati," jawab Antariksa meminta Antarez agar mendekatkan kaki kanannya yang terluka dibagian lutut.
"Sakit bego!" marah Antarez, ketika adiknya tiba-tiba saja mencengkram kuat pergelangan kaki kanannya itu.
"Kayaknya harus diamputasi deh Kak."
"Bangsat! Jaga omongan lo, gak lucu! Kalau punya dendam sama gua bilang!" Antariksa diam saja, dia pura-pura tuli ketika mulut Antarez terusan nyerocos tidak berhenti. Antariksa tetap melanjutkan tugasnya, yakni mengobati luka Antarez.
"Sudah," luka yang semula terbuka terasa sangat perih, sekarang sudah tertutup rapi oleh perban yang melingkar membalut lututnya, "gak sakit kan, gitu aja lebay."
"Mending Kak Antarez pulang aja, ini kaki Kakak juga terkilir, daripada nanti makin parah. Biar Antariksa yang mintain surat izin," usul Antariksa supaya Antarez bisa pulang dan beristirahat di rumah.
"Terus? Lo suruh kaki gua yang pincang ini naik motor, gitu? Mikir kali."
"Yaudah biar aku yang bonceng."
"Emang lo bisa bawa motor? Sepeda kayuh masih roda tiga, sok-sokan mau bonceng gua," ledek Antarez.
"Bi-bisa, Antariksa bisa bawa motor, Kakak aja yang gak tahu," balas Antariksa tak terima, dia sama sekali tidak menyukai gaya bicara laki-laki itu, sedikit tapi nyelekit.
"Oke, buktiin," ucap Antarez menantang, akhirnya mereka berdua pun keluar dari dalam UKS dengan Antariksa membantu memapah Antarez. Berjalan bersama menuju tempat parkir.
Sesampainya di sana, Antarez memberikan kunci motornya kepada Antariksa, dia memilih untuk berdiri di dekat pohon sembari menunggu si adik mengurusi kendaraan tersebut.
"Gila, gua lupa kalau motor Kak Antarez itu motor ninja, kalau gini sih susah bangke. Gua kirain Beat, Scoopy, Vario," batin Antariksa menelan ludah, tangannya sedikit gemetar hanya untuk memasukkan kunci tersebut ke kontak motor.
"Gimana Sa! Lama amat, lumutan gua nih!" teriak Antarez membuat tubuh Antariksa sedikit terguncang karena kaget, ish nyebelin banget sih, orang adiknya lagi tremor gini.
"Iyah Kak sabar," sahutnya lalu menyalakan mesin motor tersebut, dan menaikinya dengan hati-hati. "Bismillah ya Allah," batin anak itu menyebut.
"Yakin bisa Sa?" tanya Antarez untuk yang kesekian kalinya, dia masih menaruh rasa keraguan kepada kemampuan Antariksa.
"Udah kak naik aja!" titah Antariksa mulai kesal.
Pada awalnya masih lancar-lancar saja, Antariksa bisa membawa sepeda motor ninja itu cukup baik, dengan kecepatan sedang ia mengendarai kendaraan tersebut di tepi jalan, Antariksa tidak mau mengambil resiko ke tengah jalan.
"Pelan amat sih Sa, kayak bonceng anak kecil tahu gak, gak asik lo," ucap Antarez merasa bosan, yah mengingat lagi kalau dia adalah anak motor. Maka kecepatan tinggi itu jauh lebih menyenangkan.
"Hm," deham Antariksa tidak perduli, laki-laki itu tetap fokus dengan jalanan yang berada di depannya. Selang beberapa detik kemudian, tiba-tiba saja terdengar suara klakson mobil dari arah belakang.
Tttiiiiiiiiiiinnnnnn
Sontak anak itu panik, Antariksa langsung menancapkan gas begitu saja. Kecepatan motor itu sekarang benar-benar tinggi.
"Goblok Sa! Ngapain langsung lo gas tolol, berhenti gak!" bentak Antarez.
"Ga-gak bisa Kak," balas Antariksa ketakutan, tangan serta kakinya seperti sudah tidak bisa mengendalikan motor tersebut. Speedometer semakin naik, dari angka delapan puluh hingga seratus dua puluh kilometer per jam.
"Ck lo kalau mau bunuh diri jangan ngajak-ngajak orang! Gua masih mau hidup," ujar Antarez semakin memperkeruh pikiran Antariksa.
"LO BISA DIEM GAK KAK! BACOT MULU DARITADI, GUA GAS LAGI BEDA DIMENSI NIH!!!"
"ANTARIKSA LAGI PANIK." Mulut Antarez terbungkam, baru kali ini ia melihat Antariksa semarah itu.
"Haahh, sekarang dengarkan ucapan gua baik-baik. Santai Sa, jangan dibawa tegang, anggap aja jalanan ini kosong, gak perlu panik," Antarez mulai mencoba untuk menenangkan Antariksa, remaja tersebut mencoba mendengarkan benar-benar ucapan Kakaknya.
Hingga, speedometer motor mulai menurun, Antariksa mulai bisa mengatasi kepanikannya sendiri. Perlahan-lahan semuanya sudah kembali dengan normal. Kedua anak itu bisa bernapas lega.
"Sekarang gua minta lo berhenti!" titah Antarez tajam, meminta supaya Antariksa menepikan kendaraannya.
"Kok berhenti Kak, kan belum sampai," balas Antariksa gugup, melihat wajah Antarez yang tertekuk. Sepertinya, dia marah.
"Sekarang jujur sama gua, lo bisa bawa motor apa enggak?" tanya Antarez sedikit memberikan penekanan.
"Bisa," jawab Antariksa sedikit ragu.
"Terus kenapa di klakson dikit sama orang panik lo, main bawa-bawa nyawa lagi. Kalau mau mati, masuk sendiri sana ke jurang, jangan ngajak-ngajak gua lo."
Kepala Antariksa hanya bisa menunduk, dia merasa takut. "Iyah Kak maaf," lirih Antariksa meminta maaf.
"Biar gua yang nyetir."
"Tapi kan kaki Kakak sakit."
"Hm, gua udah biasa," balas Antarez dan naik ke atas motornya, Antariksa dibuat melongo. Kalau begini ujungnya, lalu kenapa tidak dari awal saja laki-laki itu yang membonceng dirinya.
"Kalau gua bisa tonjok, gua tonjok itu muka," batin Antariksa dibuat geram, tangannya sudah mengepal erat sedari tadi.
"Naik!" titah Antarez.
"I-iyah," jawab Antariksa lalu segera naik ke atas motor Antarez. Sekesal apapun dia kepada Kakaknya, Antariksa tetap saja tidak akan bisa berbuat apapun. Sebab dimatanya, Antariksa tetaplah seperti anak kucing yang imut.
°•••[KING]••°
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...