"Berkat mu, dunia ku berubah tak lagi putih abu-abu."
-Aqila Ardelia Putri-
********
Di taman belakang sekolah, suasananya cukup sepi. Mungkin karena hari ini sekolah mereka tengah sibuk mempersiapkan acara pagelaran seni kelas sepuluh, di aula besar. Oleh sebab itulah, Antarez memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membaca buku sendirian di tempat itu.
Ia memang sengaja memilih taman belakang sekolah sebagai pilihan, daripada perpustakaan, Antarez mau mencari suasana baru.
Bagi orang yang kurang gemar membaca, Antarez bisa dibilang dibuat sangat tertarik oleh sebuah buku yang tengah ia baca sekarang. Kalau biasanya satu lembar dua lembar saja dia sudah tidak kuat, sekarang berbeda. Laki-laki itu bahkan sudah hampir menyelesaikan setengahnya.
Buku yang berjudul 'belajar bahasa isyarat'. Benar, itulah buku yang tengah Antarez baca sekarang, kedua tangannya juga ikut bergerak mengikuti instruksi yang diberikan oleh buku tersebut. Entah apa yang menjadi alasan kuat Antarez mau mempelajari jenis buku seperti itu, tapi kalau kalian mau tahu. Setiap kata demi kata yang ia pelajari, nama Aqila selalu saja muncul dalam ingatannya.
"Susah juga ya ternyata," keluh Antarez merasa kesusahan dengan beberapa huruf. Padahal, pertama kali ia berpikir dalam waktu tiga hari saja dia pasti bisa menguasai semuanya, ternyata tidak. Sekarang bahkan sudah satu Minggu, namun hanya beberapa kata sederhana yang ia hafal.
"Kalau gue aja kesusahan, apalagi dia," lirih Antarez kembali teringat bagaimana setiap kali Aqila berbicara dengan dirinya menggunakan bahasa isyarat.
"Mungkin nanti lo nggak perlu tulis apapun lagi yang mau lo bicarakan ke gue, Aqila," ucapnya tersenyum manis. "Gue sedang berusaha mempelajari bahasa lo sekarang."
"Apa nanti gue datang ke panti asuhan aja ya, udah lama juga gue nggak ketemu sama dia," pikir Antarez berencana sepulang sekolah untuk menemui Aqila. Dia juga ingin belajar bersama anak itu, pasti akan menyenangkan.
"Eh wajah gue nggak kelihatan! Geser dikit dong!" atensi Antarez seketika beralih kepada sekelompok remaja di kursi taman dekat air mancur, tampaknya mereka tengah mengambil video.
"Pakai filter nya dong, wajah gue jadi jelek nggak kelihatan cantik, kan jahat," kesalnya dengan nada centil.
"Huh iya-iya bawel banget sih," balas temannya sesudah mengoleskan sedikit liptint di bibirnya. Musik diputar, perekam video menyala, tanpa rasa malu keempat laki-laki tersebut berjoget seperti perempuan, memamerkan pinggul mereka seraya membusungkan dada.
"Cih, dasar bebek sawah," sinis Antarez menyeringai, telinganya terasa sangat geli ketika mendengar suara tertawa mereka.
Sebagai anak motor yang suka tawuran, dan dibesarkan di lingkungan yang keras. Ada rasa amarah yang cukup besar ketika melihat sekelompok remaja seusianya melambai seperti itu.
"Apa gue harus melakukan sesuatu?" batin Antarez dan memutuskan untuk menghampiri mereka.
"Yey videonya sudah jadi, jangan lupa kirim ke gue ya say, mau gue upload ke status soalnya," ucapnya setelah selesai mengambil video.
"Woy lo berempat!" teriak Antarez dengan jarak sedikit jauh dari sekumpulan remaja tersebut, dengan bersamaan membuat kepala mereka menoleh kepadanya.
Tatapan Antarez terlihat dingin, kekesalannya semakin menjadi ketika menyadari kalau rata-rata wajah mereka juga memakai make up seperti seorang gadis. "Kenapa nggak punah aja sih modelan begini," batinnya kesal, memandang penampilan mereka yang mengenakan baju seragam ketat, serta celana pensil.
"Eh ada Antarez, sini Rez foto bareng kita yuk!" ajak salah satu mereka sembari melambaikan tangannya kepada Antarez.
"Lo semua sudah mengganggu waktu belajar gue, gue minta kalian pergi dari tempat ini sekarang juga," titah Antarez tanpa menunjukkan sikap ramah sama sekali.
"Apaan sih, emang taman sekolah ini punya lo? Main usir orang aja, kita lagi sibuk bikin video tahu gak!" balas mereka menyolot.
"Bener, cih cowok apaan lo, sok cool sok keren. Minimal jadi cowok tuh jago joget!" tambahnya sambil goyang pargoy.
Haha, apakah ini sebuah lelucon? Jadi ini generasi muda yang sering digaungkan oleh semua orang? Yang katanya menjadi harapan bangsa. Apakah ini hasilnya? Tidak heran kalau bangsa ini mudah dijajah, jika para generasi mudanya saja melenggak-lenggok seperti ini.
Antarez berjalan beberapa langkah menghampiri salah seorang dari mereka, ia berdiri seolah-olah tengah mengintimidasi pemuda tersebut. "Kalau minimal menurut lo itu jago joget, tapi minimal gue buat lo semua itu ini!"
Bugh!
Antarez melayangkan pukulannya tepat di rahang bawah laki-laki itu, sampai membuatnya terjatuh. "Pergi dari hadapan gue jauh-jauh, kalau masih berani muncul ubah sikap lo itu," tegas Antarez dengan tangan kanannya masih mengepal kuat.
"Dan satu lagi, ini sekolah bukan tongkrongan banci," pungkas Antarez lalu berbalik badan dan melenggang pergi.
"Ck, mereka setiap hari rajin sunat terus kali ya sampai habis. Bisa-bisanya melencengnya jauh," batinnya tak habis pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...