Elara pulang dengan perasaan kecewa, dia merasa gagal menjadi seorang ketua, bahkan untuk memperjuangkan markasnya saja pun gadis itu tidak bisa. Walaupun seluruh anggota geng OWL GIRLS merasa tidak masalah dengan hal tersebut, tetap saja hati Elara masih tidak terima.
"Elara anak Mama sayang kok baru pulang?" sambut Nyonya Miranda di ruang tamu, wajah putri kesayangannya itu nampak lesu.
"Wajahnya kok cemberut terus? Kenapa-kenapa? Sini cerita sama Mama," sambung Nyonya Miranda seraya meraih lengan Elara untuk duduk di sebuah sofa.
"Elara baik-baik aja, cuman lagi badmood," balas Elara enggan untuk memberitahu, memang mau bagaimana lagi? Bahkan Mamanya itu pun tidak mengetahui kalau Elara bergabung dalam geng motor, bisa-bisa bukan nasihat malah amukan murka yang ia terima.
"Oh yah nak, Mama mau bicara serius sama kamu. Elara dengerin Mama yah!" ujar Nyonya Miranda, nada bicara wanita itu mulai berubah. Elara paham, dia mencoba mendengarkan baik-baik apa yang akan Nyonya Miranda katakan.
"Elara kan sudah besar, sebentar lagi juga mau lulus sekolah. Mama mau bukan cuman karir kamu saja yang sukses, Mama juga mau Elara punya jodoh yang baik. Jadi, Mama sudah menemukan laki-laki yang cocok untuk kamu," ucap Nyonya Miranda membuat mata serta mulut Elara membulat sempurna.
"MAMA MUA JODOHIN AKU!" teriak Elara menggelegar satu rumah.
"Iyah," angguk Nyonya Miranda mencoba tetap sabar, walau kedua telinganya sudah sakit nyut-nyutan akibat teriakan dinosaurus dari Elara.
"Sama siapa? Entar jodohnya Om-om lagi."
"Yah enggaklah! Buat apa Mama jodohin kamu sama Om-om, yang bener aja. Ini, Mama sudah punya foto anaknya, coba kamu lihat, ganteng kan?" jawab Nyonya Miranda mengeluarkan sebuah foto kecil dari dalam saku celananya, dan ditunjukkanlah kepada Elara.
-Antarez Putra Kasela-
"What!" batin Elara menjerit histeris, "kenapa harus dia sih!"
"Dia anaknya temen Mama, Tuan Agral. Cowok yang baru ketemu sama kita tadi pagi di kantor, kamu masih ingat kan? Hehe, Mama sengaja maksa kamu supaya mau ikut ke sana, biar kamu bisa lihat sendiri gimana anaknya."
"Kamu pasti suka kan El? Pasti dong, pilihan Mama gitu loh," goda Nyonya Miranda sambil mencolek gemas bahu putrinya.
"Gak! Elara gak suka! Ganteng apaan, jelek anaknya." Kalau boleh jujur, dibilang ganteng sih iyah, bahkan Elara mengakui hal itu. Namun, sejak pertemuan mereka berdua di markas geng OWL GIRLS, kesan kagum kepada lelaki itu seketika hangus.
"Jelek darimana sih sayang? Mata kamu lagi sakit yah? Orang cakep banget gini kok dibilang jelek, aneh kamu," sahut Nyonya Miranda memegang foto Antarez, semakin mendekatkan wajahnya pada benda persegi itu.
"Tapi aku gak suka, tipe Elara bukan dia," balas Elara.
"Gaya kamu pake tipe-tipe an segala, memang tipe kamu seperti apa Mama tanya? Cowok-cowok fiksi yang sering kamu baca di novel itu? Itu gepeng Elara, halu! Ini dunia nyata bukan khayalan," ujar Nyonya Miranda berharap bisa menyadarkan anaknya. Berkhayal boleh, tapi jangan ketinggian, apalagi sama fiksi.
"Pokoknya Mama sudah jodohkan kamu sama dia, Tuan Agral juga sudah setuju. Besok, berangkat sekolah Mama gak nganterin kamu, Antarez bakal ke sini buat jemput," sambungnya lalu berdiri dari tempat duduk, dan berjalan pergi meninggalkan Elara seorang diri.
"WHAT! ENGGAK MAMA ELARA GAK MAU!" teriak Elara sekencang-kencangnya.
********
Keesokan harinya, Nyonya Miranda menyuruh kepada Elara untuk segera turun ke bawah, karena sudah ada seseorang yang menunggu gadis itu di luar rumah.
"Semangat sekolahnya sayang," ujar Nyonya Miranda dengan nada sedikit menggoda.
"Hm," deham Elara malas, kakinya melangkah lemas menuju pintu keluar, padahal ini masih pagi.
"Sial, kenapa harus dijemput sama dia sih!" batinnya sebal, baru saja keluar dari pintu rumah. Pemandangan gadis itu sudah disambut oleh keberadaan Antarez yang berdiri di samping mobil seraya memainkan handphone.
Mengetahui kedatangan Elara, Antarez kembali memasukkan benda pipih tersebut ke dalam saku jaket hitamnya, dan membukakan pintu mobil untuknya.
Saat dalam perjalanan, kedua manusia itu tidak saling berbicara. Elara menyibukkan matanya dengan buku novel yang ia baca, dan Antarez mengemudi mobil.
"Hah, gua manusia loh bukan patung," desah Elara bosan, menutup bukunya dengan perasaan kesal.
"Ck, ngomong dikit dong say, jangan irit-irit sama suara," sambung Elara karena Antarez hanya mengacuhkannya.
"Hm," balas Antarez hanya berdeham.
"Rez, emang lo sudah tahu kalau kita berdua."
"Dijodohkan," potong Antarez, "gua tahu soal itu."
"Terus lo gak berontak atau marah gitu sama Papa lo? Harusnya lo itu kesel gak sih?"
"Enggak. Gua biasa aja."
"Tapi kan Rez, aarggh masalahnya itu gua paling gak suka dijodoh-jodohin kayak gini, gua mau cari cinta gua sendiri," balas Elara. "Gua gak suka dipaksa."
"Emang lo gak ada cewek yang lo suka?"
"Gak," pandangan Antarez terus fokus ke depan. "Sejak Bunda gua pergi, gua sudah lupa bagaimana cara mencintai seseorang," lirih Antarez sangat pelan, bahkan Elara tidak bisa mendengar apa yang laki-laki itu katakan.
"Kalau lo memang gak terima soal masalah perjodohan ini, gak masalah. Kita coba bertahan tiga bulan aja, tanpa melibatkan perasaan apapun, setelah itu lo bisa lakukan apapun yang lo mau."
"Maksud lo, setelah tiga bulan kita gak terikat hubungan apapun lagi?" tanya Elara.
"Iyah, gua bakal berusaha untuk membatalkan ini semua," balas Antarez.
"Emang lo gak ada rencana buat suka sama gua?" tanya Elara.
"Enggak, buat apa gua harus suka sama lo?" jawab Antarez tertawa sinis.
"Dasar!" batin Elara mengumpat, bagi seorang Elara Queen Maharani, belum pernah dia mendapat tolakan halus seperti ini. Sebagai mantan fuck girl, yang memiliki 385 mantan, jiwa gadis itu meronta-ronta, ia tertantang untuk membuat laki-laki yang duduk di sebelahnya itu jatuh cinta kepada dirinya.
"Suatu saat nanti, gua bakal bikin lo merubah kata-kata lo barusan."
"Sudah sampai," ujar Antarez memberhentikan mobilnya dekat gerbang sekolah Elara.
"Oh yah, sebelum gua keluar. Gua ada permohonan, gu-gua pasti bakal jadi calon istri lo kan di masa depan? Jadi gua mau lo cabut semua hukuman yang lo kasih ke geng gua," pinta Elara sedikit gugup.
"Hukuman tetap hukuman, lagipula masih calon kan, belum tentu jadi," balas Antarez membuat Elara menggeram kesal, sungguh menguji jiwa dan raga.
°•••[KING]•••°
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...