Eps 30

531 33 3
                                    

Antarez bersama kedua temannya—Garuda dan Zavian. Sekarang sudah berkumpul di lapangan sepak bola SMA Darmawangsa. Mereka tidak sendirian, Reo dan kelima temannya juga datang, untuk duel sepak bola melawan tim Antarez.

"Da, ngapain banyak cewek di sini?" tanya Zavian melihat kurang lebih puluhan siswi berada di sekitaran lapangan sepak bola untuk menonton pertandingan.

"Gue yang suruh mereka datang," jawab Garuda, setelah mengetahui kalau mereka akan tanding. Garuda cepat-cepat mengirim pesan di grup chat kelas, serta beberapa anak yang mengidolakan Antarez, meminta kepada mereka untuk datang dan memberikan dukungan.

"Yang namanya pertandingan itu Za, harus ada penontonnya, kalau gak ada penonton bukan duel namanya, sepi."

"Serah lo deh, eh ada Samudera juga!" ujar Zavian terkejut dengan kedatangan Samudera, dalam posisi berjalan menghampiri mereka.

"Ya iyalah, gue suruh Samudera dateng buat jadi kiper, gue juga suruh Sean dateng ke sini buat jadi wasit," jawab Garuda.

"Gercep banget lo Da," heran Zavian dengan sifat Garuda yang sat set sat set langsung kelar.

Samudera datang dan berdiri di sebelah Garuda, tanpa aba-aba, tangan kanan anak itu langsung melayang dan menampar pipinya. //PWOK//

"Bangke lo dateng-dateng tampar pipi gue, maksud lo apa!" marah Garuda merasakan pipinya yang panas.

"Harusnya gue yang marah sama lo! Orang lagi enak-enak tidur malah spam telepon, awas aja lo kalau tim kita kalah lawan adek kelas, seumur hidup gue gak bakal maafin lo," balas Samudera.

"Iya, kita pasti menang kok, lawan tim kroco, ah gampang," remeh Garuda tidak memandang kuat tim lawan.

"Jadi tanding apa ngegosip?" sahut Antarez.

"Siap Pak ketua," balas Garuda lalu meminta kepada Zavian dan Samudera segera mengambil posisi. Begitupun juga dengan anggota kelas sepuluh, mereka juga sudah siap di posisi masing-masing.

Sean sebagai wasit, mulai membunyikan peluit sebagai tanda dimulainya sebuah permainan. Dengan bola di tim kelas sepuluh.

//Priiiitttt//

Permainan pun dimulai, suara teriakan dari siswi-siswi di tepi lapangan sepak bola semakin memeriahkan suasana. Anggota tim dari kelas sepuluh masih menguasai bola, sejauh ini masih sesuai dengan rencana mereka.

Sampai Reo si kapten, memberikan tendangan cukup kuat ke arah gawang, bola itu melesat seperti peluru dan masuk.

"Gooolllll!!!!!" senang Reo melakukan selebrasi, disusul dengan seluruh anggota timnya yang berlari ke arah anak itu untuk memberi selamat.

"Keren lo boy!"

"Sip, kalau begini terus kita bisa menang."

"Yah kok gol sih mereka," kecewa siswi-siswi yang baru saja menyaksikan Reo berhasil memasukkan bola ke gawang tim Antarez.

"Ck ah! Kebobolan satu gol," kesal Zavian, hal ini dikarenakan mereka kalah jumlah. Enam lawan empat, apa kira-kira ada kesempatan untuk menang?

"Woy brengsek Garuda! Lo kalau main yang bener dong! Gue gak mau harga diri gue jatuh di depan adik kelas!" marah Samudera.

"Bangsat, lo juga jadi kiper gak becus tangkep bola! Main ngatain orang brengsek," sebal Garuda ikutan tersulut emosi.

Melihat tim lawan tengah adu mulut, saling menyalahkan satu sama lain. Reo tersenyum smirk, anak itu berjalan beberapa langkah lebih mendekat ke arah mereka. "Jadi ini permainan juara nasional? Hm, lemah," remeh Reo menatap rendah.

KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang