Sesampainya di rumah Antarez, anak itu menyuruh kepada sopir pribadinya untuk mengantarkan Antariksa kembali ke sekolah. Lalu dia, berjalan melewati tangga-tangga kecil di sana, menghampiri pintu berwarna coklat tersebut.
Antarez membuka pintu, "kau sudah pulang? Kebetulan, saya ingin membicarakan sesuatu yang penting denganmu," sambut Tuan Agral, membuat Antarez terkejut dengan keberadaannya.
Tuan Agral meminta Antarez untuk masuk ke dalam, mereka berdua duduk di sebuah sofa ruang tamu. Suasananya terasa cukup dingin dan canggung, karena bisa dibilang jarang sekali kedua ayah dan anak itu berbicara satu sama lain.
"Bagaimana sekolah mu hari ini? Lancar-lancar saja?" tanya Tuan Agral membuka suara.
Antarez tertawa renyah, "langsung saja pada intinya Pa, tidak perlu bersikap seperti orang tua yang baik kepadaku," balas Antarez tersenyum smirk.
"Baiklah, besok akan ada pertemuan penting di kantor Papa, semua pemimpin perusahaan terkenal akan hadir di sana. Saya mau kamu juga datang untuk menemani Papa," ujar Tuan Agral.
"Hanya untuk ini, Papa sampai mengatakan kata manis di awal tadi? Memang benar, manusia akan bersikap seperti malaikat jika ada maunya saja," jawab Antarez.
"Tidak, aku tidak mau datang menemani Papa," sambung Antarez menolak.
"Kenapa? Kau tidak perlu melakukan apapun di sana, hanya menemani ku saja. Apa itu susah? Lagipula, kita sudah lama tidak pernah menghabiskan waktu bersama bukan," ucap Tuan Agral berusaha membujuk Antarez agar menerima ajakan dari dirinya.
"Sekalinya keluar karena urusan pekerjaan, lucu sekali, hubungan keluarga ini rasanya sudah seperti majikan dengan budak saja," senyum Antarez lalu bangkit dari tempat duduknya.
"Baiklah, aku ikut," pungkasnya dan pergi naik ke atas tangga, menuju kamar.
Tuan Agral melihat punggung putranya cukup lama, ia menghela napas kasar. Mungkin, pendekatan kepada anak sendiri juga penting. Antarez memanglah laki-laki yang penurut, akan tetapi sebelum ia mau mengikuti kemauan Papanya, mereka berdua harus beradu mulut terlebih dahulu.
Di dalam kamar Antarez, remaja berambut hitam itu termenung, berdiri di depan jendela kamar dengan tirai putih setengah terbuka.
Raut wajahnya kosong, tanpa ekspresi. Iris mata nya tengah fokus pada pemandangan sendu namun juga menyenangkan. Entah kenapa hal itu begitu menarik perhatiannya. Antarez melihat, seorang anak kecil sedang bermain bola bersama sang Ayah, di halaman rumah mereka.
Sekarang Antarez sedikit mengalihkan pandangannya, kepada anak laki-laki kecil yang sedang memegang sebuah bola, hampir semua giginya terlihat karena tertawa, begitupun juga dengan si Ayah, kerutan senyum di sekitar mata, terlukis di wajah pria tersebut.
Tanpa sadar bibir Antarez ikut mengembang, reflek begitu saja. Sebelum pada akhirnya, dia kembali teringat kata-kata apa yang baru saja Tuan Agral katakan kepadanya. "Bagaimana sekolah mu hari ini? Lancar-lancar saja?"
"Bullshit!" itulah kata pertama yang mampu Antarez berikan untuk satu kalimat murahan tersebut. "Sejak kapan dia perduli sama gua? Dia bisa bersikap baik hanya karena ada maunya saja."
"Dan besok gua diminta hadir ke acara penting di kantor perusahaan dia, lalu berakting kepada semua orang kalau Papa adalah orang tua yang baik." Gelakan tawa keluar dari dalam mulutnya, Antarez mengasihani takdir hidupnya sendiri yang begitu menyedihkan.
"Hm," handphone anak itu berbunyi beberapa kali, ada sebuah notifikasi pesan yang masuk.
"Garuda," gumam Antarez mendapati pesan chat cukup banyak dari Garuda. Biasalah, Garuda itu memang rajanya spam, jadi Antarez harus ekstra lebih sabar untuk menghadapi temannya yang satu ini.
Antarez menekan bar notifikasi di layar handphonenya, untuk membuka sebuah pesan yang dikirim oleh Garuda.
-Garuda-
Garuda:
Antarez, oy Antarez!Garuda:
*Assalamualaikum, maaf lupa salam heheGaruda:
Rezz!!! Sombong amat lu yak, mentang-mentang kaki sakit jadi pulang cepet.Antarez:
Waalaikumussalam, emang lo masih di sekolah?Garuda:
Udah balik lah gua, kan guru pada rapat jadi satu sekolah dipulangin. Enak gak? Enak gak? Manteplah masa enggak.Antarez:
Lu gak jelas banget Da sumpah, mending lo cepetan ngomong sama gua sebenarnya ada apa? Pasti ada yang bikin lo seneng kan, makanya chat lo jadi alay begini.Garuda:
Hehe, tahu aja. Kamu peka banget sih! Jadi pengen peyuk. Jadi gini, tadi pas aja pulang sekolah ada yang ketok pintu rumah gue Rez.Antarez:
Terus?Garuda:
Dia bilang gini, "assalamualaikum paket" gua langsung gercep bukain pintu dong, gua semangat banget hari ini Rez akhirnya paketan gua tiga bulan lalu udah dateng!!!!!Antarez:
Lama bener tiga bulan baru datang sekarang paketan lo, emang lo pesen apaan sih?Garuda:
Entah, pokoknya waktu itu tokonya bilang kalau barang yang gua pesen lagi abis stoknya, dan mereka janji bakal buat lagi. Lah gua gak pernah nyangka bakal selama ini.Garuda:
Tapi gua mah gak perduli, mau selama apapun yang penting sekarang barang yang gua sudah dateng.Antarez:
Emang lo pesen apa?Garuda:
Ini
[Mengirim foto]
Garuda:
Bagus gak Rez? Gua pesen ini buat gua tidur, lucu yah! Lo mau juga enggak? Mumpung ada nih tapi warna pink, lucu tahu, apalagi couple an.Garuda:
Gua pesenin yah! Tenang, biar gua aja yang bayar.Antarez:
Gak!Garuda:
Kenapa Rez, gemoy tahu.Antarez:
Stres lo Da, gimana kalau anak-anak LEOPARD pada tahu wakil ketua geng mereka kayak gini. Gak malu?Garuda:
Buat apa gua harus malu, gua begini mah ke orang-orang tertentu aja. Yaudah gua mau off dulu yah.Garuda:
Oh yah, soal omongan gua tadi gua udah jadi pesenin buat lo juga, katanya tiga hari lagi barangnya dateng. Kalau udah sampai jangan lupa difoto yang Rez, harus lo pake, mau gua kirim ke tokonya soalnya, biar gua tahu juga barangnya bagus apa enggak.Garuda:
Oke, assalamualaikum"Waalaikumussalam," balas Antarez mengeraskan rahang, untung posisi Garuda sekarang lagi ada di rumahnya. Jika saja anak itu sedang berada di dekat Antarez, tidak segan-segan ia akan menggunakan Garuda sebagai samsak tinjunya saat ini.
°•••[KING]•••°
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...