Akhirnya, Antarez kembali masuk ke dalam sekolah dengan perasaan kesal, entah siapa perempuan itu yang berani datang kemari setelah selesai membuat masalah dengannya, sambil memaksa untuk menerima pemberian coklat dari dirinya. Antarez bukan tipe orang yang suka dipaksa, terutama oleh orang asing.
"Kok ngomongnya sama cewek gitu sih boy?" terlihat Garuda berdiri di dekat pintu masuk, anak itu sudah melihat semua apa yang terjadi di dekat gerbang sekolah.
"Hm," deham Antarez nampak acuh, ia melanjutkan langkahnya begitu saja tanpa memperdulikan keberadaan Garuda.
"Harus kalem dong kalau bicara sama cewek," tutur Garuda berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Antarez.
"Kalau lo terlalu dingin sama perempuan, gua takutnya entar lo gak bisa dapet bini Rez, emangnya lo mau jadi berondong tua?"
"Gua tipe semua cewek, gak perlu khawatir soal jodoh," balas Antarez tersenyum smirk.
"Bangsat lo," sebal Garuda menatap sinis kepada Antarez. Memang tidak ada lagi yang bisa meragukan ketampanannya, bahkan tanpa diminta pun, orang-orang bisa dibuat jatuh cinta kepada Antarez hanya sekali pandang saja.
"Kak!" sapa Antariksa yang tengah berjalan bersama kedua temannya, yakni Hans dan Bams. Mereka bertiga tidak sengaja berpapasan dengan Antarez dan Garuda.
"Woy! Antariksa sapa lo!" sahut Bams sebab Antarez tidak menghiraukan panggilan dari Antariksa.
"Sombong amat jadi anak," tambahnya membuat Antarez berhenti, dan berbalik badan.
"Sorry, gua kira gak ada orang tadi," balas Antarez datar. Kedua manik matanya sungguh malas hanya untuk menatap wajah adiknya sebentar saja.
"Kakak lo Sa, sok jadi orang," bisik Hans kepada Antariksa yang berdiri di sebelahnya.
"Hey, kalau ngomong langsung ke orangnya dong, gua ada di sini," ujar Antarez juga mendengar bisikan dari anak itu, "kalau ngegosip kurang kecil suara lo, telinga gua gak tuli brengsek!" pukul Antarez tepat mengenai wajah Hans, sebuah pukulan yang cukup keras sampai membekas luka lebam kebiruan di wajahnya.
"Bangsat! Jangan main kasar brengsek!" marah Bams hendak ikut maju untuk melawan Antarez, tapi seketika niat itu gugur, saat mendapatkan tatapan tajam seperti pisau dari laki-laki tersebut.
"Cih, omong doang besar, tapi badan letoy, cowok apa cewek lo," remeh Antarez tertawa renyah.
"Kak," panggil Antariksa tak percaya melihat perlakuan apa yang baru saja kakaknya itu perbuat, "kakak kenapa pukul teman Antariksa?" tanya Antariksa nampak kesal.
"Kenapa? Lo gak suka? Lo sama aja seperti mereka berdua, haha dasar circle gosip."
"Oh yah gimana tadi obrolan lo sama Bunda? Enak banget yah jadi putra kesayangannya dia, jadi iri gua," pungkas Antarez tersenyum miring, dan memutuskan untuk pergi.
Antariksa menggigit bibir bawahnya, sembari melihat punggung lebar Antarez yang semakin menjauh dari hadapannya.
"Hans, lo gak kenapa-kenapa?" tanya Antariksa khawatir.
"Gua oke Sa, gila sakit banget pukulan dia, tangan Antarez daging apa besi sih," balas Hans meringis, menggosok-gosok bagian pipi kiri, bekas pukulan Antarez tadi.
"Batu! Makanya, udah gua bilangin dari dulu, kalau punya mulut itu dijaga, jangan suka ngomongin orang, apalagi lo tahu sendiri si Antarez itu anaknya gimana," celetuk Bams.
"Mana tadi ketiak gua gatel lagi, mau gua garuk tapi masih ada mereka. Jadi harus stay cool," sambung Bams.
"Kampret! Temen lagi digebukin sempet-sempetnya ketiak lo gatel Bambang! Gua cukur juga yah bulu hutan lo!" kesal Hans.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...