Eps 19

549 40 43
                                    

"Akan ku tunjukkan hal paling menyenangkan di dunia ini, hingga kau lupa caranya bersedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akan ku tunjukkan hal paling menyenangkan di dunia ini, hingga kau lupa caranya bersedih."

-Elara dan Kana-

********

Masih di tempat yang sama, yakni perpustakaan. Semua siswa sebelas Bahasa 2, mulai keluar satu persatu dari dalam sana, sembari membawa buku yang telah mereka pinjam untuk bahan tugas bahasa Indonesia.

"Buset Manda, banyak bener buku yang lo pinjem, yakin kelar sebulan?" Sean melongo melihat banyak sekali buku yang dipinjam oleh Manda, hingga Rasya pun ikut membantu untuk membawakannya.

"Bukannya perpustakaan cuman boleh pinjem tiga yah?" sahut Garuda.

"Lo gak tahu, tadi dia habis otot-ototan sama guru penjaga perpus cuman gara-gara buku. Nih anak emang maksa banget mau bawa semuanya, heran gue," balas Rasya.

"Buku itu jembatan ilmu sayang," ujar Manda sekali lagi, dengan kata-kata mutiaranya.

"Bacot Man."

"Eh Rez, lo jadi pinjem buku apa? Lihat dong uhuy," tanya Garuda kepada Antarez.

"Gak perlu, gak penting juga," dingin Antarez menyembunyikan benda tersebut di belakang tubuhnya.

"Yaelah pelit banget jadi anak, yaudah lah, yuk balik ke kelas!" akhirnya, mereka berlima pun berjalan bersama-sama menuju ke kelas, namun tidak untuk Antarez. Ia terpaksa berhenti di tengah jalan sebab mendapatkan sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal.

-+62081234567-

[Nomor tidak dikenal]:
Permisi

[Nomor tidak dikenal]:
Apa benar ini nomor Antarez?

Antarez:
Iyah, lo siapa?

[Nomor tidak dikenal]:
Gua Kana, temennya Elara.

Antarez:
Owh, lo dapet nomor gua darimana?

[Nomor tidak dikenal]:
Ada lah, gua cuman mau ngobrolin sesuatu yang penting, lo ada waktu gak?

[Nomor tidak dikenal]:
Woy bales dong! Jangan dibaca doang.

Antarez:
Chat di sini aja

[Nomor tidak dikenal]:
Gak bisa, kalau gua kasih tahu di sini malah kepanjangan entar. Kita ketemuan aja, di cafe sebelah hutan kota pulang sekolah. Bisa kan?

[Nomor tidak dikenal]:
Gua harap lo bisa datang, ini penting.

Tatapan Antarez masih terpaku pada pesan chat yang terdapat di layar handphonenya. Selang beberapa detik kemudian, kedua ibu jarinya sibuk mengetik sesuatu pada keyboard.

Antarez:
Oke.

********

Sepulang sekolah, Antarez bergegas pergi ke parkiran untuk mengambil motornya, lalu segera pergi menuju sebuah cafe dekat hutan kota untuk menemui Kana.

Seorang gadis cantik, dengan rambut pirang terurai dan mengenakan topi hitam. Ia duduk di kursi dekat jendela kaca besar, hingga Antarez dapat langsung mengetahui dimana keberadaannya.

"Gua senang lo dateng," sambut Kana melihat kedatangan Antarez, dan duduk di sebuah kursi, semeja dengan anak itu.

"Hal penting apa yang lo maksud?" tanya Antarez langsung pada intinya.

"Wait, sabar dulu dong, gua sudah pesenin kopi buat lo, minum dulu!" balas Kana.

"Dengan gua datang ke sini, lo sudah membuang lima belas menit waktu berharga gua. Jadi lebih cepat lo bilang, atau gua akan pergi."

"Huft, iyah-iyah si paling sibuk," kesal Kana, "kalau lo emang maksa," selembar kertas ia keluarkan dari dalam tas yang terletak di sisi kanan gadis tersebut, dan menaruhnya ke atas meja.

"Itu hasil pemeriksaan gua ke dokter hari ini."

"Terus?" tanya Antarez yang masih belum mengerti.

"Lo dijodohkan sama dia kan? Gua sudah denger sendiri dari mulut Elara. Walaupun pertama kali gua kesal, karena dia harus dapat pasangan brengsek macam lo. Tapi disisi lain gua juga bersyukur," balas Kana dengan kedua sudut bibir mengembang.

"Akhirnya akan ada seseorang yang bisa jagain dia, sebelum gua meninggal."

Antarez dapat melihat manik mata Kana berkaca-kaca, setetes bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Gadis itu menunduk, mengusapnya menggunakan tisu.

"Sorry," ucap Kana mencoba untuk menahan supaya tidak semakin larut dalam emosinya. "Dokter bilang hidup gua sudah gak lama lagi, sakit gua semakin parah, lo bisa lihat sendiri di kertas itu, kurva kesehatan gua semakin menurun drastis."

"Apa Elara tahu kalau lo sakit?" tanya Antarez.

"Enggak, dia belum tahu kalau gua sakit. Gua yang gak mau cerita sama dia," ucap Kana tersenyum kaku. "Elara adalah sahabat gua sejak kecil, dia sudah gua anggap seperti adik. Gua gak mau lihat dia sedih kalau tahu soal penyakit gua."

"Gua denger-denger, sebentar lagi bakal ada tawuran kan?"

"Iyah, tahu darimana lo?"

"Haha, diem-diem gini mata-mata gua banyak boy, geng kita bakal lawan geng kota sebelah kan, gua cuman mau satu permintaan dari lo."

"Permintaan apa lagi?" balas Antarez.

"Tolong beri gua kesempatan pada saat tawuran nanti antara gua dan Elara, gua ingin lindungi dia. Kalaupun nanti gua mati di sana, setidaknya gua meninggal karena melindungi sahabat gua sendiri, bukan mati konyol karena penyakit," pinta Kana terlihat serius dari tatapan matanya.

"Kalau emang lo maunya seperti itu, oke. Gua gak ngelarang lo," jawab Antarez mengiyakan kemauan Kana.

"Thanks Rez, gua tahu lo orang baik," Kana membuang napas lega, walaupun masih ada beban di dalam hatinya. Setidaknya dengan cara ini, separuh kecemasan dalam dirinya sedikit berkurang.

"Oh yah, diminum dong kopinya, gua udah pesenin buat lo, malah di diemin aja," suruh Kana kepada Antarez supaya meminum secangkir kopi hitam tersebut.

"Hm, yah," balasnya lalu mengambil secangkir kopi itu, lalu meminumnya. "Seharusnya lo bersyukur Elara, jarang gua bisa melihat sahabat yang sampai rela bertindak sejauh ini," batin Antarez sambil menyeruput secangkir kopi hitam tersebut.

"Elara, sebentar lagi tugas gua buat melindungi lo akan selesai," batin Kana tersenyum simpul, seraya melihat ke arah jaket geng OWL GIRLS yang terlipat di atas meja.

°•••[KING]•••°

KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang