Bibir Elara keluh, hatinya jelas begitu membenci sosok laki-laki yang duduk bersamanya saat ini. Kepalanya berusaha ia tegakkan, jangan sampai menunduk di hadapan seseorang yang pernah menghancurkan perasaannya dahulu. Dia Daksa, mantan kekasih Elara.
Sekilas Daksa bisa melihat guratan sedih di sorot mata Elara, laki-laki itu tersenyum smirk. "Lo masih keras kepala seperti dulu, ya?" ujar Daksa sedikit sarkastik, sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Buat apa lo datang kemari?" tanya Elara tegas dan dingin, lagaknya sama sekali tidak menunjukkan penerimaannya kepada kehadiran remaja itu. Daripada senyum, Elara lebih memilih tanpa ekspresi.
"Gue cuman mau ngobrol sama mantan gue, emang nggak boleh?" balas Daksa tersenyum smirk.
"Sejak kapan gue jadi mantan lo? Dan sejak kepan gue menganggap lo sebagai pacar gue, jangan mengungkit sesuatu yang sudah basi, Sa," dingin Elara lalu menyeruput secangkir teh nya.
"Jangan lupakan tentang tubuh gue yang selalu menjadi tempat favorit lo untuk menangis dulu," ujar Daksa mencoba mengingatkan Elara kembali, soal dirinya dulu yang kerap memeluk tubuh Daksa apabila dia tengah hancur.
Elara menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, hatinya kembali terluka sampai-sampai tulang rusuknya sakit karenanya. Benar, dulu laki-laki itu pernah menjadi rumah ternyaman untuknya, namun hanya sesaat. Semuanya berakhir, ketika Elara mengetahui apa maksud dari sikap spesial Daksa kepada dirinya.
Daksa hanya ingin memanfaatkan Elara dan geng OWL GIRLS demi kepentingan dirinya sendiri. Daksa tahu, jika Elara adalah gadis pemimpin dari salah satu geng perempuan terkuat di kota Bymantara. Oleh sebab itu, agar geng miliknya semakin kuat dan ditakuti ia mendekati Elara dan menjalin hubungan bersamanya.
Mungkin Elara terlihat dingin, wajahnya terlalu tebal untuk orang lain bisa mengetahui seberapa rapuh dirinya, dan Daksa paham akan hal itu. Elara itu seperti burung, dia terlihat bebas mengepakkan sayapnya tapi sesungguhnya tersesat mencari arah pulang, dan ketika sudah menemukan sangkar yang tepat, ternyata tempat tersebut milik si ular.
Dulu, Elara dibuat begitu mencintai Daksa, bahkan tidak segan-segan ia mau menceritakan seluruh kisah dalam hidupnya kepada laki-laki tersebut. Respon Daksa begitu manis seperti madu, hal itu membuat dirinya semakin menaruh rasa lebih.
Hingga, pada suatu hari ketika geng OWL GIRLS berhasil membantai salah satu geng motor yang memiliki masalah dengan geng milik Daksa. Dia berjalan dipenuhi perasaan senang ingin menemui kekasihnya, lalu melihat raga yang biasa menjadi tempat terbaiknya untuk pulang.... tengah memeluk perempuan lain.
Tujuan Daksa sudah tercapai, itu sebabnya dia tidak lagi membutuhkan Elara disisinya. Barang digunakan sesuai fungsinya, dan ketika kegunaannya sudah selesai si pemilik pun mencampakkan nya.
"Memang benar, cara laki-laki mencintai wanita itu seperti bunga mawar. Dia dibuat terpikat oleh harumnya, dan pada saat aromanya sudah menghilang, ia membuangnya dan berusaha mencari bunga yang baru."
"Nggak ada gunanya mengenang masa lalu, gue yang sekarang nggak sebodoh dulu," ujar Elara menunjukkan sisi lain kepada Daksa.
Daksa hanya bisa tersenyum smirk, gadis ini menjadi jauh lebih menarik dari sebelumnya. Sempat terbesit dalam pikirannya ingin membawa Elara kembali dalam kuasanya, namun nampaknya itu cukup mustahil untuk sekarang.
"Kenapa? Kelihatanya luka lo sembuh, apa kepergian gue begitu menghancurkan lo, Elara?"
Elara menarik napas panjang lalu membuangnya dengan perlahan, dia dibuat muak dengan sikap Daksa yang tidak bisa berubah. "Waktu tidak menyembuhkan luka, tapi membuat lo terbiasa dengan luka itu," balasnya dingin.
"Manusia terlalu egois untuk bisa merelakan lukanya begitu saja. Sama seperti luka di tubuh, mungkin bisa hilang seiring berjalannya waktu, tapi manusia akan tetap mengingat dimana letak dulu ia pernah mendapatkan luka itu."
"Hal ini sudah cukup membuktikan, kalau luka itu tidak bisa disembuhkan. Selamanya akan tetap membekas, di hati... dan pikiran manusia," pungkas Elara sembari mengambil handphone dan kontak mobilnya.
"Lo mau pergi kemana?" tanya Daksa menyaksikan Elara berdiri dari kursinya.
"Gue mau pulang, gue nggak punya waktu duduk berdua bersama orang nggak tahu diri macam lo," jawab Elara dan berjalan pergi meninggalkan cafe tersebut. Mata Daksa terus mengikuti, kemana tubuh perempuan itu pergi sampai benar-benar hilang di antara keramaian.
"Nggak tahu diri, ya?" gumam Daksa tertarik, bagaimana kalau untuk kali ini ia bermain sekali lagi tanpa menyangkut pautkan kepentingan pribadinya di dalamnya, dia ingin satu kali lagi kesempatan untuk mencoba lebih dekat dengan Elara seperti dulu.
Sesampainya di tempat parkir, Elara menendang kuat-kuat ban mobilnya. Gadis itu nampak begitu kesal, bukannya lega kakinya malah kesakitan seusai menendang benda keras tersebut. "Aahhhh!!! Sial banget sih gue hari ini," sebal Elara ingin sekali mencari seseorang untuk dia jadikan samsak tinju.
"Ngapain gue harus ketemu dia sih!" geramnya, andai saja sisi waras dirinya sudah hilang, pasti laki-laki itu tadi sudah meninggal di tempat. Untung saja Elara bukan cewek psikopat.
"Mukanya itu loh! Rasanya pingin gue injek-injek pake sepatu duri! Biarin hancur nggak peduli gue."
Lava is calling you~
"Ini siapa lagi," Elara mengambil handphone nya dari dalam tas, dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo Va, ada apa?" tanya Elara dalam telepon.
"Halo Ra, Antarez datang nemuin lo nggak tadi?" tanya Lava tiba-tiba menanyakan sesuatu yang tidak ia duga.
"Nggak, dia nggak dateng," balas Elara sedikit penasaran, apalagi nada bicara Lava terdengar panik.
"Datang ke festival makanan di balai kota sekarang! Cepetan gue tunggu!" pinta Lava buru-buru.
"Wait, tapi Va ada apa? Jelasin dulu dong!"
"Nggak ada yang perlu dijelasin, jawabannya ada di sini, cepetan Elaraaaa!!!" nada bicara Lava semakin membuat penasaran, sampai panggilan itu ditutup.
"Lebih baik gue datang ke sana," batin Elara segera masuk ke dalam mobilnya.
********
Haiii boleh minta satu pesan dong untuk karakter favorit kalian! :)
1. Satu pesan untuk Antarez
2. Satu pesan untuk Antariksa
3. Satu pesan untuk Elara
4. Satu pesan untuk Aqila
5. Satu pesan untuk karakter lain
Silahkan tinggalkan nama Ig kalian juga ya, biar aku tag nantinya ~ ditunggu komentar unik kalian ~
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...