"Aku salah, mencabut pisau yang selama ini menikam atma ku, membuat darah yang selama ini terbendung kembali menetes. Sekarang, lukanya kembali terbuka, mestinya ku biarkan saja berkarat bersama benda tajam itu. Selamat, sekarang mari rayakan rasa sakitnya bersama-sama."
-Elara Queen Maharani-
********
Cahaya perlahan-lahan dimakan kegelapan, matahari yang semula menggantung di kanvas bentala, kini harus turun digantikan oleh rembulan.
Pukul sembilan malam, Elara turun dari ranjangnya dengan mata bengkak, meninggalkan bantal basah serta beberapa tisu di lantai samping kasur. This is so fucking weird, menangisi seseorang yang bahkan tak sedikitpun perduli kepada kita? Dia benar-benar bodoh membuang air mata demi manusia tak berperasaan.
Sepasang kaki jenjang itu melangkah menuju meja samping kamar mandi, mengambil sebilah pisau tajam lalu melemparkannya ke arah dart board samping cermin gantung. Tepat sasaran, pisau itu berhasil menancap di papan dan mengenai sebuah foto. "Bitch," umpat Elara, melihat foto Antarez yang sengaja ia tempel di dart board.
Sepuluh detik ia menatap foto menyebalkan itu, sambil tersenyum smirk. "Hah, sumpah gue kalau ada cowok baik di dunia ini, Indonesia gue puterin sambil jalan kaki. Ups, gue lupa, bukannya semua cowok itu bangsat ya?" gelaan renyah terdengar, Elara memutuskan masuk ke dalam kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, setelah selesai membersihkan diri. Elara bersiap-siap untuk tawuran nanti, mengingat sekarang sudah pukul setengah sepuluh. Ia membuka almari coklat itu, mencari outfit yang biasa ia kenakan.
Kaos putih yang dibalut jaket hitam dengan logo geng OWL GIRLS di bagian punggungnya, serta bawahan jeans. Ditambah make up tipis agar tidak terlihat pucat, Elara menatap sejenak tampilannya di depan cermin, manik mata tajam itu menatap dingin. Tak ada rasa semangat sama sekali, selain menanti momen tawuran satu setengah jam lagi yang siap membuat darahnya mendidih.
Elara merapikan sedikit jaket yang dikenakannya lalu mengatakan, "semuanya bakal hilang malam ini." Kunci motor di dalam nakas ia ambil, lalu bergegas keluar kamar, dan berangkat menuju lokasi.
Dibalik kesunyian kota Byantara, di lapang luas dekat pabrik terbengkalai. Puluhan gadis berjaket hitam berkumpul membentuk dua kubu, geng OWL GIRLS vs geng SAVAGE GIRL. Elara terlihat memimpin di depan sambil menyisir poninya ke belakang, surai hitam itu bergoyang lembut dibelai angin. Suasana yang nampak tenang itu, faktanya menyimpan hawa panas yang siap membakar sampai ke inti tulang.
"Gue nggak nyangka, geng burung ngantuk punya kalian, ternyata berani terima tantangan geng gue," ujar Geisha, leader geng SAVAGE GIRL seraya mengibas pelan rambutnya ke belakang dengan tangan. Gadis cantik dengan tato kecil di samping leher kiri, tersenyum smirk kepada Elara yang menatapnya dingin.
"Hm, geng burung ngantuk, bukannya lo semua yang nantinya bakalan ngantuk sampai hampir mati," sinis Elara tak merubah cara pandangnya sama sekali. Menyaksikan puluhan kepala menyebalkan itu, malah semakin membakar semangat dirinya untuk menghasilkan karya sana pada wajah brengsek tersebut.
Apalagi, luka yang masih memerah karena peristiwa tadi pagi semakin membulatkan tekad Elara, jika jalan kekerasan lah yang menjadi satu-satunya tempat untuk meluapkan rasa lelahnya. Akhirnya, tawuran antara geng OWL GIRLS melawan geng SAVAGE GIRL dimulai, jika kalian membayangkan ini adalah pertempuran antar gadis pada umumnya, main jambak dan cakar-cakaran. Kalian salah besar!
Mereka bertarung layaknya seorang pria, menggunakan otot serta kekuatan seluruh tubuh untuk menghancurkan satu sama lain. Terutama Elara yang seperti machine monster saat ini, ia memukul seolah pada samsak tinju, menghujami lawannya tanpa ampun sampai mereka tumbang.
Lava, yang mengetahui perubahan cara bertarung Elara cuman bisa menatap simpati. "Queen, jadi ini alasan lo terima tawuran ini, karena lo mau lampiasin kejadian tadi pagi."
Sedangkan di sisi lain, Elara berhenti sebentar sembari berusaha mengatur napas. Matanya menatap senang kepada Geisha yang telah ia buat kuwalahan, kini gadis itu duduk di tanah dengan tangan gemetar. Ia tak menyangka jika tenaga Elara akan sebesar ini.
Sepasang bola mata itu saling menatap satu sama lain, seperti boss, Elara memandang sombong dari arah atas, menatap remeh kepada Geisha. Tatapan menyebalkan, namun Geisha tak mampu berbuat apapun karena kakinya yang luka.
"Gimana, udah ngantuk sekarang?" ujar Elara sinis. "Kalau orang ngantuk, habis itu tidur nggak sih? Gimana kalau gue bantu lo tidur?" sambungnya, mengambil kayu panjang di dekat dia.
"Otak lo sudah geser sampai berani-beraninya nantang geng gue, dengan senang hati gue bakal buat otak lo pindah ke tempat yang semestinya," pungkasnya, lalu tanpa pikir panjang langsung memukulkan benda keras tersebut pada kepala Geisha.
BUGH
Elara menarik napas panjang disertai senyum smirk, puas, satu kata yang pas ketika melihat lawannya tak berdaya sama seperti sekarang. Geng OWL GIRLS berhasil memenangkan pertempuran, tubuh mereka masih tegap berdiri di antara puluhan raga geng SAVAGE GIRL yang terkapar di atas tanah.
Lalu, perlahan terdengar suara deruan motor-motor besar dengan lampunya yang terang bergerak mendekat ke arah mereka. "Queen, geng LEOPARD," ucap Lava membuat gadis itu melirik dingin ke arah sekumpulan laki-laki tersebut, dengan Antarez yang memimpin di depan.
Kini, kedua remaja itu saling berhadapan satu sama lain. Antarez yang menunduk dan Elara yang mengangkat kepala, seolah menciptakan dimensi sendiri di dalamnya. "Ngapain lo datang ke sini, tawurannya sudah selesai," dingin Elara kepada Antarez.
Mata Elara membulat, ketika tangan kekar itu mengusap sisa darah lawan dari kening Elara. "Jangan lupa kita punya kontrak, sudah seharusnya geng LEOPARD bantu geng OWL GIRLS," balas Antarez diakhiri dengan usapan lembut di kepala Elara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...