"Hi, mau jadi rumah ku enggak?"
********
Keesokan harinya, Antarez baru saja bangun dari tidurnya, sebab keributan suara nyaring dari jam alarm. Anak itu menguap, sebelum pergi ke kamar mandi, Antarez duduk sebentar untuk mengumpulkan seluruh kesadarannya terlebih dahulu.
Setelah dirasa cukup, ia bergegas pergi membersihkan badan. Lalu mengenakan baju seragam sekolah, Antarez turun melewati anak tangga dengan tas ransel yang menggantung di pundak kanannya.
Antarez menyeruput secangkir kopi yang sudah disediakan oleh Bi Rina di meja makan, ia sengaja tidak sarapan pagi hari ini. Antarez terlalu malas untuk makan semeja bersama Papa, percuma. Rasanya akan canggung dan senyap seperti biasanya, lebih baik dia sarapan di kantin sekolah saja.
"Den, gak sarapan dulu?" tanya Bi Rina kepada Antarez.
"Males Bi, Antarez berangkat dulu," balas Antarez tersenyum sinis, dan berjalan pergi menuju pintu rumah.
Papa yang juga ikut memperhatikan putra kandungnya itu tidak berucap apapun, beliau tetap fokus memakan sarapan paginya.
Antarez berangkat sekolah seperti biasa, hari-hari yang bosan kembali dimulai. Lampu merah menyala, membuat seluruh kendaraan berhenti karenanya.
"Kenapa pake lampu merah segala sih!" gumam Antarez menatap kesal ke arah lampu merah tersebut, kurang sepuluh menit lagi gerbang sekolah akan ditutup.
Selang beberapa detik, akhirnya warna lampu tersebut berubah menjadi hijau, Antarez langsung mengegas sepeda motornya secepat mungkin, berusaha mengejar waktu agar tidak terlambat.
Tetapi, tiba-tiba saja ditengah-tengah motor Antarez melaju dengan kecepatan tinggi, ada seorang gadis menyebrang begitu saja ke tengah jalan. Antarez langsung mengerem motornya secara mendadak. "Bangsat," umpatnya.
"Lo punya mata gak!" bentak Antarez kepada gadis berpakaian hoodie, serta rambut hitam terurai terdapat pita hitam. Ia menunduk, dirinya sangat takut kepada laki-laki yang berdiri di hadapannya sekarang.
"Hey, gua ngomong sama lo! Songong banget jadi cewek!" marah Antarez, kalau saja dia tidak mengerem dengan cepat tadi, mungkin nyawa gadis tersebut bisa saja tidak selamat.
Anak perempuan itu tetap tidak menjawab apapun, melainkan malah menuliskan sebuah kalimat di buku catatan yang ia pegang, tangan mungilnya menari-nari di atas lembaran kertas putih tersebut, dengan bolpoin berwarna biru.
"Maaf yah, aku gak tahu kalau ada kendaraan lewat tadi," tulis gadis tersebut di buku catatannya, sambil ditunjukkan kepada Antarez.
KAMU SEDANG MEMBACA
KING
Teen Fiction[Sequel dari cerita brother konflik, pastikan baca brother konflik dulu supaya lebih paham alur ceritanya] Raja tanpa mahkota, mungkin itu adalah kata yang tepat bagi seorang Antarez Putra Kasela. Dia bukan dari kalangan bangsawan, hanya seorang rem...