Eps 15

680 56 24
                                    

-Aqila Ardelia Putri-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Aqila Ardelia Putri-

********

-Ruang BK.

"Tolong katakan kepada saya, apa penyebab kalian berdua bisa bertengkar!? Kenapa kalian tidak mau berbicara? Apa kalian malu?" tanya Ibu guru kepada dua orang remaja, yang sudah bergaya pakaian layaknya anak yang baru saja bertengkar hebat. Baju mereka sungguh berantakan, juga luka memar yang menghiasi dagu serta pelipisnya.

"Antarez, Radja! Jawab pertanyaan saya!" sambungnya dibuat geram, sebab mereka sama sekali hanya diam seribu bahasa.

"Saya sudah katakan kalau saya tidak bersalah Bu, saya melakukan ini hanya untuk membela teman saya," jawab Antarez dengan dinginnya.

"Membela? Apa perlu membela teman kamu sampai harus mencelakai teman kamu yang lainnya? Harus berkelahi seperti itu?" balas Ibu guru, selepas mengingat kejadian menghebohkan di koridor sekolah tadi.

Kalau boleh menceritakannya kembali, bagaimana dan kenapa Antarez serta Radja bisa dibawa ke ruang BK seperti ini.

Semua itu bermula dari Radja bersama kedua temannya, mereka bertiga membully seorang siswa yang sedang berjalan santai di koridor sekolah. Kebetulan, anak tersebut juga menggunakan jaket geng LEOPARD yang membalut gagah di tubuhnya.

Asal kalian ketahui, Radja adalah salah satu anak yang sangat amat benci kepada geng LEOPARD. Entah kenapa, ia selalu marah tanpa alasan jika melihat anggota geng penguasa sekolah Darmawangsa itu. Sehingga, membuat Radja yang dibantu dengan kedua temannya memukuli serta berbuat kasar kepada siswa tersebut, sampai-sampai jaketnya pun diinjak-injak dengan penuh kebencian.

Antarez yang kebetulan baru saja melewati koridor sekolah, berjalan menuju ke kelas. Manik matanya menyaksikan kejadian itu, membuat emosinya memuncak tak terbendung. Hingga terjadilah, peristiwa besar tersebut dan disaksikan oleh seluruh warga sekolah.

"Radja, kamu juga! Apa alasan kamu bertengkar dengan Antarez?" tanya Ibu guru berbalik bertanya kepada Radja, dasi anak itu terlihat berantakan, begitupun juga dengan baju seragamnya, kotor.

"Haha, geng brengsek macam mereka, buat apa dipelihara di sekolah kita Bu?" balas Radja tersenyum smirk.

"Bangsat! Lo memang cari mati bajingan!" bentak Antarez sontak langsung menarik kerah baju Radja dengan kasar.

"CUKUP! Kalian berani berkelahi di depan saya!" sentak Ibu guru membuat tangan Antarez membeku, yang semula ingin melayangkan pukulan pada Radja.

"Jika si pembully adalah murid pintar yang begitu dibanggakan di sekolah, sedangkan ada murid nakal, melakukan pembelaan kepada temannya yang ditindas disebut sebagai penjahat. Pertanyaan saya kepada Ibu, apa gunanya tata tertib di sekolah ini?" ujar Antarez cukup tajam.

"Hanya untuk pajangan semata? Sekolah jaman sekarang memang aneh, mereka pandai menghasilkan siswa berotak cerdas, namun bukan berhati besar," pungkas Antarez tidak mendapatkan respon apapun dari Ibu guru, beliau hanya diam membisu.

"Saya permisi dulu Bu," pamitnya berdiri dari tempat duduk, dan berjalan menuju pintu keluar.

Saat pintu terbuka, Antarez sudah ditampakkan oleh seseorang berpakaian formal, "Pa-Papa," kejut Antarez melihat Tuan Agral berdiri di hadapannya saat ini.

//Dep//

Tuan Agral meraih lengan kanan Antarez, lalu menariknya keluar dari dalam ruangan. Dan //Pak// tamparan sangat keras, terasa begitu sakit bercampur panas membekas di pipi kanan Antarez. Momen tersebut berhasil merebut, atensi seluruh siswa yang berada di sana, saat ini mereka berdua tengah menjadi pusat perhatian semua orang.

"Mau berapa kali lagi, kamu membuat nama saya semakin buruk?" lirih Tuan Agral tajam, tatapannya menghunus iris mata Antarez. Beliau datang kemari, setelah mendapatkan panggilan dari pihak sekolah.

"Sepertinya, kau memang memaksa saya untuk mendidik mu lebih keras lagi setelah ini," sambung Tuan Agral.

Remaja itu hanya bisa menunduk, walaupun pandangannya mengarah ke bawah, namun ia masih bisa melihat kalau semua orang tengah menontonnya sekarang. Antarez merasa malu bercampur marah, dirinya tidak pernah menyangka kalau Papa akan melakukan hal ini di hadapan umum.

°•••[KING]•••°

Hujan turun membasahi seisi kota, panah-panah air berlomba-lomba jatuh mengecupi tanah. Langit menangis, dengan goresan abu mendung begitu pekat. Gemuruh petir saling bersahutan, semesta ikut merasakan kesedihan seorang laki-laki yang tengah berdiri seorang diri di tengah jalan raya yang sepi.

Kepala Antarez menengadah ke atas, membiarkan setiap tetesan air membasuh wajahnya. Sakit, anak itu menangis, dibalik derasnya hujan yang cukup dingin.

"Lo emang demen banget lihat gua nangis yah," ucap Antarez mencurahkan isi hatinya pada awan mendung di atas sana.

"Kenapa? Emang ketawa gua ganggu banget yah? Sampai-sampai kalian gak suka lihat gua bahagia, walau sedetik pun."

"Entah kebahagiaan apa yang bakal menyambut gua suatu hari nanti sampai beban yang gua tanggung seberat ini. Tidak, mungkin sebaiknya gua jangan terlalu berharap." Setelah mengatakan semua itu, bibir Antarez tersenyum simpul. Dia tahu, saat ini hatinya sedang sakit, perasannya hancur, tetapi dilain sisi segala kepahitan tersebut seperti sudah menjadi teman di dalam dirinya.

Guyuran hujan yang semula menetes pada tubuhnya seketika hilang tak terasa, ketika mata Antarez terbuka ia melihat sebuah payung hitam berada di atas kepalanya.

Tubuh anak itu segera berbalik, dan mendapati seorang gadis berambut cokelat, berpakaian hoodie. Ternyata dialah si pemilik payung hitam tersebut. Raut mukanya terlihat khawatir.

"Ngapain hujan-hujanan di sini?" tanyanya menggunakan bahasa isyarat. Benar, gadis itu adalah Aqila, manusia spesial yang tidak bisa mendengar ataupun berbicara.

Selang beberapa detik Antarez menatap wajah Aqila, lalu tak disangka-sangka, tangan Antarez langsung meraih tubuh Aqila dan memeluknya.

"Jangan dilepas, gua mohon. Gua sedang hancur sekarang," pinta Antarez berbisik pada telinga Aqila, walaupun gadis itu tidak dapat mengerti apa yang Antarez maksud. Namun sedikit dia bisa paham, kalau laki-laki itu sedang membutuhkan seseorang untuk menjadi sandaran.

Dari arah kejauhan, tanpa mereka berdua sadari. Terdapat mobil hitam tengah mengawasi. "Apa dia cewek lo Rez?" batin Elara tersenyum kecut.

°•••[KING]•••°

KINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang