Sudah satu minggu berlalu keadaan Al sudah cukup membaik, rasa mualnya berkurang.
Hari ini Vina akan mengajak suaminya untuk memeriksakan dirinya kedokter, ia sangat penasaran apakah ia betul-betul mengandung apa tidak.
"Mas..." Panggil Vina.
Al yang sedang berada di kursi kerjanya, mengalihkan pandangannya kearah istri tercintanya.
Terlihat ekspresi yang kebingungan dan cemas, Vina yang memainkan jari-jarinya untuk mengurangi rasa gugup, ia takut untuk mengatakan ini tapi ia sudah tak sabar lagi.
"Hemm, mas mau temanin aku ke-" Cukup lama melanjutkan perkataannya hingga akhirnya ia memberanikan diri "Rumah sakit buat cek."
Ekspresi Al yang tadi terlihat santai sekarang ia sedikit menunjukkan rasa kekhawatiran terhadap istrinya.
"Kamu sakit, hm." Al khawatir.
"Eh, bukan sakit tapi-"
"Tapi aku harus cek." Cicit Vina cepet, untung saja ia memiliki suami yang pendengarannya tajam.
"Mau cek apa, hm." Ucap Al lembut ketika melihat kegusaran istrinya.
"Nanti kamu juga tau, ayo kita berangkat."
"Baiklah."
Di perjalanan Vina hanya diam, rasa takutnya muncul kembali, ia takut kalau memang ia hamil haruskah ia bahagia atau sebaliknya.
Bisakah ia menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya kelak, cita-cita yang ia miliki apakah harus ia relakan.
Al yang melihat istrinya seperti memikirkan hal yang rumit, mengarahkan tangannya untuk mengusap lembut tangan Vina.
"Kenapa?" Tanya Al.
"Gak papa." Vina berusaha tersenyum.
"Kalau ada yang sakit bilang sama aku."
"Iya mas."
"Mas nanti pulang dari rumah sakit mau beli rujak tumbuk." Ucap Vina dengan mata berbinar, membayangkan buah-buahan yang sangat segar di campur dengan sambel dan di tumbuk hingga halus.
Al menaikkan alisnya mendengar ucapan istrinya, tidak biasanya ia meminta buah-buahan yang ditumbuk itu. Tapi Al tetap menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Hemm, sama roti buaya deh mas, kayaknya enak." Ucap Vina dengan senang.
Al memberikan senyuman manisnya "Apapun untuk kamu sayang."
Mereka memasuki rumah sakit, banyak pasang mata yang memperhatikan mereka apa lagi melihat suaminya yang sangat tampan.
"Berasa mau lepas tu mata, natapnya sampai ga ngedip." Batin Vina kesal.
"Mereka ngapain si natap kamu kayak gitu, aku gak suka liatnya." Sarkas Vina dengan ketus.
"Aku tampan." Ucapan Al yang membuat Vina semakin cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXSA (END)
Teen Fictionketika kehidupanku berubah karena seorang psikopat gila. Tak pernah ku bayangkan sebelumnya akan bertemu dengan seorang psikopat di dunia ini. Hidupku berubah 180 derajat. Aku seperti berada di sangkar emas yang terlihat begitu indah namun sangat s...