ketika kehidupanku berubah karena seorang psikopat gila. Tak pernah ku bayangkan sebelumnya akan bertemu dengan seorang psikopat di dunia ini.
Hidupku berubah 180 derajat. Aku seperti berada di sangkar emas yang terlihat begitu indah namun sangat s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
---
"Akhirnya sampe rumah. Untung gak ketemu mbak kunti atau paksunya mbak kunti" gumamnya sedikit ngos-ngosan karena berlari dari taman yang lumayan jauh dari rumahnya.
Tepat jam satu dini hari ia menginjakkan kaki di rumah yang lumayan besar. Rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang dan kehangatan bagi anaknya itu terlihat sangat sepi.
Rumah itu di isi oleh dirinya, pembantu dan satpam. Sudah dari satu tahun terakhir ini orang tuanya tak pernah menginjakkan kaki mereka lagi di tempat ini.
Ia membuka pintu dengan kunci yang ia pegang. Membuka pintu dengan pelan, hanya kesunyian yang meliputi rumah besar ini. Tak mau membuang waktu ia segera menuju kamarnya.
Tak akan ada orang tua yang mencemaskan ketika ia pulang larut. Orang tua Vina gila kerja sampai anak mereka dilupakan. kalaupun mereka menelpon hanya sebentar dan menanyakan nilai Vina yang diharuskan selalu sempurna.
"Huhh ,capek juga gue lari-lari kayak dikejar setan" ia merebahkan tubuhnya di tempat tidur.
"Selamat malam dunia tipu-tipu, semoga besok lebih baik dari hari ini dan semoga gue bisa ketemu Sugar Daddy, hehe"kekehnya dan perlahan menutup kedua matanya.
---
"Jadwal saya besok?"
"Tuan besok ada rapat di Alexander School, setelah itu ada proyek yang harus tuan liat dan beberapa berkas yang harus ditanda tangani"
"Dan tentang gadis tuan, saya sudah mengirimkan emailnya kepada tuan"
Tut..
Mendengar kata gadisnya membuat pria itu menarik sudut bibirnya. Pria itu beranjak menuju ruang kerjanya yang berbeda disisi kamarnya.
Pria itu memencet sebuah tombol yang terhalang oleh pas bunga sehingga terlihatlah ruang kerja didalam sana. Tak banyak yang mengetahui ruangan ini hanya asistennya saja yang mengetahuinya.
Matanya fokos menatap layar yang menampilkan email tentang gadis miliknya. Ia terus membaca email tersebut hingga pada nama orang tua gadis itu.
Sebuah nama yang menjadi mangsanya selanjutnya. "Hmm, sepertinya ini akan semakin seru" tersenyum penuh arti dengan menatap layar itu tanpa berhenti.
Al tersenyum senang karena mangsanya saat ini berada di bawah tangan perusahaannya. Tak ada yang dapat menghentikannya sekarang. "Mari kita bermain-main pria tua bangka"
Layar itu menampilkan foto Vina dengan senyuman manisnya "Tunggu aku sayang, aku akan segera menjemputmu"