duda is mine : satu

20.9K 898 20
                                    

Seorang gadis sejak tadi harus menunggu di sebuah halte, lantaran hujan deras yang tak kunjung usai. Sebenarnya dirinya membawa mobil, namun karena mobilnya terparkir sedikit jauh membuatnya mau tak mau harus menunggu supaya dirinya tidak terkena hujan deras saat ini.

"Duh, kapan redanya sih." Gumam gadis itu, sambil melihat kearah jam tangan miliknya. Sudah menunjukan pukul 8 malam, namun hujan belum kunjung usai. Harus menunggu berapa lama lagi?

"Apa gue terobos aja ya?" Lanjutnya, ia menatap kearah paperbag yang dirinya bawa sejak tadi. Sebenarnya ia bisa saja memilih untuk menerobos, namun ia merasa sayang dengan kotak kado yang berada di dalam paperbagnya.

"Tapi kalau nerobos, nanti kadonya basah. Tapi kalau gak nerobos, mau nunggu sampai kapan? Mana bukannya reda malah tambah deres. Ck, gimana nih." Kesal gadis itu, ia kesal dengan dirinya yang sangat labil.

Saat sibuk dengan rasa kesalnya, ia sampai tidak sadar dengan seseorang yang sejak tadi mendengar suara keluhannya, sebenarnya tidak hanya dirinya saja yang berada di halte itu. Melainkan juga ada laki-laki yang sedang menunggu hujan reda sama seperti dirinya.

"Mau pinjam?" Tawar laki-laki itu, ia menyodorkan sebuah payung berwarna hitam polos itu, pada dirinya.

Ia sontak kaget, saat tiba-tiba ada yang menyodorkan dirinya sebuah payung. Ia dilanda kebingungan, haruskah ia menerima payung itu? Ia tidak mengenal laki-laki ini, tapi kalau ia menolak kesempatan ini pasti dirinya harus terjebak lebih lama lagi disini.

Laki-laki yang melihat gadis itu terlihat ragu-ragu, memilih untuk membuka payungnya. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, ia arahkan payung itu ke atas kepala gadis disebelahnya itu.

"Ini udah malam, hujan semakin deras. Kalau masih mau nunggu, kemungkinan masih lama. Ayo, saya antar sampai parkiran." Ucap laki-laki itu, sambil memayungi dirinya.

Ia sempat terdiam, lalu kemudian ia mengangguk. Ada benarnya juga, ucapan laki-laki tadi. Jika ia terus menunggu, ia akan pulang lebih lama lagi, apalagi kondisi jalan saat ini sudah mulai tergenang air. Kalau hujan semakin deras dan tidak kunjung berhenti, ia yakin banjir akan segara datang. Ia bersama laki-laki itu, berjalan melewati hujan deras dengan payung yang sebenarnya kecil, bahkan tidak cukup untuk dua orang.

"Dimana?" Tanya laki-laki itu, suaranya terbenam akibat suara derasnya hujan.

"Di deket pohon itu." Jawabnya sambil menunjuk mobil berwarna putih miliknya, yang terparkir disana.

"Ayo, kesana." Ucap laki-laki itu, ia memutuskan untuk menggeser payung itu untuk gadis disebelahnya. Payung miliknya sangat kecil, bahkan hanya bisa untuk satu orang. Dan sekarang tubuhnya sudah basah karena hujan.

Gadis itu melihat payung yang saat ini berada sempurna diatas kepalanya, ia menjadi tidak enak karenanya. Ia juga tidak mengenal siapa laki-laki itu, walaupun wajahnya sempat terlihat saat mata mereka saling bertemu. Namun ia tidak berani untuk terus menatap laki-laki itu, dan sesampainya di mobilnya. Ia segera membuka pintu mobilnya dan hendak mengucapkan terimakasih namun, laki-laki itu sudah berbalik dan menghilang ditengah hujan.

"Makas-eh kemana dia?" Bingungnya, saat tidak melihat keberadaan laki-laki. Dan saat ia mencoba untuk membersihkan kaca mobilnya, ia bisa melihat laki-laki tadi sudah masuk kedalam sebuah mobil yang ia yakin bahwa itu adalah mobil laki-laki itu.

"Padahal mau bilang terimakasih, udah pergi aja orangnya. Mana tadi dia basah kuyup payungin gue, semoga gue bisa ketemu dia lagi buat bilang terimakasih karna udah bantu gue."

****
"Yaampun, kok baru pulang chika? Mami sama papi khawatir dari tadi nungguin kamu pulang." Ucap wanita itu, menyambut kedatangan anaknya.

"Hujan mi, tadi chika neduh dulu. Tapi karna gak reda-reda, akhirnya maksa pulang aja deh. Makanya baru sampe." Jawab chika, mencium tangan ibunya.

DUDA IS MINE [CH2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang