duda is mine : 34

6.2K 690 44
                                    

Christy akhirnya sampai di rumah, dengan hati-hati ia melangkah turun dari motor tinggi milik chiko. Ia juga mengembalikan jaket chiko, yang sempat terpasang di pahanya. Guna untuk melindungi

"Nih, thanks." Ucap christy.

"Serius turun disini?" Tanya chiko, ketika christy meminta untuk di turunkan di depan halte saja.

"Iyaa disini aja, dah sana pulang." Usir christy, pada chiko. Bukannya pergi chiko justru tetap di tempatnya.

"Kenapa gak sampe depan rumah?" Tanya chiko, ia tidak mau dianggap laki-laki pengecut yang mengantarkan perempuan tidak sampai rumah.

"Gausah makasih, gue bisa jalan sendiri. Dah sana." Usir christy, lagi.

"Gak bisa, buruan naik. Gue anter lo sampai rumah." Paksa chiko.

"Ini udah sampe yaampun, orang itu udah rumah gue." Sewot christy.

"Rumah gede ini punya lo?" Tanya chiko, saat melihat rumah lebar yang membentang di sepanjang jalan.

"Punya ayah, bukan gue. Udah sana, nanti kalau ketauan gue bisa bisa kena omel sama yang lainnya." Ucap christy. Karna bahaya jika salah satu dari keempat laki-laki itu tahu, dirinya akan habis.

"Yaudah, gue balik." Ucap chiko, seraya memakai kembali helmnya. Ia kembali membuka kaca helmnya dan berbicara

"Chris." Panggil chiko.

"Ya?" Tanya christy.

"Thanks udah bantuin." Ucap chiko, tanpa menunggu jawaban. Ia segera melajukan motornya pergi darisana.

"Ya." Balas christy, menatap chiko dan motornya yang kian lama menjauh.

Ia kembali berjalan sebentar, karna sebenarnya ia sudah sampai di rumah namun karna rumahnya sangat besar dan juga memanjang di sepanjang jalan membuat christy harus berjalan sampai ke depan pintu gerbang.

"Loh, non christy jalan?" Tanya pak mamat, selaku security di rumah itu.

"Enggak pak, tadi bareng temen." Jawab christy, mengangguk sopan.

"Temennya yang tadi cowok itu ya non? Soalnya tadi ada yang sempet ngeliatin kesini terus." Tanya pak mamat, membuat christy kikuk.

"I-iya pak, jangan bilang-bilang ayah atau yang lain ya. Nanti aku diomelin." Ucap christy, pak rahmat terkekeh.

Ia sudah kerja bertahun-tahun disini, ia sudah menganggap keluarga mahardika adalah keluarganya sendiri. Bahkan ia juga ingat kala christian, dan ketiga anak laki-lakinya sama-sama mengusir laki-laki yang hendak mendekati anak perempuan satu satunya dari keluarga mahardika.

"Siap neng, aman." Jawab pak mamat.

"Makasih ya pak, aku masuk dulu ya pak. Dah pak mamat." Pamit christy.

"Dah non." Balasnya.

Christy memasuki rumahnya, terkadang ia sering mengeluh. Lantaran christian harus membeli rumah atau penthouse yang cukup besar, ia sering mengeluh lelah ketika harus mengambil pesanan ataupun makanan yang ia pesan online. Karna jarak dari rumah ke gerbang jauh.

"Kok sepi." Gumam christy.

"Mbak, pada kemana ya? Kok sepi?" Tanya christy, pada mbak ning.

"Di kamar kayaknya non, atau mungkin kumpul di kamar bapak sama ibu." Jawab mbak ning, seraya menoleh karna ia sedang masak untuk makan malam keluarga mahardika.

"Oyaudah, makasih ya mbak." Ucap christy, langsung menyusul mereka.

"DECI PULANGGG" teriak christy. Ia mendadak diam, saat ditatap tidak biasa oleh ayah dan yang lainnya.

DUDA IS MINE [CH2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang