duda is mine : 2

10.2K 803 24
                                    

Chika sedari tadi tidak bisa diam, dan dirinya terus saja gelisah. Hari ini, ia diajak pergi oleh orangtuanya, untuk menghadiri pertemuan antara keluarganya dengan keluarga calon suaminya atau teman papinya itu.

"Pi, chika gak mau." Rengek chika.

"Ayo chika, nanti kita kejebak macet. Ini malam minggu, jalanan pasti macet." Ajak putra, tanpa menanggapi rengekan chika.

"Papi jahat, papi gak sayang chika." Ucap chika, sambil merajuk. Ia pergi meninggalkan putra sendirian disana.

Sepanjang perjalanan chika terus saja diam, dirinya sama sekali tidak menyaut jika mami atau papinya itu mengajaknya untuk berbicara. Sungguh, ia masih tidak terima dengan perjodohan paksa ini.

Putra yang melihat putrinya cemberut, hanya menggelengkan kepalanya. Chika adalah anak satu-satunya, jadi tak jarang ia bersikap manja pada dirinya maupun dengan aya. Dan sekarang, anak itu sebentar lagi akan menikah dengan anak sahabatnya itu.

"Papi yakin, dia orang yang tepat untuk kamu." Gumam putra, melirik chika.

Sesampainya mereka disebuah rumah yang terlihat sangat luas dan juga megah, chika sempat terpana dengan rumah besar ini. Rumah miliknya juga tak kalah besarnya, namun ini lebih besar dari rumah miliknya. Untuk sampai pintu masuknya saja, mereka harus menggunakan mobil mereka untuk sampai di garasi rumah itu. Rumah yang tidak chika ketahui, berapa luasnya, yang chika yakini rumah ini sangat luas.

"Ini rumahnya keluarga mahardika, teman papi. Ini rumah calon suamimu chika." Ucap putra, chika yang awalnya sedang menikmati keadaan sekitar. Sontak kembali cemberut, saat mendengar ucapan putra barusan.

Mereka disambut oleh beberapa penjaga yang memang sudah ditugaskan untuk menyambut kedatangan mereka.

"Selamat malam, pak putra. Silahkan masuk pak, tuan sudah menunggu bapak didalam." Ucap salah satu penjaga. Putra mengangguk, kemudian segera masuk kedalam diikuti oleh para penjaga yang mengantar mereka.

"Permisi tuan, keluarga pak putra sudah sampai." Ucap penjaga itu, kemudian pamit undur diri.

"Cio."

"Hai, put."

Kedua laki-laki tampak terlihat akrab, mereka adalah teman masa kecil dulu. Sewaktu kecil, rumah mereka memang berdekatan membuat mereka sering bermain bersama waktu kecil. Namun seiring berjalannya waktu, pertemanan antara mereka harus terpisah karena keluarga gracio yang saat itu harus pindah membuat mereka tidak bertemu.

"Apa kabar?" Tanya cio, memeluk teman kecilnya itu dengan akrab.

"Baik, lo juga kan?" Balas putra, ikut membalas peluk keakraban itu.

"Baik juga, oh iya silahkan duduk." Ucap gracio, mempersilahkan keluarga calon besannya untuk duduk.

"Sebentar ya. Sayang mereka udah dateng nih!" Panggil gracio, sedikit berteriak. Ia memanggil shani, istrinya

"Eh udah dateng ya, maaf ya nunggu." Ucap shani, keluar dari salah satu kamar yang berada dibawah tangga.

Chika sempat terpana melihat shani yang baru saja keluar, wanita itu terlihat sangat cantik. Ditambah lagi, senyum manisnya, menambah kesan anggun dan lembut.

"Hallo, shani." Ucap shani, sambil memperkenalkan dirinya pada keluarga calon besannya itu. Ia juga menampilkan senyumnya, saat melihat gadis yang sepertinya akan menjadi menantunya.

"Ini chika ya, cantik." Puji shani, ia tidak berbohong kalau chika terlihat sangat cantik malam ini. Apalagi dengan gummy smile milik chika,yang menambah kesan manis pada dirinya.

DUDA IS MINE [CH2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang