BAB 30

108 5 0
                                    

David POV

"Temukan dia Thomas!" suaraku menggelegar memecah keheningan mobil ini. nafasku terasa sesak dan kepalaku sangat berat. Bagainmana mungkin rahasia ini bisa semudah itu Alinea ketahui, setelah aku maupun Anang menyembunyikannya selama bertahun-tahun.

Thomas hanya mengangguk. Aku yakin ia juga sama tegangnya denganku.

"Beberapa dari rekan kita sudah menyusuri penjuru kota bos." Sahut Thomas kemudian.

"Tapi belum ada hasilnya kan?!" suaraku terdengar emosional.

"Maafkan kami." Thomas bergumam.

Saat ini aku tidak bisa memikirkan apapun selain keadaan Alinea. Perempuan itu bisa dengan mudah membuat keputusan ekstreem ketika sedang terpojok seperti sekarang. Ia mungkin akan sangat terpukul, denial dan merasa terkucilkan.

"Bagaimana kalau kita berpisah saja." Kataku pada akhirnya dan Thomas yang berada dibalik kemudi hanya menatapku lewat spion tengah. "Kita tidak akan mungkin bisa menemukannya jika hanya seperti ini."

aku bukannya tidak memepercayai anak buahku, hanya saja aku tidak ingin tertinggal sedetikpun dalam menemukan perempuanku itu. Aku sangat menyayangi Alinea. Ia anak rumahan yang tidak tau apa-apa dengan dunia liar di luar sana. Aku hanya takut ia melakukan sesuatu yang belum pernah ia lakukan dan berakhir dengan fatal.

"Bos, anda yakin jika bisa menyetir sendirian?" pertanyaan Thomas terdengar tidak yakin. Ia mengkhawatirkanku, sebab ia tahu bagaimana kondisiku sekarang. Meskipun aku juga tidak yakin bahwa aku bisa mengendalikan emosiku dibalik kemudi ini, namun aku tetap harus bisa menemukan Alinea.

Setelah meyakinkan Thomas bahwa aku akan baik-baik saja. Akhirnya pria itu menepikan mobilnya dan mempersilakanku untuk beralih ke balik kemudi, sementara ia turun dan memanggil rekan kami yang lain.

"Susuri seluruh hotel di kota Thom. Jangan sampai ada yang tertinggal satu pun." Pesanku sebelum akhirnya menginjak gas dan meninggalkan pria itu.

******

Aku melajukan mobil dengan pelan, berharap bisa menemukan Alinea berjalan di trotoar sehingga aku bisa segera meraihnya ke dalam dekapanku. Salah satu tanganku memegang stir, sedang siku dari tanganku yang lain bertumpu pada pintu mobil dan jemariku sibuk menggosok-gosok bibirku dengan tidak tenang.

Di luar kendaraan masih cukup ramai, dan suara jerit ponsel di dashboard menyentak fokusku.

Sebuah telepon dari Thomas, dan aku berharap pria itu menemukan Alinea.

"Iya Thom." Sambarku cepat setelah menepikan mobil.

"Nona sudah ketemu bos."

"Dimana?" aku menyugar rambutku ke belakang.

"Tapi....."

"Tapi kenapa?!" aku mulai was-was dengan kalimat Thomas.

"Nona mabuk."

"Mabuk?!" Mataku membola. Mendengar Alinea mabuk begitu sangat asing ditelingaku. "Dimana dia sekarang?"

"Saya akan mengirim lokasinya bos. Jangan terburu-buru, nona aman bersama kami."

Aku mematikan ponsel, dan setelah memastikan lokasi yang Thomas kirim, aku segera melajukan mobilku menuju ke alamat itu. Aku tidak mengindahkan kalimat Thomas untuk melajukan kendaraan dengan pelan.

Maafkan aku Thomas, bagaimanapun juga aku ingin segera bertemu dengan kekasihku itu.

*****

Thomas menyambutku ketika aku baru saja turun dari mobil. Aku berjalan cepat dan ia mengikutiku dari belakang.

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang