26

105 7 0
                                    

Aku baru saja selesai membersihkan gudang dan kembali ke kamar ketika ponselku yang berada di atas nakas berbunyi. Aku segera menaruh beberapa foto yang ku bawa dari gudang di atas kasur kemudian berjalan menuju nakas.

Papa calling....

Namun saat tanganku terulur, bunyi dering telepon itu sudah berhenti.

Aku menatap layar ponselku, dan ada tujuh panggilan tak terjawab dari papa. Mungkin pria itu terus menerus menghubungiku ketika aku masih berada di dalam gudang tadi. Tumben sekali papa menghubungiku sampai tujuh kali. Biasanya ia hanya akan meninggalkan pesan ketika teleponnya tidak ku angkat.

Karena penasaran, akhirnya aku menelpon balik papa. Dan tak menunggu waktu lama, pria itu langsung menyambut panggilanku.

"Kamu kemana saja Alinea?!" suaranya terdengar tidak senang dan ketus seperti biasanya. Papa memang jarang sekali tersenyum atau berbasa-basi denganku. jadi aku sudah terbiasa dengan sikapnya.

"Em....tadi ponsel Alinea ketinggalan pa." sahutku ragu-ragu. Aku memang tidak mengatakan pada papa kalau saat ini sedang bersama David. semalam aku hanya mengatakannya pada mama dan memintanya untuk tak mengatakan pada papa.

"Temui papa sekarang."

"Ha?!"

"Kenapa?"

"Ada perlu apa pa?"

"Nanti tau sendiri."

"Iya tapi....."

"Nanti papa kirim alamatnya."

"Tapi......tapi....pa?"

"Papa tunggu Alinea, segera berkemas dan jangan terlambat." Dan selalu saja papa mematikan ponselnya tanpa kembali meminta persetujuanku.

Aku mendengus kesal. Sebenarnya nanti malam aku berniat pulang, namun bukan untuk menemui papa.

Setelah membereskan beberapa barang, aku menuruni tangga dengan cepat. Berharap bisa menemukan David di lantai bawah atau di pekarangan depan. Namun bukan David yang aku temui, melainkan Edward yang tengah mencuci mobil.

"David kemana Ed?" tanyaku. "Aku tidak menemukannya dimanapun."

"Bos pergi bersama Thomas nona." Sahutnya Edward. "Apa tidak mengatakannya tadi?"

Aku menggeleng. "Pergi kemana?" tanyaku penasaran. Aku ingin menghubunginya, namun aku terburu-buru. "Aku harus pergi sekarang Ed." Lanjutku.

"Kemana?"

"Aku harus pulang."

"Saya antar." Edward menawarkan diri. Bertepatan dengan ia sudah selesai dengan acara mencuci mobilnya.

"Apa kau tidak sibuk?" aku menatap berkeliling. Sebenarnya mereka tidak memiliki pekerjaan yang berarti jika David tidak memerintahkan sesuatu pada mereka. Awalnya aku tidak yakin apa usaha David sehingga mereka menaruh hormat yang begitu berlebihan pada pacarku. Namun Thomas mengatakan padaku, bahwa David memiliki beberapa bisnis diantaranya bisnis bar dan juga café.

"Tentu saja tidak nona." Edward menggulir senyum kemudian bergegas masuk ke dalam rumah untuk bersiap-siap.

*****

David POV.

Aku meminta Thomas untuk menunggu di mobil ketika kami berdua sampai di sebuah kompleks pemakaman. Aku merapikan jas-ku kemudian mengambil empat buket bunga yang berada di kursi belakang. Langkahku tegap mengayun masuk ke areal pemakaman yang sepi.

Setelah beberapa saat berjalan, aku sampai di tempat tujuanku. Empat makan berjejer dengan marmer berwarna hijau zamrud berdiri dengan kokoh di depanku. Makan itu bersih, karena aku meminta penjaga untuk selalu membersihkan dan merawatnya dengan baik.

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang