06

274 14 1
                                    

Aku ingin mengatakan diriku bodoh ribuan kali karena akhirnya berada di sini. Di depan sebuah club yang bernama OCEAN. Aku tidak tau apa yang akhirnya membuatku nekat sampai di sini. Apa memang aku sepeduli dan se-ingin tahu semua hal tentang David sehingga dengan sukarela aku datang tanpa berfikir ?

Bukankah seharusnya aku memepercayai David saja, alih-alih datang kemari dan menyetujui undangan Sky. Jelas dia bukan pria yang baik, dan akan memberikan sesuatu dengan cuma-cuma. Ia terlihat seperti pemeras, tukang bikin onar, dan pembuat masalah.

Aku tahu ini jebakan. Aku tahu Sky akan bersorak girang ketika melihatku menemuinya di dalam. Namun aku tergelitik dengan kata-katanya. Ia memiliki rahasia David. dan sebagai adik, bukankah aku menginginkan kakakku menjadi yang terbaik? Karena selama ini, aku tidak tau dengan jelas apa yang David lakukan. Ia tidak meneruskan usaha papa, ia hanya sesekali datang ke kantor. Sehari-hari David sering tidak berada di rumah, dan jikapun pulang, ia akan pulang dengan wajah penuh lebam.

Awalnya, aku ingin membalikkan badanku dan kembali ke rumah sakit untuk bekerja. Namun, aku sudah terlanjur ijin keluar pada partner kerjaku. Dan aku pikir, aku tidak akan mendapatkan apa-apa jika kembali ke rumah sakit sekarang.

Dengan langkah sedikit ragu, aku masuk ke dalam. Bau rokok dan alkohol langsung menyambut hidungku ketika aku baru saja masuk dan sampai di depan pintu. Lalu pemandangan yang tidak aku sukai menyapa mataku. Di depan sana, di tengah tiang tinggi, ada seorang wanita yang menari striptease. Ia meliuk-liukkan badannya tanpa malu sedikitpun, dan ia malah terlihat bangga ketika para lelaki mendekatinya.

Aku kembali mengayunkan langkah, dan pandanganku tertuju pada beberapa orang yang saling berbagi saliva di sudut ruangan. Mereka juga tidak terlihat malu, mungkin efek alkohol sehingga membuat kewarasan mereka lenyap.

"Selamat datang." Seseorang menyambutku. Ia pria dengan jaket bomber warna navy. "Alinea kan?" pria itu pasti salah satu dari genk-nya Sky.

Mengapa ia mengenaliku? Mungkin karena pakaianku yang lain daripada yang lain. Aku mengenakan celana panjang hitam dengan atasan kemeja garis warna biru. Dibandingkan dengan seseorang yang pergi ke club, aku malah lebih mirip seseorang yang hendak pergi ke kantor.

"Bos sudah menunggumu di atas." Ia mengedikkan dagu, agar aku mengikutinya. Aku tahu siapa yang dia maksud bos. Itu panggilan untuk Sky bukan?

Aku mengikuti pria itu dari belakang, dan ku lihat ada tato naga di leher belakangnya. Aku berjalan dengan sangat hati-hati sebab para manusia mabuk itu benar-benar tidak tau tempat. Beberapa kali aku hampir menabrak mereka, bahkan saat di tangga menuju lantai atas, ada seorang wanita sempoyongan yang dipapah oleh seorang pria yang kelihatannya masih waras. Aku tahu, pria itu pasti akan mengajaknya masuk hotel.

Pria berjaket bomber itu berhenti di sebuah ruangan tertutup rapat yang berada tepat di depan lorong. Suara hingar bingar musik sedikit teredam karena ruangan ini jauh dari lantai dansa. Ada beberapa deret pintu yang tertutup di lorong ini, dan tulisan VIP terpampang di sana.

"Mari masuk." Kata pria itu ketika membuka pintu.

Aku terdiam sesaat. Gentar juga untuk mengayunkan langkah masuk ke dalam. Apa yang akan mereka lakukan padaku nanti? Bahkan ruangan ini adalah ruangan kedap suara. Aku yakin jika mereka memperkosaku, orang-orang di bawah sana juga tidak akan tau.

"Tidak masuk?" pria itu masih berdiri di depan pintu, menungguku.

Aku menarik nafas panjang, kemudian melangkahkan kaki masuk ke dalam. Aku terhenti di depan pintu ketika pria berjaket bomber tadi langsung menutup pintu.

"Akhirnya, kamu menerima undanganku." Itulah kata sambutan dari Sky ketika melihatku. Ia tersenyum penuh kemenangan. Seakan hasil buruannya, berhasil masuk dalam perangkap.

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang