Thomas membawa kami masuk ke dalam area hutan, dan meminta kami untuk bersitirahat di sebuah pondok kecil yang ia tawarkan tadi. Meskipun kecil, pondok ini cukup rapi. Ada sebuah dipan di dalamnya, mungkin ini tempat bagi Thomas dan anak-anak lain melepas lelah selepas berburu atau saat sedang menunggu buruan mereka. Thomas sengaja membuatkanku dan David sebuah perapian kecil agar kami tidak kedinginan. Sementara Thomas dan yang lain berada di luar sambil menyalakan api unggun. Beberapa dari mereka pergi ke desa untuk mencari makanan dan yang lain berburu ke tengah hutan. Ada untungnya berteman dengan mereka, yaitu dipastikan aku tidak akan kelaparan karena mereka sudah memiliki jam terbang tinggi untuk hidup seperti ini. Keterbatasan makanan dan tempat tinggal tidak lantas membuat mereka menyerah. Mereka justru terlihat bisa beradaptasi dengan baik di segala keadaan.
"Kamu kedinginan?" David merapikan selimut yang menutupi tubuhku. Kami duduk selonjoran sambil bersandar di dinding. Sementara di depan kami, api kecil meliuk-liuk terkena tiupan angin dari luar. Namun api sekecil ini membuat kami cukup hangat.
Aku menggeleng. Menatap kakiku yang sekarang sudah memakai alas kaki. Beberapa luka masih terlihat, namun tidak semenyeramkan tadi karena David sudah membantuku membersihkan luka-luka di kakiku.
"Aku melihatmu begitu lelah. Kamu bisa tidur di pundakku." Aku menawarakan pundakku yang bebas.
"Aku tidak selelah itu Alinea." Sahut David tersenyum kecil, ia lalu merangkulku. "Aku ingin menjagamu semalaman, jadi kau tidurlah yang nyenyak."
Aku tertawa. "Kalau begitu, malam ini kita tidak usah tidur. Bagaimana?" aku menatapnya sambil tersenyum memperlihatkan gigi-gigiku.
David mengangguk. "Terserah kamu saja. Tapi jika kamu mengantuk, pelukanku siap untuk menerimamu...."
"Tentu saja. Pelukan siapa lagi yang bisa aku terima selain pelukan dari suamiku sendiri." Sahutku memainkan jemarinya. "Dav, tadi siang waktu menunggumu aku tertidur dan bermimpi."
"Mimpi?" pria itu menjauhkan tubuhnya untuk menatapku. "Bermimpi apa?"
"Hmm..." aku berusaha merangkai ingatan tentang mimpiku tadi siang.
"Kita berlarian di pantai sambil melihat matahari terbenam." Pikiranku menerawang jauh. Merasakan betapa damainya mimpiku siang tadi. Kami tidak memiliki ketakutan apapun, dan hidup dengan bebas sesuai dengan keinginan kita. "Dav....bisakah kita sebahagia itu? Maksudku....bisakah suatu saat nanti kita hidup normal layaknya suami istri biasa? Kita tinggal di kota, memiliki beberapa asisten rumah tangga. Kamu pergi ke kantor dan aku ke rumah sakit, sebelum berangkat bekerja aku menyiapkan kopi dan sarapan untukmu..." entah mengapa mengatakan hal seperti itu saja membuat mataku berkaca-kaca. Bagi sebagian orang mungkin impianku terdengar remeh, namun bagiku dan David yang belum memiliki kehidupan normal setelah pernikahan, hal itu terdengar sebagai suatu hal yang luar biasa.
David tercenung. Ia belum menjawab kalimatku. Mungkin ia juga merasakan perasaan yang sama sepertiku. Merasa teriris dengan kenyataan yang kami hadapi sekarang.
"Tentu saja." Sahutnya kemudian. "Aku janji akan segera menyelesaikan semua ini dan mengembalikan semua seperti sedia kala. Dan suatu saat nanti mimpi sederhana kita pasti akan terwujud."
Aku tersenyum, meskipun aku tidak tau apa yang akan terjadi nanti, namun kalimat David berhasil membuat secuil harapan di dalam diriku tumbuh.
"Jangan lupa, kita juga harus jalan-jalan. Menikmati seluruh waktu yang kita miliki berdua. Em....aku ingin nonton film bersamamu, dan setelah itu kita bisa makan malam berdua, kemudian setelah itu kita bisa menghabiskan sepanjang malam di rumah kita yang hangat. Bagaimana?" kini air mataku kembali menetes.
David mengangguk, kemudian menyodorokan jari kelingkingnya kepadaku. "Aku berjanji Alinea, aku janji akan menembus semua moment kita yang hilang selama ini dengan membagiakanmu seumur hidupku."
![](https://img.wattpad.com/cover/321847972-288-k356978.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
RomancePost seminggu sekali Beberapa bagian dari cerita ini mengandung banyak adegan kekerasan dan adegan dewasa (18+). Dimohon bijak dalam membaca ya! Ini cerita tentang cinta dan dendam. akankah cinta bisa menghapus sebuah dendam ataukah sebuah dendam ak...