David merebahkan tubuhku di kasur dengan pelan. Matanya yang penuh dengan hasrat itu menatapku tanpa berkedip. Ia menginginkanku, jelas sekali tercetak dari kedua manik matanya yang hitam itu.
"Kau cantik Alinea." Bisiknya. Ia terlihat begitu berbeda saat hasrat liar itu menguasai tubuhnya.
Pria itu mengelus rahangku dengan lembut, semakin turun dan akhirnya berhenti di kancing bajuku. Aku menggigit bibir dengan mata terpejam, merasakan tubuhku yang lambat laun kian terbakar.
Ia menunduk. Salah satu tangannya berada di samping kepalaku dan tangannya yang lain sibuk dengan kancingku. Seperti tak mau kehilangan moment, ia menciummu dengan begitu rakus. Dengan naluriku yang kuat, aku membuka mulut. Membiarkan ia melesakkan lidahnya yang hangat dan menari-nari bersama lidahku. Bahkan bibir kami sudah sangat basah, bertukar saliva dengan begitu nikmat.
"Lepaskan bajumu Dav." Pintaku lirih. David menegakkan tubuhnya dan membuka pakaiannya dengan sangat cepat. Pun begitu denganku, aku membantunya melepaskan semua yang ia pakai, juga pakaian yang masih melekat di tubuhku. Hanya dalam hitungan detik, kami sudah tak memakai selembar benang pun dan saling menindih. Tubuhnya hangat dan lembut, penuh dengan aroma khas-nya yang begitu aku sukai. Saat merasakan gesekan-gesekan tubuhnya yang menyentuh kulitku, tubuhku menegang, apalagi ketika jemarinya memainkan pucuk dadaku. Ia memelintirnya dengan lembut dan penuh nafsu.
Tak puas hanya memainkan dengan jemarinya, ia kemudian meyesapnya tanpa ampun. Mulutku terbuka menahan nikmat yang sangat luar biasa, dan tanpa sadar aku merintih. Rintihan-rintihan kecil yang akhirnya menggema di seluruh penjuru kamar kami yang remang-remang. Tak ada suara lain selain suara rintihan kami berdua, semuanya hening. Seolah menjadi saksi atas penyatuan kami malam ini.
Aku bersyukur bahwa Thomas dan yang lain tidur di rumah belakang. Jika tidak, bisa dipastikan mereka mendengar kegiatan kami, dan itu pasti akan membuatku sangat malu besok pagi.
David kembali melumat bibirku. aku menerimanya dengan bibir terbuka dan kembali melahap lidahnya yang begitu hangat. Ia bukan lagi David yang lembut ketika diatas ranjang. Ia begitu rakus dan liar. Sia seperti singa yang baru saja mendapatkan sebuah santapan lezat. Tak mungkin melepasnya sebelum laparnya benar-benar hilang.
David mengunci kedua tanganku diatas kepala, sedangkan jemarinya yang lain turun menyusuri pusarku kemudian berhenti tepat di miliku. Menggesek-gesekan jarinya disana, sampai basah.
"Akh.....!" aku berteriak. Tubuhku terasa ringan, seperti terbang ke udara. Gejolak panas semakin menguasai tubuhku. Aku menarik tanganku dari kuncian jemari David, tanpa sadar tanganku menyusup diantara rambutnya dan meremas nya dengan pelan.
"Ku mohon hentikan David." Pintaku dengan putus asa. Aku tidak ingin berakhir dengan cepat. Aku ingin merasakan bagaimana nikmatnya menyatukan milik kami berdua nanti.
Bukannya berhenti, David hanya menatapku dengan senyuman kepuasannya.
"Apa kau menyerah Alinea?" bisiknya kemudian mengecup leherku dan menggigit nya dengan lembut.
Aku kembali berteriak. Tubuhku menegang hebat, apalagi ketika merasakan miliknya sudah begitu keras menyentuh milikku.
"Aku mencintaimu David...." bisikku. Ku tatap matanya yang sayu. Ia terlihat begitu menikmati moment kami ini.
David kembali menegakkan duduknya. Ia terdiam sesaat dengan matanya yang begitu tajam menelusuri tubuhku. Sungguh aku tidak merasakan malu ataupun risih ketika ia menatapku seperti itu. Aku justru tertantang dan bangkit dari posisiku. Ku jilati tubuhnya dan ku sesap dengan lembut. Ia berteriak, manik matanya yang hitam semakin terlihat liar.
David mendorong untuk kembali tidur. Dengan cepat ia membuka kedua kakiku dan kembali menindihiku.
"Apa kau sudah siap sayang?" Ia mengusap keringat di dahiku.
![](https://img.wattpad.com/cover/321847972-288-k356978.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
RomancePost seminggu sekali Beberapa bagian dari cerita ini mengandung banyak adegan kekerasan dan adegan dewasa (18+). Dimohon bijak dalam membaca ya! Ini cerita tentang cinta dan dendam. akankah cinta bisa menghapus sebuah dendam ataukah sebuah dendam ak...