Seminggu berlalu setelah kejadian di hotel waktu itu. aku mencoba untuk melupakan semuanya, meskipun sulit. Paginya setelah drama ciuman itu, aku pergi sebelum David terbangun dan setelahnya aku mencoba untuk menghindarinya. Aku hanya tidak ingin menjadi orang aneh yang merasa berdebar ketika bertemu dengan kakak laki-lakiku, sebab beberapa hari lalu ketika aku mencoba bersikap biasa saja saat berpapasan dengannya di rumah, hatiku masih saja berdegup tidak menentu.
Sialan!
Aku yakin memang ada yang salah dengan diriku saat ini. Jadi, menghindari David dan pura-pura sibuk adalah satu-satunya jalan ninjaku.
Aku bangun cukup pagi hari ini. Selain memang berniat untuk berangkat kerja sebelum pria itu bangun, aku juga harus ke HRD untuk membahas kontrak dengan rumah sakit. Saat aku menutup pintu kamarku, aku lihat pintu kamarnya masih tertutup rapat. Aku mengelus dadaku lega, untuk kesekian kali aku berhasil kembali menghindarinya.
Dengan langkah santai, aku menuruni tangga sambil menanyikan sebuah lagu dari Bruno Mars. Namun aku terpaku di pijakan tangga terakhir ketika melihat sosok yang aku hindari justru tengah berada di ruang tamu bersama papa dan mama.
What?
Untuk apa sepagi ini ia bangun dan berkumpul dengan papa mama di sofa? Apa mereka tidak bisa melakukannya nanti malam saja?
"Berangkat sepagi ini lagi sayang?" mama yang pertama kali melihatku langsung menyapa. Ia tersenyum padaku dengan lembut.
Mendengar mama menyapaku, papa dan David ikut menoleh. Papa tersenyum ke arahku sambil menyapaku "Pagi Alinea...." Sedangkan David hanya menatapku dengan datar, tanpa ekspresi seperti biasanya.
"I—iya mama.....ada perlu di rumah sakit." Pipiku terasa panas, aku yakin sekarang warnanya memerah mirip kepiting rebus. Bagaimana tidak panas, dadaku kembali bergemuruh ketika beradu pandang dengannya.
Tidak bisa! Tidak! Aku harus menemui psikiater nanti, untuk berkonsultasi masalah kejiwaanku.
Aku berjalan mendekat, setidaknya aku harus mencium pipi mama sebelum berangkat bekerja.
"Hati-hati ya sayang...." Pesan mama setelah aku mencium pipinya, lalu aku berjalan menyusul papa yang duduk di kursi lainnya. Pria itu juga berpesan padaku agar berhati-hati. Biasanya, aku juga akan mengeluarkan beberapa candaan pada David. namun kali ini, aku benar-benar tidak bisa mengeluarkan candaan apapun. Setelah aku hanya menyapanya dengan 'hai', kemudian aku beranjak menuju pintu.
"Oh ya, nanti siang jangan lupa temui anak dari teman papa." Kalimat papa berhasil membuatku menghentikan langkah tepat di depan pintu. Ku pasang telingaku lebar-lebar. Apa papa sedang berusaha menjodohkan David dengan seorang perempuan?
"Namanya Marina. Dia anak yang baik." Lanjut papa.
"Iya, beberapa hari lalu ia datang menemui mama di acara peluncuran buku. Dia sangat cantik." Mama menambahi dan aku tidak suka mendengar mama memuji perempuan bernama Marina itu.
Dia cantik?
Ck, lebih cantik mana dari aku?
Tentu saja aku lebih cantik.
Mana mungkin ada perempuan yang lebih cantik daripada aku?
Aku kembali memasang telingaku. Berharap David menolak kencan itu. ya, pasti David akan menolaknya. Karena seingatku, ia memang tidak suka mengenal perempuan lewat perjodohan macam itu. lagipula bukankah perempuan baik bukan selera David? pria itu punya tipe lain, yang seperti Diana itu. liar, bebas, dan sesuka jidatnya sendiri.
"Baik. Nanti siang saya akan menemui mereka."
Mataku terbuka.
Apa?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
RomancePost seminggu sekali Beberapa bagian dari cerita ini mengandung banyak adegan kekerasan dan adegan dewasa (18+). Dimohon bijak dalam membaca ya! Ini cerita tentang cinta dan dendam. akankah cinta bisa menghapus sebuah dendam ataukah sebuah dendam ak...