20

176 11 0
                                    

"Satu es americano ya mbak....." kataku pada kasir di café tersebut sambil menyerahkan sejumlah uang padanya.

"Terimakasih. Mohon menunggu sebentar." kasir trsebut memberiku secarik nota dan berjalan menjauh untuk membuatkanku pesanan.

Siang ini mataku sungguh tidak bersahabat. Mungkin efek kelelahan sehabis penerbangan yang memakan waktu cukup lama dari Leicester, jetlag dan juga kurang tidur menyebabkanku menahan kantuk semenjak pagi. Padahal sejak tadi pagi pasienku cukup banyak dan menguras tenaga. Aku butuh caffeine agar tetap bisa fokus sampai jam pulang.

"Halo.....Alinea. we meet again." Suara itu, aku sangat hafal. Entah apa belum cukup pukulan-pukulan yang David layangkan selama ini padanya, sehingga ia masih punya nyali untuk kembali menemuiku dan mengusik ketenanganku.

"Ada perlu apa lagi?" aku bersidekap. Menatap Sky yang tersenyum lebar di depanku. Wajah pria itu tampak bersih sekarang. Tak ada bekas pukulan, atau luka robek. Mungkin karena beberapa hari terakhir, ia tidak datang mengangguku sehingga David tidak memukulinya.

"Aku hanya ingin membeli kopi." Ia mengedik pada susunan daftar kopi yang tergantung di atas mesin kasir.

Aku mencibir. "Mana mungkin kamu datang sejauh ini hanya untuk membeli kopi. Apa rumahmu jauh di dalam tanah sehingga kamu tidak bisa menemukan café disekitar tempat tinggalmu?!"suaraku meninggi, penuh dengan ejekan.

"Karena kopi di tempat ini enak, dan disini aku juga bisa mendapatkan bonus." Sahutnya santai.

"Bonus apa?"

"Bertemu denganmu." Gelaknya.

Aku tidak menyahut, hanya membuang pandang ke tempat lain.

"Aku dengar kalian sekarang menjadi sepasang kekasih?" tanya Sky kemudian, dan aku kembali menoleh tidak suka padanya.

"Darimana kau tau?"

"Aku memiliki telinga dan mata yang banyak sayang!" Sky menyeringai. "Seharusnya kamu memberiku hadiah, sebab tanpa aku mengatakan kebenaran itu, kalian tetap akan menjadi saudara tiri bukan?"

"Bagaimana rasanya menjadi pacar David? apa adrenalinmu mulai meningkat sekarang?"

"Bukan urusanmu!"

"Ingat, aku pahlawan dalam hubungan kalian."

Aku memang bersyukur karena fakta ini membuatku dan David menjadi sepasang kekasih dan memiliki cinta yang besar satu sama lain. Namun bukan berarti aku harus menjadikan Sky pahlawan karena sudah memberitahu rahasia itu padaku.

"Jangan ikut campur urusan kami lagi Sky! Cukup dengan semua hal yang kamu tau, dan simpanlah sendiri untukmu!"

Sky melipat kedua tangannya di depan dada dengan santai. "Padahal rahasia itu baru permulaan Alinea. Ada lagi rahasia besar, yang mungkin sayang untuk kamu lewatkan begitu saja. Dan nanti setelah tau rahasia itu, kamu akan banyak berterimakasih padaku."

Aku meremas jemariku dengan kuat. Ingin sekali aku menendang pria ini dan mengeluarkan sumpah serapahku padanya karena ia selalu saja mencoba untuk masuk ke dalam hidupku dan mengintimidasiku. Untung saja pesanan kopiku datang, dan aku bisa segera bergegas pergi dari tempat ini. Terus menerus mendengarkan ocehan Sky hanya akan menumbuhkan rasa penasaran di hatiku, dan jelas itu akan membuat hubunganku dan David tidak akan berjalan dengan baik. Karena sejujurnya, setelah bersama dengan David dan mengetahui perasannya padaku, aku jadi tidak tertarik dengan rahasia-rahasianya yang lain.

Aku percaya pada pria itu, lagipula semua orang di dunia ini pasti memiliki rahasia yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.

******

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang