27

106 8 0
                                    

Rumah itu megah, dan tentu saja sangat besar. Aku memang tidak pernah berfikir kalau Alexis memiliki rumah biasa seperti yang orang lain miliki. Mungkin pria itu memang tergila-gila dengan sesuatu yang ekstreem dan gila, sebab di gerbang masuk yang dijaga oleh dua orang bodyguard itu terdapat dua patung singa yang sedang mencakar sebuah kijang.

Gila! Siapa juga yang bersedia membuatkan patung semacam itu?
setelah gerbang terbuka, mobil yang kami tumpangi masuk ke dalam area perumahan. Dari gerbang menuju rumah utama cukup jauh, sebab rumah megah berwarna coklat cream itu memiliki halaman yang sangat luas. Mungkin lebih luas dari lapangan bola. Ada helipad di sebelah kiri rumah itu dan beberapa patung serigala kembali aku jumpai di setiap sudut halaman.

Aku semakin tidak tenang duduk di kursiku, meskipun aku tahu jika Alexis yang duduk disampingku ini menyadari kegelisahanku. Bagaimana aku tidak gelisah, jika pria psikopat ini membawaku masuk ke dalam rumah besar yang mirip labirin. Jika ia melakukan sesuatu padaku, seperti menjadikanku makanan untuk binatang-binatangnya, aku tidak bisa minta tolong pada siapapun.

Mobil itu berhenti tepat di depan pintu. Seorang bodyguard pria menyambut kami dan membukakan pintu mobil. Aku hanya tersenyum masam ketika pria berkepala plontos mirip algojo itu mempersilakanku turun. Dengan sedikit bergetar aku menurut, dan mengikuti Alexis di sampingnya untuk room tour.

"Ini ruang tamu...." Alexis membuka suara. Memperlihatkan padaku sebuah ruang tamu besar dengan lukisan-lukisan aesthetic dan tentu saja mahal. Ada empat buah tiang penyangga besar yang berwarna emas di ruangan itu, yang menghubungkan ke lantai dua dan seterusnya, dan di sudut ruangan, terdapat lift untuk menghubungkan lantai satu dengan lantai yang lain.

"Untuk lantai dua, mungkin kita bisa skip saja sekarang." Gumam Alexis kemudian yang diam-diam mendapatkan helaan nafas lega dariku.

"Mungkin nanti kalau kamu sudah menjadi istriku, aku akan memperlihatkan setiap jengkal rumah ini padamu." Pria psikopat itu menatap mataku dengan dalam dan berhasil membuatku bergidik ngeri.

Menjadi istrimu? Mimpi saja! Tidak akan pernah mungkin! Seruku dalam hati.

Aku tidak menjawab sepatah katapun, atau bertanya apapun. sebab aku terlalu malas untuk berada disini sekarang. Jika saja aku tau bahwa papa memintaku untuk bertemu dengannya, aku pasti sudah mencari seribu satu alasan agar tidak pergi.

Kami lantas berlalu menuju halaman belakang, diikuti oleh dua orang bodyguard yang salah satunya adalah yang membukakanku pintu mobil tadi. Kami melewati kolam renang, gazebo, kolam ikan dan akhirnya sampai juga di sebuah ruangan lain. Ruangan itu tak berpintu dan ketika mendengar suara auman yang lantang, barulah aku sadar ruangan apa yang akan kami tuju ini. Tubuhku semakin bergetar.

"Mari aku perlihatkan sahabat-sahabat terbaikku." Alexis berjalan mendahuluiku kemudian berhenti di ayunan kedua ketika dilihatnya aku hanya berdiri mematung tanpa beranjak.

"Apa kamu takut?" Alexis mundur, kemudian merangkul pundakku. "Jangan takut, mereka akan menjadi sahabatmu nanti."

Aku meringis, dan melepaskan tangan Alexis yang berada di pundakku dengan lembut. Aku tidak ingin ia tahu jika aku menolaknya sekarang. Karena bisa saja aku menjadi santapan makan malam harimau itu nanti jika aku ketahuan menolak Alexis mentah-mentah apalagi di depan anak buahnya. Aku yakin Alexis memiliki gengsi yang tinggi. Ia pasti tidak pernah ditolak oleh siapapun. Dan penolakan baginya adalah sebuah hinaan.

Kami terus melangkah masuk ke dalam ruangan itu. di dalam sana, ada dua ekor harimau yang berada di dalam kandang yang besar, mirip di kebun binatang, dan ada satu lagi yang duduk di luar kandang.

Wait!

Luar kandang?!

Wajahku memucat. Bagaimana jika harimau itu menelanku hidup-hidup karena melihatku sebagai orang asing?

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang