17

187 11 1
                                    

"Sampai jumpa...." Aku melambai pada seorang anak perempuan berusia tiga tahunan yang digendong oleh ibunya.dia membalas lambaianku dengan senyum pucatnya. Anak perempuan itu adalah pasien terakhir di klinikku malam ini. Dari sore sampai malam, pasienku lumayan banyak dan aku cukup merasa sedikit capek. Untuk saja hari ini David menjemputku, sehingga aku tidak perlu menyetir sampai ke rumah.

Aku berbalik dan berniat kembali masuk ke dalam klinik untuk bebersih. Namun sebelum aku benar-benar masuk, bunyi klakson mobil langsung menjeda langkahku. Aku menoleh dan mendapati sebuah mobil hitam sudah terparkir di depan pagar.

Aku langsung tertawa ketika melihat sosok yang kini membuka pintu mobil dan keluar dari sana. David terlihat berjalan ke arahku dengan santai.

"Tepat waktu sekali." Aku tersenyum kemudian menyambut kecupannya di dahiku.

David hanya tersenyum kemudian menggandeng tanganku masuk ke dalam klinik. Sementara aku membereskan meja, ia terlihat duduk di salah satu sofa yang berada tak jauh dari meja periksa. Sesekali aku meliriknya dengan sudut mataku, ia tampak asyik membuka-buka buku anatomi fisiologi.

Sudah beberapa hari semenjak kami pulang ke rumah, setelah David memastikan bahwa dia sudah aman dari kejaran Alexis dan anak buahnya. Entah apa yang terjadi dengannya dan Alexis, David terlihat sudah tidak memperdulikan masalah itu. mungkin mereka punya kesepakatan, atau memang masalah diantara mereka sudah selesai.

Saat kami pulang, baik papa ataupun mama terlihat biasa saja. Mereka tidak bertanya apapun padaku tentang apa yang terjadi sehingga aku bisa menginap bersama David. Bahkan mama yang biasanya menginterogasiku dengan cerewet hanya mengantarku masuk ke dalam kamar lalu memintaku untuk mandi dan segera makan.

Aneh memang.

Namun aku tidak peduli. Yang jelas, mereka tidak curiga tentang hubunganku dan David.

"Apa kamu masih lama?" David tiba-tiba saja memelukku dari belakang dengan sangat erat.

Aku meliriknya dengan sudut mataku. Pekerjaanku menyusun beberapa buku terjeda sesaat. " Kenapa? Apa kamu sudah lapar?" tanyaku. Jam dinding memang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Dia mencium leherku yang bebas. "Sedikit." Sahutnya di depan telingaku. "Apa kamu sudah makan?"

Aku menggeleng. "Belum."

"Setelah ini kita makan."

Aku menumpuk buku terakhirku. Dan kini meja kerjaku sudah bersih. Siap untuk aku gunakan untuk memeriksa pasien lagi besok sore.

"Aku sudah selesai." Aku memutar tubuhku dan kini kami berhadapan. Sambil tersenyum aku mengalungkan kedua tanganku di leher David dengan mesra.

Pria itu hanya menyeringai, lalu mengangkat tubuhku agar duduk di atas meja.

"Heyyy.....!" protesku dengan alis berkerut.

"Kamu cantik." David menyentil hidungku dengan lembut.

"Sudah dari dulu." Sahutku sambil memainkan kancing atas kemejanya yang terbuka. David sering mengenakan kemeja putih yang ia gulung sampai ke siku dengan kancing atas yang terbuka. Ia terlihat manly, dan aku begitu suka melihat dadanya yang tegap dibalik kemeja tipisnya.

"Katakan Dav, sejak kapan kamu menyukaiku?" aku menaikkan salah satu alis.

David mengusap rambutku. Kini tinggi kami terlihat seimbang ketika aku duduk di atas meja sementara ia berdiri tepat di depanku.

"Tebak."

"Emmm....." aku menatap langit-langit. "Sejak pertama kali kita ciuman? Atau sejak Evan meninggal dan aku sendirian?"

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang