12

209 14 0
                                    

"Apa maksudmu?!" mataku melebar, menatap Sky yang berdiri di sebelah kursinya dengan tatapan tidak percaya. Aku tahu ia suka membual, namun kali ini bualannya sungguh tidak lucu. Ia memang membenci David, terlihat dari ekspresinya ketika menyebut pria itu. namun, jangan jadikan aku sebagai tumbal atas itu semua.

"Apa kamu memikirkan perkataanmu—!" aku maju, ingin kembali menghadapinya dan menyumpahinya dengan beberapa kalimat. Namun baru saja aku melangkah, tiba-tiba saja seseorang berlari melewatiku dan menerjang Sky sampai pria itu terhempas di lantai.

"David!" aku berteriak, menutup mulutku dengan telapak tangan. Begitupun dengan penghuni café yang histeris dan beberapa berlari keluar untuk menjauhkan diri dari keributan. Kejadian ini terjadi begitu tiba-tiba sampai kami tidak siap melihatnya.

"Sudah gue bilang kan brengsek! Jaga mulut lo, atau gue bunuh lo!" David menunduk, menarik kerah jaket Sky agar pria itu kembali berdiri.

Sky yang sudut bibirnya sudah berdarah justru tersenyum. senyum yang penuh kemenangan. Apa kesakitan itu tidak seberapa dibandingkan kebahagiaannya?

"Lo takut?" Ia mengusap ujung bibirnya dengan punggung tangan, kemudian beralih menatapku sekilas. "Lo takut kalau akhirnya Alinea tau bahwa lo bukan kakak kandungnya?!"

"Tutup mulut lo anjing!" kembali David mendaratkan pukulannya di wajah Sky dan kemudian menendang perutnya. Lagi-lagi Sky yang memiliki badan lebih kecil dari David itu tersungkur hingga menghantam meja dan membuat gelas-gelas diatas meja jatuh berantakan bahkan beberapa kursi rotan ikut bergeser dari tempatnya. Menimbulkan suara gaduh yang menganggu telinga.

"David hentikan!" jeritku histeris. Aku berharap ada orang yang memisahkan mereka. Namun tak ada satupun yang berani mendekat, bahkan sang waiters sekalipun. Mereka hanya berkumpul dari jarak yang cukup jauh.

Aku mengusap wajah frustasi. jika aku membiarkan kejadian ini, hanya ada dua kemungkin yang terjadi. Pertama luka David akan terbuka dan kembali berdarah, atau kedua Sky akan mati sebab David terlihat tidak akan berbaik hati untuk melepaskannya.

"David, lukamu bisa mengeluarkan darah lagi!" teriakku ketika David masih belum berhenti, lalu menginjak leher sky dengan kuat sampai pria itu megap-megap. David juga menendang tubuh Sky beberapa kali, dan tak cukup sampa disitu, ia bahkan duduk di tbuh Sky dan menunju wajah pria itu habis-habisan.

"David!" aku akhirnya maju, menarik lengan pria itu agar berhenti. Sebab wajah Sky sudah tidak berwujud. Wajanya penuh dengan darah, dan ia tampak lemas. Namun sialnya, ujung bibir Sky masih terlihat tersenyum. dasar psikopat gila! Apa ia sebegitu bahagianya bisa membongkar salah satu rahasia besar David yang ia miliki?

David tidak bergeming. Ia bahkan tidak mendengarkan teriakanku.

"Bos!" teriakan Thomas dari depan pintu rupanya juga tidak bisa membuat David mengingkirkan pukulannya dari wajah Sky.

Aku menoleh pada Thomas yang berlari menghampiri kami dengan wajah panik.

"Bos, mari kita pergi sekarang." Thomas menarik lengan Sky dengan kuat, sampai ia terjerembab ke belakang dengan posisi terduduk. Nafas David naik turun, keringat mengucur di setiap suduh wajahnya, dan mata hitamnya masih menatap Sky seperti siap membunuh pria itu sekarang tanpa ampun.

"Dav, lukamu...." Aku berbisik ketika melihat kemeja David penuh dengan darah. Bukan darah dari wajah Sky, melainkan darah dari luka di dadanya itu. david hanya menunduk sekilas menatap kemejanya, namun ia terlihat tidak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah, pria yang terkulai lemas dan hampir mati di depannya ini.

"Mari kita pergi sekarang bos." Suara Thomas menggema diantara kami. "Anak buah Alexis mencarimu ke rumah sakit."

Alexis? Siapa lagi orang itu? sebuah nama asing yang berhasil membuatku kembali penasaran dengan segala rahasia-rahasia yang David miliki.

MetanoiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang