7

11.5K 693 5
                                    

Fidellia terus berjalan di jalan yang gelap tanpa arah, area yang dipenuhi pohon itu semakin menyeramkan saat diperhatikan. Merasa diikuti oleh seseorang, Fidellia melihat sekelilingnya namun tidak melihat apapun.

Di balik pohon, seseorang bersembunyi memperhatikan gadis yang tidak terlalu jauh darinya. Mengikutinya perlahan, tanpa membuat suara. Fidellia semakin was-was dan mulai melangkah dengan cepat saat melihat seseorang dibelakangnya.

Sosok tinggi dan besar itu adalah seorang pria yang disewa oleh Sharon, untuk menculik Fidellia. Sebelum datang ke pesta ulang tahun Mercya, Sharon telah menyusun satu rencana. Sebuah rencana untuk menghancurkan Fidellia dan membuatnya menghilang. Hidup Sharon akan terus terhambat jika masih ada Fidellia, karena menurutnya suatu saat nanti Telerdo pasti akan membuangnya jika masih ada Fidellia.

Dengan gerakan cepat, pria itu membius Fidellia lalu membawanya ke sebuah rumah menggunakan mobil. Pria itu sesekali memperhatikan Fidellia, ada sedikit rasa kasihan dalam hatinya. Namun dengan perjanjian yang menguntungkan baginya, dia akan melakukan tugas yang diberikan oleh Sharon. Pria itu memantapkan niatnya, kemudian kembali fokus ke jalanan.

Sesampainya di rumah kosong yang gelap, pria itu segera menggendong Fidellia masuk ke dalam kamar. Dengan perlahan membaringkan tubuh gadis itu, lalu melaksanakan tugasnya.

Disisi lain, Sharon tersenyum bahagia melihat foto yang baru saja dikirim kepadanya. Tidak sia-sia dia menyewa pria itu, pikirnya. Pasti hidup mewah tanpa beban akan datang sebentar lagi, setelah hama yang mengganggu hidupnya pergi.

Sinar matahari pagi mengganggu tidurnya. Saat mendengar suara berisik yang berada disekitarnya, Fidellia bangun dan terkejut saat melihat keadaan sekitar. Ini adalah lorong yang dekat dengan rumahnya. Bagaimana bisa dia tidur disini?

Sambil terheran-heran, dia berjalan pelan menuju rumahnya. Perlahan awan mendung menutupi langit, membuat Fidellia memiliki firasat buruk. Namun dia terus berjalan ke rumahnya, dan hal tidak diduga sedang menunggu kedatangannya.

Telerdo duduk di ruang tamu dengan raut wajah yang tidak bersahabat. Sambil menggenggam erat ponsel Sharon yang sedang menunjukan foto seorang gadis, dan itu adalah orang yang Telerdo kenal. Amarah dan kesabaran Telerdo sedang berada dipuncaknya, semua ini karena cerita dari Sharon.

Setelah menunggu beberapa jam, pintu itu akhirnya terbuka. Melihat Fidellia masuk ke dalam rumah, membuat Telerdo menariknya dengan tidak sabar. Membawa gadis itu ke gudang dan mendorongnya hingga menabrak dinding. Fidellia tidak tau apa yang terjadi, hanya memandangi Telerdo dan Sharon. Dia tidak bisa berpikir jernih sejak bangun tadi.

"Sudah cukup kau mempermalukan aku didepan sahabatku dan anaknya. Sekarang kau bertingkah seperti seorang jalang?"

"Apa maksud ayah?"

"Masih bisa berpura-pura menjadi orang bodoh?"

Telerdo melempar ponsel Sharon hingga mengenai wajah Fidellia, dan perlahan Fidellia mengambil ponsel itu lalu melihat foto yang terpampang. Seketika dia terkejut dan gemetar, ini fitnah karena dia tidak pernah melakukan hal hina seperti itu.

"I-ini ini bohong ayah, aku tidak mungkin melakukannya. Tolong percayalah."

"Terkejut hm? Berpikir aku tidak akan mengetahui kelakuan menjijikanmu itu? Kau benar-benar harus merasakan hukuman yang sangat berat, agar kau tidak berperilaku seperti ini lagi."

Kembali ke peristiwa tadi malam, dimana Fidellia dibawah oleh pria asing. Tugasnya adalah mengambil foto tidak senonoh bersama Fidellia tanpa diketahui siapapun selain Sharon. Pria itu membuka seluruh pakaian Fidellia kemudian melemparnya ke lantai, lalu menutup sebagian tubuh Fidellia dan segera memotretnya.

Dengan berbagai sudut dan bagian berbeda, menghasilkan beberapa foto menjijikan seakan-akan hal itu benar-benar dilakukan oleh Fidellia. Dari foto tubuhnya yang tidak mengenakan pakaian diatas kasur, foto berpelukan dengan pria itu dan foto lainnya. Namun wajah pria itu tidak terlihat, karena itu akan menghancurkan rencana Sharon.

Pria itu tidak melakukan hal berlebihan lainnya apalagi sampai mengambil mahkota Fidellia, karena dia tidak tertarik dan juga itu bukan tugasnya. Sharon hanya menyuruhnya untuk mengambil beberapa foto yang akan membuat ayahnya percaya, dan pria itu berhasil karena Telerdo sangat percaya.

Fidellia yang melihat foto-foto itu merasa dirinya sangat kotor dan tidak pantas untuk hidup lagi. Terlebih keluarganya mengetahui hal menjijikan ini, padahal seingatnya dia tidak pernah melakukan apapun tadi malam kecuali berjalan di jalanan gelap.

"Menjijikan, kau sangat menjijikan. Bagaimana bisa aku mempunyai anak sepertimu?"

"Tidak ayah, aku tidak pernah melakukan itu. I-ini semua bohong."

"Kau ingin terus membohongiku? Sedangkan ini sudah ada buktinya. Apa kau pikir aku sebodoh itu?"

Menangis dengan badan gemetar, Fidellia membantah tuduhan ayahnya. Bukannya percaya, Telerdo malah semakin muak dan tidak bisa menahan amarahnya lagi. Sharon yang melihat drama antara ayah dan anak ini jenuh, dan memutuskan untuk kembali ke kamar. Dia sudah puas melihat adik tirinya tersiksa, dan pastinya tidak akan selamat. Tinggal menunggu beberapa saat lagi sebelum semua keinginannya terwujud.

Telerdo menghukum Fidellia dengan segala cara mulai dari menjambak, menendang, menampar, mencambuk seluruh badan gadis itu bahkan membantingnya ke lantai. Luka memar, goresan bahkan kulit yang terkoyak memenuhi seluruh tubuhnya. Fidellia tidak dapat menahan semua rasa sakit itu lagi, sehingga kesadarannya perlahan menghilang.

Telerdo yang sudah muak menghukumnya, akhirnya menyeret tubuh itu ke taman belakang. Hujan deras turun disertai angin kencang, sejak Fidellia masuk ke dalam gudang. Telerdo terus menyeret tubuh Fidellia tanpa belas kasihan. Setelah sampai di tempat tujuannya, Telerdo segera mengangkat tubuh penuh luka itu dan melemparkannya ke danau kecil.

Tidak peduli dengan tubuhnya yang basah kuyup, Telerdo menatap tubuh Fidellia yang mulai tenggelam dengan tatapan dingin. Setelah beberapa menit menunggu hingga tubuh itu tenggelam, Telerdo kembali ke rumahnya.

Sedangkan Fidellia yang masih setengah sadar, hanya bisa meneteskan air mata saat menyadari jika ayahnya tidak akan pernah menyayanginya. Ayahnya tidak akan peduli padanya, apalagi menganggapnya ada.

"Aku sudah lelah dengan hidup ini, aku sudah lelah membohongi diriku dengan berpikir ayah akan menyayangiku suatu saat nanti. Bisakah aku pergi bersama ibu? Bisakah aku bahagia sekali saja? Bisakah aku tidak merasakan sakit sekali saja? Bisakah ak-"

Byurrr!

Tubuh kecil itu jatuh bersama tetesan air hujan dan tenggelam. Tidak ada niat untuk berenang ke permukaan, yang ada hanya pikiran kosong dan tatapan sendu. Bohong jika dia tidak berharap ayahnya akan menyelamatkannya.

Tubuhnya semakin tenggelam, dan nafasnya semakin sedikit. Bukannya membeku karena air danau yang sangat dingin, tubuhnya malah terasa hangat. Kemudian luka disekujur tubuh Fidellia perlahan tertutup dan membaik lalu kesadarannya hilang karena nafasnya hampir habis.

Tiba-tiba Fidellia membuka matanya dan mencoba sekuat tenaga untuk berenang ke permukaan, karena dia tidak ingin mati dengan keadaan menyedihkan seperti ini. Saat dia merasa hampir sampai, semakin kencang pula dia berenang hingga akhirnya dia melihat permukaan. Hal aneh terjadi, entah mengapa tiba-tiba danau ini terasa dangkal bahkan hanya sebatas pinggangnya. Tiba-tiba hal mengejutkan muncul dihadapannya, pikirannya kacau saat melihat apa yang ada didepannya.

"Tunggu, ini bukan taman belakang. Lalu ini dimana? Dan ASTAGA ITU PUNGGUNG SIAPA?!"

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang