Seluruh kekuatannya telah dikerahkan, kecepatannya juga semakin bertambah karena dipacu oleh adrenalin. Mungkin semua orang akan memilih untuk berlari sambil dikejar musuh, daripada berlari tapi tidak dikejar oleh apapun. Rasa takut memenuhi otak Fidellia, dia takut jika ternyata seseorang sekarang sedang mengejarnya.
Saat bangun pagi, Fidellia mendengar jika Ryuzen tidak ada dirumah. Dengan cepat dia mengatur beberapa barang yang harus dia bawa untuk berjaga-jaga, lalu dia berlari melewati jalan keluar yang sudah dia tandai.
Hatinya tidak bisa tenang karena Ryuzen sangat berbahaya, apalagi jika pria itu tau dia telah kabur dari rumah. Dia harus segera mencari tempat persembunyian, sebelum Ryuzen menemukannya. Dirinya semakin panik saat melihat seorang wanita sedang berdiri, seperti menunggu dirinya. Tanpa bisa melarikan diri, wanita itu sudah berada didepannya dengan wajah datar.
"Nona Fidellia?" Tanya wanita itu.
"K-kamu siapa?"
"Ikut dengan saya nona, Eleiin sedang menunggu dirumah."
"Bagaimana bisa kamu kenal Eleiin?"
"Kita tidak punya banyak waktu nona, ayo pergi sebelum pria itu tau."
Dengan cepat Marline menarik tangan Fidellia, kemudian membawanya ke mansionnya. Saat melihat Fidellia masuk ke dalam mansion, Eleiin segera memeluk Fidellia sambil menangis. Begitu pula dengan Fidellia yang ikut menangis, karena merasa jika dirinya telah aman.
"Nona, aku sangat merindukan nona..."
"Maaf Eleiin, aku tidak tau jika hal ini akan terjadi. Untung saja aku bisa kabur dari Ryuzen, dia sangat menakutkan..."
"Nona jangan pernah pergi lagi, aku akan menjaga nona dengan baik. Tinggallah disini karena sebentar lagi Yang Mulia dan Lumy akan datang, kita akan kembali ke istana nona..."
"Iya Eleiin, aku sangat merindukan istana. Apalagi aku sangat merindukan kalian semua..."
Kedua gadis itu masuk ke dalam kamar Eleiin, untuk melanjutkan cerita mereka. Sedangkan Marline sedang menunggu kedatangan Keinth dan juga kedua anak laki-lakinya, dengan perasaan gusar. Dia yakin sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi.
Sedangkan di sisi lain, Ryuzen sedang melakukan pertemuan dengan anggota aliansi untuk membahas penyerangan mereka beberapa hari mendatang. Dirinya belum menyadari jika Fidellia telah keluar dari rumah, karena dia tidak bisa merasakan aura Fidellia.
Para anggota mendengarkan rencananya dengan baik, dan mereka semakin memujanya karena otaknya yang sangat cerdas. Mereka yakin bahwa mereka tidak salah menjadi pengikut Ryuzen. Setiap orang yang melihat Ryuzen, merasa jika mereka tidak bisa melawan pria itu. Ketakutan mereka tertutupi oleh kesenangan, kala mendengar rencana yang akan mereka lakukan nanti.
Ditengah suasana yang cukup absurd itu, seorang pria merasa jika dia telah salah melangkah. Dia merasa jika hal ini seharusnya tidak dia lakukan, karena mungkin akan ada penyesalan yang nanti menghampirinya.
"Kau memang pantas mati setelah kau membunuh ayahku, Arthur..."
Daerah Fairyhourz dipenuhi oleh teror yang tiada habisnya, setiap hari selalu ada mayat yang jatuh ke tanah. Tangisan, permohonan, teriakan, dan duka memenuhi tempat itu.
Tanpa ampun Arthur membunuh kaum peri yang ada dihadapannya, tidak ada satupun yang dia lewatkan termasuk wanita dan anak kecil. Dia berjanji tidak akan pernah berhenti, sebelum dia menemukan orang yang dia cari.
Aergo sebagai pemimpin Fairyhourz sangat terkejut, saat mendengar kabar dari prajuritnya. Rakyatnya disiksa oleh seorang pemuda, yang dia takuti. Harusnya dia tidak menuruti perkataan-perkataan dari pemimpin lain, yang menyuruh dia untuk membunuh orang yang paling Arthur sayang. Harusnya dia tidak menghukum Eary, hanya karena wanita itu membesarkan Arthur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet My King [End]
FantasyPertemuan itu takdir. Pertemuan itu terjadi karena pertikaian. Pertemuan yang melibatkan dua dunia yang berbeda. Pertemuan antara seorang gadis lemah dengan raja terkuat yang pernah ada. Pertemuan yang menghadirkan suka dan duka, tawa dan tangis. K...