30

8.1K 432 0
                                    

Entah apa yang merasuki Arthur, hingga malam-malam seperti ini dia memaksa Fidellia untuk ikut dengannya. Fidellia yang asik membaca buku dicperpustakaan dan menghabiskan waktu sebelum tidur, malah ditarik oleh Arthur untuk ke ruangannya.

"Arthur pelan-pelan, kamu mengganggu terus ish!"

"Ssttt ikut saja, aku punya kejutan. Kau tidak akan menyesal saat melihatnya."

"Ya ya ya, awas saja jika tidak penting. Besok tidak boleh bertemu denganku."

"Kalo penting dan kamu senang, besok aku cium seharian."

"Itu tidak adil!"

"Sudah masuk sendiri sana, awas didalam ada hewan buas."

"Hei jangan membuatku takut!"

Perlahan Fidellia membuka pintu ruang kerja Arthur, kemudian masuk ke dalam. Ruangan yang diterangi oleh beberapa lilin, membuat bulu kuduk Fidellia meremang. Arthur bukannya menemaninya masuk ke dalam, malah tinggal diluar dan berdiam diri.

"Halo?"

"Wuffh? Wuff wufff!"

"Huh?"

Tiba-tiba sesuatu menerjang Fidellia, hingga dia terjatuh ke sofa. Matanya yang terpejam karena ketakutan, seketika terbuka lebar saat merasakan bulu-bulu halus dan jilatan hangat dipipinya. Fidellia sangat terkejut saat melihat Waide duduk dipahanya, sambil menggoyangkan ekor dengan semangat.

"Waide! Kau darimana? Astaga. Arthur! Arthurrrr!"

Fidellia segera memeluk Waide dengan kencang, lalu memanggil Arthur karena ingin bertanya tentang banyak hal. Arthur yang mendengar namanya dipanggil, masuk ke dalam ruangannya dengan senyum lebar.

"Jadi ciuman seharian?"

Setelah Arthur duduk di sofa, Fidellia segera memeluknya dengan erat kemudian mencium pipinya. Dengan senang hati Arthur mengelus kepalanya, lalu memperhatikan interaksi antara Fidellia dan Waide.

Di masa lalu, Arthur tidak pernah peduli dengan kebahagiaan orang lain. Dirinya saja jarang untuk bahagia ataupun tersenyum sedikitpun, kenapa dia harus peduli dengan kebahagiaan orang lain?
Namun sekarang dia mempunyai beberapa pekerjaan, yaitu memeriksa dokumen, menjaga istana dan rakyatnya, menganiaya Oriouze dan Gazrel, serta melindungi Fidellia dan membuatnya bahagia setiap saat.

"Blakelf membawanya kemari tadi, kita berdua lupa membawanya ke istana bukan?"

Fidellia mengangguk dengan cepat, kemudian menatap Waide dengan tatapan sendu. Ada sedikit rasa bersalah karena telah melupakan hewan lucu itu.

"Waide maaf ya, aku tidak sengaja lupa tapi memang lupa. Harusnya kamu sudah di istana dari kemarin, tapi aku malah melupakanmu. Maafkan aku ya?"

Seolah mengerti, Waide segera menjilati wajah Fidellia dan melolong pelan tanda dia memaafkannya

"Uh bahkan kamu dan Naka lebih peka padaku, daripada pria dibelakangmu Waide."

"Heh kenapa menyindirku? Memangnya aku punya salah?"

"Lihat Waide, dia bahkan tidak menyadari kesalahannya."

"Wuff!"

"Sudahlah aku mau pergi tidur. Yang Mulia, semoga tidur anda menyenangkan. Saya dan anak gemas ini pamit undur diri, selamat malam."

"Hush hush, pergi sana gadis menyebalkan."

Mendengar perkataan Arthur, Fidellia menjadi kesal. Dia keluar dari ruangan, lalu membanting pintu itu dengan keras. Arthur yang melihat kejadian itu hanya bisa mengelus dadanya.

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang