16

10.2K 613 6
                                    

Sudah 3 hari berlalu, tapi Fidellia belum juga sadar. Selama 3 hari itu juga Lumy dan Eleiin setia menemaninya, mulai dari mengganti pakaiannya, memberikan obat, bahkan mengompres tubuhnya dengan air hangat agar tubuhnya tidak semakin lemah. Terkadang Oriouze datang untuk membawa beberapa obat, atau sekedar mengantarkan tabib untuk memastikan kesehatan Fidellia. Sedangkan Arthur sibuk mencari cara bagaimana untuk masuk ke dalam aliansi pemberontaknya, tanpa diketahui siapapun.

"Lumy, aku rindu nona..."

Eleiin akhir-akhir ini sangat sangat sedih dan tidak bersemangat karena nonanya belum sadar juga. Bahkan untuk makan saja dia sudah malas, hanya Lumy yang bisa membujuknya.

"Aku juga Eleiin, kita harus banyak bersabar dan melakukan tugas dengan baik agar nona cepat sadar. Nona akan sedih jika kau juga ikut sakit karena tidak mau makan. Kau akan dimarahi nona nanti, kau mau?"

Perlahan Eleiin menggeleng, dan melanjutkan kegiatannya untuk menyisir rambut Fidellia. Lumy yang melihat perlakuan tulus Eleiin, sangat bahagia karena bisa mempunyai teman yang sangat baik. Para pelayan yang berasal dari kaum yang berbeda, membuat mereka kadang iri satu sama lain atau ingin menunjukan bahwa diri merekalah yang terbaik. Berbeda dengan Eleiin yang selalu rendah hati, dan tidak pernah membuat masalah.

Pertemuan Eleiin dan Lumy sangatlah rumit. Diawali dengan skandal Lumy yang mencuri kalung Eleiin, hingga mereka bertengkar tapi akhirnya mengetahui kesalahpahaman yang ada diantara mereka. Seseorang yang tidak suka kepada mereka berdua, membuat mereka berdua salah paham hingga berkelahi. Tapi untungnya kekuatan Eleiin membuat dia tau, bahwa Lumy tidak pernah mencuri kalungnya. Jika mengingat kejadian dulu, mereka berdua akan tertawa. Mereka berpikir betapa polosnya mereka saat itu, karena sangat mudah untuk tertipu. Dan sejak saat itu dimana ada Lumy, pasti akan ada Eleiin. Dan untungnya Oriouze yang mengetahui pertemanan mereka, membuat mereka melakukan tugas yang sama setiap hari.

"Ughhh kepalaku..."

"NONA!" Lumy dan Eleiin terkejut saat melihat Fidellia sadar, namun mengeluh kesakitan.

"Nona, nona baik-baik saja? Nona ingin sesuatu?"

"A-air, tolong Lumy."

Lumy segera mengambil air di dapur, sedangkan Eleiin membantu Fidellia untuk duduk di ranjang. Mereka berdua sangat sigap dengan apapun yang berkaitan dengan Fidellia.

"Eleiin, berapa lama aku tidak sadar?"

"3 hari nona, aku sangat merindukan nona. Kenapa nona sangat lama bangunnya?"

Fidellia tersenyum saat melihat Eleiin yang mulai menangis, dia senang saat dia sadar ada orang yang menunggunya.

"Aku mimpi indah, rasanya tidak ingin bangun. Tapi takdir menyuruhku bangun, karena ada anak cengeng yang menungguku."

"Nona jangan mengejek Eleiin, dia menangis 3 hari 3 malam karena nona tak kunjung sadar." Lumy datang membawa minuman, bubur dan buah-buahan.

"Benarkah?"

"Benar nona, lihat saja matanya sangat bengkak seperti disengat lebah hitam."

"Huaaa kalian jahattt!"

"Ssstttt ssttt jangan menangis, aku sudah sadar sekarang. Bahkan kita bisa bermain bola, mau tidak?"

"Tidak! Nona harus istirahat." Ucap kedua gadis itu bersamaan.

"Hahahahaha iyaiya, ini aku mau istirahat kok. Tapi makan dulu, rasanya sudah lama tidak makan."

Akhirnya Fidellia makan sambil bercerita tentang apa yang terjadi di ruang kabut, dan juga mimpinya. Sedangkan Lumy dan Eleiin sibuk menyimak cerita itu, seperti seekor kucing yang menatap tuannya.

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang