13

10.7K 641 3
                                    

"Tidak enak."

"Ganti lagi."

"Kurang pas."

"Kenapa tidak ada yang enak!"

Oriouze pusing bolak balik ke dapur dan ruang raja, karena pagi-pagi buta Arthur sudah menerornya. Rajanya itu ingin makan pie apel seperti kemarin, tapi tidak ada satupun koki istana yang bisa membuatnya sama persis.

"Yang Mulia, sudah banyak sekali pea yang dibuat oleh para koki, tapi tidak ada yang bisa seenak pea buatan nona Fidellia. Lebih baik Yang Mulia minta nona untuk membuat pea seperti kemarin."

"Tidak, aku ingin pea buatan koki."

"Tapi sudah puluhan pea yang dibuang oleh Yang Mulia karena rasanya tidak enak atau kurang pas. Lebih baik menyuruh nona Fidellia untuk membuatkannya lagi."

"Aku tidak peduli. Aku sudah membayar para koki dengan mahal, tapi tidak ada satupun yang bisa membuat pea itu? Mengecewakan."

"Yang Mulia bukan beg-"

"Cukup, sekarang kau lari 200 putaran di barak. Kembalilah saat tugasmu selesai, aku bosan melihat wajahmu yang aneh itu sekarang."

Dengan kesal bercampur pasrah, Oriouze pergi ke barak prajurit. Entah apa salahnya, hingga sang raja tega menghukumnya. Berlari memang tidaklah berat untuknya, tapi jika 200 putaran di barak yang sangat besar ini akan memakan banyak tenaga.

Sedangkan Fidellia yang baru bangun, segera mempersiapkan diri untuk berkeliling di istana barat sendirian. Lumy dan Eleiin sudah pergi ke pasar untuk membeli beberapa kain dan alat jahit, karena Fidellia berniat untuk membuat baju yang lebih nyaman dipakai.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Fidellia keluar dari kamar dan mulai menelusuri lorong di lantai 2. Lantai ini dipenuhi dengan kamar-kamar yang tidak dipakai oleh siapapun, mungkin hanya sekedar kamar tamu. Sedangkan lantai 3 adalah atap yang dipenuhi dengan tanaman obat, atap ini biasanya digunakan oleh para tabib untuk bercocok tanam.

Sepanjang perjalanan mengelilingi istana, para pelayan dan pengawal menyapa Fidellia seakan mereka sudah akrab dengan gadis itu. Penghuni istana barat sangat menyukai Fidellia, karena dia tidak seperti para putri anak dari para pemimpin Hitrach. Para pelayan dan pengawal sangat mengenal semua pimpinan atau keluarga mereka, karena istana barat menjadi tempat menginap untuk para pimpinan. Hingga tidak sedikit dari mereka sudah merasakan bagaimana diperlakukan seperti budak, oleh semua putri yang pernah menginap.

Berbeda dengan Fidellia, gadis itu sangat sopan dan menganggap semua orang sama rata. Bahkan beberapa pelayan mulai berteman dengan Fidellia, dan para pengawal merasa nyaman didekatnya.

Setelah mengelilingi lantai 2 dan lantai 3, sekarang saatnya pergi ke tempat paling luas di istana barat. Lantai 1 merupakan tempat yang sangat luas, dimulai dari halaman depan hingga halaman belakang, taman dan danau yang cukup luas, ruang makan, serta kamar-kamar milik pelayan dan pengawal yang sangat banyak, dan masih banyak ruangan lain seperti perpustakaan, dapur dan masih banyak lagi.

Saat melewati satu ruangan yang memiliki pintu berwarna coklat tua, Fidellia seketika merinding mengingat perkataan Lumy kemarin.

"Sebelum nona berkeliling, ingat satu hal. Di lantai 1 ada ruangan dengan pintu berwarna coklat tua, bukan coklat muda seperti pintu-pintu yang ada disini. Nona tidak boleh masuk ke situ, karena saat nona masuk sudah dipastikan nona tidak akan bisa keluar. Ruang kabut itu berisi kabut tipu muslihat, yang akan membuat nona membayangkan hal terbaik dan hal terburuk yang terjadi selama nona hidup."

"Apa semengerikan itu?"

"Iya nona. Dulu ada satu pelayan yang tidak sengaja masuk ke dalam situ, dan dia ditemukan sudah mengering dengan raut wajah yang sangat mengerikan. Jiwa yang sudah ditelan oleh ruang itu, mayatnya akan muncul tepat di depan pintu. Pintu berwarna coklat tua itu juga akan berubah warna menjadi lebih gelap saat ada orang didalamnya, dan akan menjadi warna hitam saat orang didalam sudah meninggal. Jadi kumohon, nona jangan pernah masuk ke dalam situ walaupun nona sangat penasaran."

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang