Meet My King [End]

34

"Aku menemukanmu gadis kecil."

Tawa seorang pria terdengar menggema disertai dengan auranya yang semakin menggelap, hingga membuat rumah kecil itu terlihat semakin mengerikan. Setelah sekian lama menunggu pergerakan dari para bawahannya yang tidak berguna, akhirnya sebentar lagi rencananya akan berjalan dengan lancar tanpa penghalang sedikitpun.

Para anggota aliansi yang mendengar tawa dari pemimpin mereka, hanya bisa bergidik ngeri sambil menundukkan kepala. Siapa yang akan menyangka jika pria dengan wajah tampan dan senyum manis itu, telah melakukan banyak hal kejam dan diluar nalar untuk kepentingan diri sendiri. Paras yang luar biasa dengan senyum lembut, serta suara dan perlakuan yang bisa menarik siapapun yang berada didekatnya. Membuat setiap orang bertekuk lutut dihadapannya karena dia yang 'berhati malaikat', nyatanya adalah malaikat pencabut nyawa.

Ryuzen F'kingllyoz, seorang anak yang di terlantarkan oleh Keinth Kingllyoz pemimpin Magichourz. Tidak ada satupun pemimpin di Hitrach yang tidak memiliki rahasia, bahkan Blakelf dan Graece yang terlihat baik itu sebenarnya juga menyimpan banyak rahasia. Namun siapa sangka jika anak terlantar dari seorang pemimpin, berniat untuk menghancurkan seluruh dunia dan menguasai alam semesta.

Ryuzen yang terlahir dari berbagai darah campuran, ibunya adalah seorang kaum campuran yang sering berhubungan dengan banyak orang dari kaum yang berbeda termasuk Keinth. Mezisa nama ibunya itu, bertemu dengan Keinth disebuah rumah bordil tanpa sengaja. Hingga hubungan mereka menghasilkan seorang anak, yang tidak berdosa namun dikutuk oleh dewi putih. Dewi putih melihat semua hal yang telah dilakukan oleh Keinth dan Mezisa, akhirnya mengutuk Ryuzen dan juga Mesiza menjadi orang yang selalu bersama dengan kegelapan dan kegelapan itu adalah Keinth.

Sedangkan Keinth menutupi rahasianya, dengan menikahi sesama penyihir yaitu Marline. Kehidupan Keinth seakan-akan berubah 180° setelah menikah dengan Marline, walaupun sebenarnya dia masih berhubungan dengan Mezisa. Bukan kehidupan perselingkuhan romantis yang didapatkan oleh Mezisa, melainkan penyiksaan secara terus menerus oleh sang kegelapannya. Ryuzen tumbuh dengan segala penyiksaan, hingga menjadikannya pria yang tidak punya hati.

Pria itu tumbuh dewasa bersama dengan kegelapan, yang selalu menghantuinya dimanapun dia berada. Bahkan saat dia berjauhan dengan Keinth, dia akan selalu disiksa lewat pikiran dan telepati. Akhirnya Ryuzen tumbuh menjadi kegelapan itu sendiri. Berbeda dengan Arthur yang ada untuk membawa kedamaian serta kesengsaraan, Ryuzen sendiri ada hanya untuk membawa kesengsaraan dimanapun dia berada.

"Hati-hati disana. Aku akan mengutus beberapa pengawal untuk berjaga-jaga, karena tidak mungkin aku membiarkan kalian bertiga pergi ke festival sendirian."

"Iya iya iya astaga, sudah berapa kali kamu bilang begitu Arthur? Bahkan sejak tadi pagi kamu selalu membahas itu terus, aku tidak pelupa."

"Aku hanya khawatir, aku tidak bisa pergi bersamamu karena harus pergi ke daerah Magichourz."

"Tidak apa-apa Arthur, aku bisa menjaga diriku sendiri. Lagipula ada Oriouze yang ikut dengan kami, jadi kamu tidak perlu takut."

Fidellia memeluk Arthur, kemudian tersenyum untuk menenangkan pikiran pria itu.

Sebentar lagi dirinya, Lumy dan Eleiin akan pergi ke festival seperti rencana mereka sebelumnya. Awalnya Arthur menawarkan diri untuk pergi bersama, namun Fidellia menolak dan juga Keinth tiba-tiba mengadakan jamuan untuk membicarakan hal penting.

Setelah bersiap, ketiga gadis itupun berangkat mengenakan kereta kuda yang sederhana agar tidak ada yang tau jika mereka dari istana. Melihat kereta kuda itu pergi, Arthur segera mempersiapkan diri untuk pergi ke Magichourz.

Sebenarnya dia bingung karena Keinth bilang ada sesuatu yang harus dia ketahui, dan hal itu mengenai masa depan Hitrach. Mau tidak mau Arthur harus mengetahui hal itu, karena laporan dari pengawalnya kemarin mengganggu pikirannya. Fidellia bertemu dengan seorang pria misterius, yang tidak dapat mereka ikuti karena dia menghilang tanpa jejak.