25

7.7K 428 0
                                    

"Eleiin!"

Fidellia yang berada di dapur, langsung berlari ke arah Eleiin dan memeluknya. Sudah lebih dari sebulan Eleiin meninggalkan istana, tapi mereka tetap berhubungan melalui surat. Lumy yang berada dibelakang Fidellia, bergantian memeluk Eleiin karena walaupun saling bertukar surat, mereka tetap merindukannya.

"Nona, Lumy, aku rindu kalian berdua." Mereka berpelukan dan menangis bersama.

Setelah itu mereka bertiga membuat kue bersama di dapur, kemudian pergi ke danau untuk menghabiskan waktu bersama. Sedangkan Oriouze yang sejak tadi berada di sekitar mereka, hanya bisa menatap ketiga gadis itu dalam diam.

"Bagaimana jika Fidellia tau sahabat kesayangannya berbohong?" Batin Oriouze.

Dia tidak berniat untuk memberitahu Fidellia tentang kebohongan Eleiin, karena dia ingin Fidellia tau dari mulut Eleiin sendiri. Yang dia khawatirkan adalah tidak semua orang di istana utama menyukai persahabatan mereka. Bisa saja Fidellia tau tentang Eleiin dari orang lain dan persahabatan mereka akan hancur.

Oriouze yang sibuk melamun tidak menyadari jika Arthur ada disampingnya. Sedangkan Arthur yang memperhatikan pengawalnya itu bingung karena akhir-akhir ini pengawalnya sangat aneh.

"Kau tidak akan mengkhianatiku bukan?"

"Yang Mulia? Sejak kapan anda disitu?"

"Cih dasar bodoh, awas saja jika kau mengkhianatiku. Sekarang panggil Fidellia, karena sebentar lagi dia harus berlatih."

"Baik Yang Mulia."

Sejak kemarin pikiran Arthur tidak tenang. Dia yakin para pemberontak itu akan memulai rencana mereka, atau mungkin sekarang sudah dimulai. Dia tidak ingin mengambil resiko besar, jadi dia harus terus melatih Fidellia agar dia bisa melindungi dirinya. Dia berharap aliansi itu akan bubar dengan sendirinya, sebelum mereka mencoba untuk mengalahkannya.

Dengan kesal Fidellia pergi ke lapangan untuk berlatih, teganya Arthur menyuruhnya untuk berlatih saat dia sedang melepas rindu pada sahabatnya.

"Kenapa dengan wajahmu itu?"

"Ck tidak peka!"

"Lapar? Mau kuambilkan makanan?"

"Tidak Yang Mulia."

"Arthur."

"Iya iya Art hur."

"Arthur, jangan dipisah."

"Iya astaga kamu bawel sekali, cepat latihannya. Lagipula aku tidak butuh latihan, aku ini hebat jika kamu lupa."

Tiba-tiba Fidellia jatuh karena didorong oleh sihir angin yang dikeluarkan oleh Arthur. Arthur tergelak saat melihat penampilan Fidellia sekarang, wajah dan rambut yang dipenuhi salju serta muka kesal yang sangat menggemaskan itu selalu menarik perhatian Arthur. Perlahan Arthur menarik tangan Fidellia hingga dia bisa berdiri tegak, kemudian Arthur membersihkan wajah dan rambut Fidellia dari salju.

"Hebat tapi kalah pada angin, ckckck gadis lucu."

"Siapa lucu? Aku ini sangar."

Arthur tidak tahan lagi untuk mencubit pipi gadis didepannya itu, tapi dia berusaha untuk tidak melakukan hal itu karena banyak prajurit disekitarnya. Namun wajah Fidellia yang sangat menggemaskan membuat dirinya tidak tahan lagi, dengan cepat dia memeluk tubuh Fidellia dengan erat dan membuat gadis itu itu sangat terkejut.

"Arthur lepaskan, para prajurit melihat kita."

"Siapa yang berani melarang raja hm?"

"Aku."

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang