9

12K 698 4
                                    

Rasa sesak memenuhi dada Fidellia, seperti ada sesuatu yang menekannya dari dalam. Sosok dihadapannya membalikkan badan dan menatapnya tajam, seakan-akan siap memangsanya.

Berbeda dengan Fidellia yang hampir pingsan, Arthur terus mengeluarkan aura kegelapan sambil menatapnya. Arthur tidak tau jika auranya dapat membunuh gadis didepannya itu, hanya terdiam dan bingung kenapa aura gadis ini tidak dapat dirasakannya.

Tubuh Fidellia perlahan jatuh ke dalam kolam, dan dengan cepat Arthur menahan tubuh kecil itu dan menggendongnya menuju kamar. Pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan, hingga akhirnya Arthur memanggil Oriouze.

"Kenapa dia bisa ada disini? Bagaimana mungkin aku tidak dapat merasakan auranya? Makhluk apa ini? Apa dia penyusup? Untuk apa di-"

"Yang Mulia tolong pelan-pelan. Saya bingung harus menjawab pertanyaan yang mana. Akhir-akhir ini Yang Mulia sangat cerewet, apalagi saat menghadapi para pimpinan Hitrach. Tolong kembalilah berwibawa."

Oriouze tidak dapat menahan rasa kesalnya, karena akhir-akhir ini atasannya sangat merepotkan. Bahkan tugasnya yang sudah banyak, tidak bisa diselesaikan karena Rajanya ini.

"Kau berani memarahiku? Umur berapa kau sekarang? Kau bosan hidup?"

Setelah membaringkan Fidellia, Arthur duduk di sofa yang berada didalam kamarnya. Dengan tak sabaran, Arthur melemparkan banyak pertanyaan kepada pengawal setianya.

"Maaf Yang Mulia, maksud saya tolong berbicara secara perlahan agar saya dapat menjawabnya dengan baik."

Oriouze yang awalnya emosi setengah mati, akhirnya sadar kalau dia sudah menyinggung makhluk terkuat di Hitrach. Sedangkan Raja didepannya ini sudah siap untuk membunuhnya, bahkan dengan auranya saja sudah dapat membuat Oriouze bergetar menahan rasa perih diseluruh badannya.

"Akhh shhh-"

Fidellia yang terbaring di kasur tiba-tiba meringis pelan, karena aura yang Arthur keluarkan menyakiti dirinya.

"Apa aku menyakitinya?"

"Maaf sebelumnya, tapi sepertinya begitu Yang Mulia. Aura anda menyakiti saya dan gadis itu."

Oriouze menunduk saat melihat Arthur berdiri dan mendekati gadis asing yang terbaring di kasur Arthur.

Arthur mendekati Fidellia dan melihat keadaannya yang memprihatinkan. Hidungnya mengeluarkan darah, sedangkan kulitnya dipenuhi urat berwarna hitam. Itu adalah efek dari aura kegelapan.

"Panggil tabib, gadis penyusup ini tidak boleh mati sebelum aku menghukumnya."

Aku terbangun dengan rasa sakit diseluruh badanku, apalagi kepalaku yang rasanya ingin pecah. Saat rasa sakit itu lumayan membaik, aku membuka mataku dan melihat keadaan sekitar.

"Ini dimana?"

Seingatku sebelum pingsan, aku berada di sebuah kolam bersama seorang pria asing. Tapi bagaimana bisa aku ada ditempat aneh ini, bukannya di danau kecil tempat ayah membuangku.

"Tempat ini tidak aman, aku harus kabur dari sini. Tapi jalannya dimana?"

Pikirannya semakin berantakan, tempat asing ini cukup mengerikan karena tidak ada penerangan selain dari cahaya bulan dan obor yang ada di dinding.

Setelah memanggil tabib, aku ikut memperhatikan gadis asing yang berada di kasurku. Bajunya yang basah sudah aku ganti menggunakan kekuatanku, jangan berpikir buruk.

"Sepertinya aku harus ganti kasur."

Dengan perasaan kesal, aku berusaha menahan auraku agar tidak memperburuk keadaan gadis itu. Gadis itu tidak boleh mati dan harus dihukum karena sudah berani menyusup di istanaku.

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang