31

6K 338 3
                                    

"Jadi bagaimana pekerjaanmu?"

"Membosankan, tidak ada yang membuatku tertarik seperti aku tertarik padamu."

Saat ini Arthur dan Fidellia sedang asik mengobrol sambil mengemil, di ruangan Arthur. Fidellia duduk dipangkuan Arthur, sesekali mengelus kepala pria itu. Setelah Gazrel pergi, Arthur merajuk dan ingin memangku Fidellia seperti anak kecil. Awalnya Fidellia keberatan karena dia merasa jika posisi itu kurang nyaman, tapi bukan Arthur namanya jika tidak memaksakan kehendak.

"Oh jadi kalau ada yang menarik, kamu akan tinggal disana terus?"

"B-bukan begitu maksudku." Tiba-tiba Arthur menjadi gugup.

"Arthur?"

"Iya sayangku?"

"Kamu pernah menyukai seorang wanita?"

"Tidak."

"Kalau pria?"

"Astaga pertanyaan aneh macam apa ini?"

"Hehehehe bercanda. Tapi bisa saja kamu menyukai Oriouze yang setiap hari bertemu denganmu, atau kak Gazrel yang selal-"

Cupp~

"Ish aku sedang bicara."

"Pembahasannya kurang berbobot. Lebih baik membahas tentang kapan kita menikah, kapan kita punya Arthur kecil, kap-"

Cupp~

Entah keberanian darimana Fidellia lebih dulu mencium Arthur, karena menurutnya pembahasan Arthur juga sama-sama kurang berbobot. Arthur yang terkejut, berusaha untuk mencerna apa yang baru saja terjadi.

"Jangan salahkan aku jika kau tidak bisa bernafas."

Tiba-tiba Arthur mencium Fidellia, kemudian memeluk gadis itu lebih erat. Fidellia tidak memberontak seperti kemarin karena dia juga menyukainya. Perlahan Fidellia mengalungkan tangannya ke leher Arthur, membuat Arthur semakin leluasa untuk melakukan aktivitas favoritnya itu.

Setelah merasa jika nafasnya hampir habis, Fidellia menjauhkan wajahnya dan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Sedangkan Arthur sibuk memandangi wajah Fidellia yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Pria ini benar-benar ingin membunuhku." Batin Fidellia.

"Kenapa berhenti? Aku sedang menjelajah dunia."

Tanpa menunggu jawaban, Arthur segera menangkup wajah Fidellia yang sangat kecil jika dibandingkan dengan tangannya yang sangat besar. Melihat pipi merah merona itu, membuat Arthur semakin menjadi-jadi. Nafasnya tidak beraturan karena untuk pertama kalinya, dia merasakan kupu-kupu berterbangan diperutnya.

Dia mendekatkan wajahnya, kemudian menjilat bibir Fidellia dengan pelan seakan-akan sedang menjilati permen. Fidellia yang diperlakukan seperti itu hanya bisa menutup matanya, karena sejujurnya dia sangat gugup tapi juga menikmatinya.

Setelah itu Arthur kembali menciumnya, tanpa peduli jika seseorang melihat kegiatan mereka. Bibir yang terasa manis itu, selalu membuatnya ingin merasakannya setiap saat. Tangan yang awalnya diam, mulai mengelus pinggang kemudian semakin turun ke bawah.

Arthur sangat senang karena dia tidak pernah merasakan hal seperti ini. Tapi saat merasakannya, semuanya terasa sangat pas seolah-olah Fidellia memang diciptakan hanya untuk dirinya. Fidellia menahan tangan Arthur yang mulai berkelana ditubuhnya, lalu dia menyudahi hal itu karena dia takut jika Arthur kelepasan.

Berbeda dengan Fidellia yang sedikit takut, Arthur malah tersenyum bahagia sambil mengelus pipi gadis itu. Dia tau kenapa Fidellia menghentikannya dan dia tidak akan marah.

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang