29

5.7K 356 9
                                    

Apa dia sangat marah?

Belum sempat Fidellia membuka suaranya, Arthur sudah terlebih dulu menarik tangannya menuju ke ruang kerjanya. Fidellia tidak melawan, dia tidak ingin membuat Arthur lebih marah padanya. Mungkin ini adalah pilihan yang salah dan Arthur tidak akan memaafkannya.

Sesampainya di ruang kerja, Arthur memojokkan Fidellia di dinding dan mengukung Fidellia dengan kedua tangannya. Arthur menatap Fidellia dengan tajam, sedangkan gadis itu berusaha untuk tidak ketakutan karena saat ini Arthur sangat menakutkan.

"Apa yang kau lakukan? Kau ingin memancing kesabaranku didepan seluruh pelayan dan prajurit?"

"A-arthur, aku tau aku salah. Harusnya aku tidak memakai baju dengan warna ini, maafkan ak-"

"Ya kau salah, salah karena telah menunjukan betapa cantiknya dirimu didepan banyak orang. Kau hanya boleh menunjukkan kecantikkanmu padaku, hanya aku."

Fidellia yang belum bisa mencerna semua perkataan Arthur dengan baik malah terkejut, saat pria itu tiba-tiba menciumnya dan menarik tubuhnya agar lebih dekat. Arthur memeluk pinggang Fidellia dengan tangan kanannya, lalu mendorong tengkuk Fidellia dengan tangan kirinya agar ciuman mereka semakin dalam. Sedangkan Fidellia meremas baju Arthur, karena ciuman Arthur benar-benar memabukkan untuknya. Arthur melepas ciuman mereka, kemudian menatap Fidellia.

"Kau milikku, selamanya milikku. Tidak ada yang bisa mengambilmu dari aku, selama aku masih hidup. Jadi jangan berpikir untuk pergi dariku. Mulai sekarang kau adalah calon ratuku, aku tidak menerima bantahan."

Arthur kembali menyatukan bibir mereka, sekarang itu adalah hal baru yang membuatnya kecanduan. Dia membantu Fidellia mengalungkan tangan ke lehernya, kemudian menggendong tubuh gadis itu dan membawanya duduk ke meja. Arthur mengelus punggung Fidellia, membuat Fidellia meremas bahu Arthur karena merasa geli.

Tiba-tiba Oriouze membuka pintu dengan santai, kemudian terkejut setengah mati saat melihat kejadian yang berada didepannya. Arthur melepaskan ciuman mereka dan menatap Oriouze dengan tajam, Fidellia yang malu hanya bisa menyembunyikan wajahnya didalam pelukkan Arthur.

"Kau sudah bosan hidup rupanya."

"Y-yang M-mulia, s-saya m-maaf b-begitu a-anu dia b-baik y-yang ada. Em a-anu MAAFKAN SAYA YANG MULIAAAAAAAA!"

Oriouze segera berlari menjauhi ruang kerja dan hal itu membuat Arthur sangat kesal. Tapi saat dia merasakan pergerakan didalam pelukkannya, amarah Arthur hilang dalam sekejap. Saat Fidellia mendongkakkan kepalanya, Arthur hendak menciumnya tapi suara perut Fidellia membuatnya kembali sadar.

"Astaga maafkan aku karena lupa memberikanmu makanan sayang, tunggu sebentar ya aku panggil pelayan dulu."

Arthur yang panik mengangkat tubuh Fidellia kemudian mendudukkannya di kursi, lalu dia berlari keluar untuk mencari pelayan dan koki. Fidellia bingung dengan tingkah Arthur yang pergi keluar, harusnya dia bisa menyuruh pelayan lewat telepati tanpa harus keluar.

Fidellia terkekeh pelan saat melihat kelakuan Arthur yang menurutnya sangat absurd. Dia yakin bahwa setelah ini, Arthur akan selalu menganggunya dan dia tidak akan bisa menjaga jarak lagi.

Para pelayan ketakutan saat melihat Arthur datang ke dapur dengan wajah panik. Tapi dugaan mereka salah saat mengira Arthur akan memarahi mereka, pria itu hanya menyuruh mereka menyiapkan banyak makanan untuk Fidellia dengan cepat. Pelayan dan koki bingung, harusnya Arthur bisa menyuruh mereka tanpa perlu datang langsung ke dapur.

Setelah setengah jam menunggu di dapur, Arthur kembali ke ruangannya membawa beberapa makanan dan dia tidak berniat menyuruh pelayan untuk membantunya. Arthur masuk dan melihat Fidellia yang sibuk membaca beberapa kertas yang ada dimejanya.

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang