41

6.2K 328 1
                                    

Tahun demi tahun berlalu, kemajuan di Hitrach semakin pesat. Pemberontakan dan kejahatan lainnya telah musnah, dan sekarang para rakyat hidup dengan damai tanpa masalah apapun. Kepemimpinan di Hitrach juga semakin maju, setiap pemimpin berhasil mensejahterakan seluruh rakyatnya tanpa terkecuali.

Tapi dibalik kehidupan yang damai, sebuah pengorbanan besar terjadi. Sang raja hanya bisa menelan pil pahit, setiap kali dia terbangun dari tidurnya. Ditinggalkan oleh orang yang di sayang, membuat dirinya semakin hari semakin sengsara.

Arthur hidup seperti boneka, yang dia lakukan hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Tidak ada yang bisa menenangkan pikirannya, bahkan dalam mimpi dia selalu dihantui oleh rasa bersalah.

"Jika saja aku tidak gegabah..."

"Kalau aku lebih kuat..."

"Harusnya aku bisa melindungimu..."

Hanya itu yang dapat dia pikirkan setiap saat, sebagai tanda penyesalan yang tidak berujung. Orang-orang berpikir jika dia baik-baik saja, tapi mereka tidak pernah tau apa yang dirasakannya setiap saat.

"Yang Mulia, sudah saatnya kita pergi ke Fairyhourz. Acara penyambutan Tuan Graekly akan dimulai setengah jam lagi, Nyonya Graece pasti sudah menunggu." Oriouze kembali mengingatkan, sebelum rajanya lupa dan pergi ke ruang kabut.

"Ah iya, aku lupa jika kita ada acara. Padahal sebentar saja kau terlambat, aku pasti sudah pergi ke ruang kabut."

"Benar dugaanku." Batin Oriouze.

Saat Arthur tidak memiliki pekerjaan, hal yang dia lakukan adalah duduk diam didalam ruang kabut. Setiap saat dia berharap jika Fidellia akan datang, jadi dia harus menunggu disana. Namun sayangnya bertahun-tahun telah berlalu, Fidellia tak kunjung datang.

"Saya akan menyediakan kereta agar Yang Mulia tidak terlalu lelah."

"Boleh juga, kau memang memahamiku Oriouze." Perlahan senyum tipis hadir dibibir pucat Arthur.

Terkadang Oriouze ingin menangis saat melihat rajanya, dia tau setiap penderitaan Arthur dan dia selalu berharap agar Fidellia bisa kembali. Sang raja pasti akan sangat bahagia, jika nanti bertemu dengan ratunya.

Sedangkan di sisi lain, seorang gadis sibuk mengatur ruang kerjanya. Fidellia sibuk menata kembali seluruh peralatan kerjanya, kertas-kertas tertumpuk disegala tempat baik meja, kursi ataupun lantai. Bekerja dibutik ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Tidak hanya menggambar dan menulis detail baju yang dia rancang, segala alat dan bahan, strategi pemasaran, mencari investor dan banyak hal lagi, harus dia lakukan setiap hari.

Sudah 10 bulan sejak dia sadar, akhirnya Fidellia memulai kehidupan baru. Karena ditemani oleh Aline dan Nyonya Rose, semua urusannya selesai dengan cepat. Butiknya telah berjalan selama 8 bulan, pembangunan sekolah dasar sudah 80% dan pembangunan lainnya akan selesai sebentar lagi.

Setelah mengatur ruangannya, Fidellia membersihkan diri dan segera berdandan. Jadwalnya akan padat mulai hari ini dan dia harus segera mempersiapkan dirinya.

"Apa kau tidak rindu padaku?" Fidellia kembali terkejut.

Lagi-lagi suara asing itu muncul dalam pikiran Fidellia, suara itu terus memenuhi pikirannya. Sudah berkali-kali dia pergi ke dokter untuk memeriksa hal tersebut, tapi jawabannya tetap sama.

Terkadang suara itu muncul saat dia sedang kelelahan, samar-samar tapi dia merasa sangat familiar dengan suara itu. Pernyataan cinta, kata-kata rindu bahkan kadang suara tangisan pernah didengar oleh Fidellia. Awalnya dia berpikir jika mungkin saja dia memiliki gangguan jiwa, tapi dia yakin bahwa semua ini bukan hayalan.

Meet My King [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang