Oriouze yang ditugaskan untuk memantau perbatasan, mempersiapkan diri untuk kembali ke istana. Tapi seorang gadis yang baru saja melewati gerbang menarik perhatian. Oriouze segera berpamitan kepada pemimpin prajurit perbatasan, kemudian mengikuti kemana perginya gadis itu.
Gadis yang menggunakan jubah coklat tua dengan sepatu bot setinggi lutut, perlahan membuka jubahnya saat dirinya telah berada di perbatasan Magichourz, atau wilayah penyihir. Oriouze yang terus melihat ke arah gadis itu terkejut, saat rambut yang berwarna hijau terang itu berubah menjadi warna perak, telinga runcing mengecil menjadi ukuran normal, dan sayap transparan dipunggungnya hilang. Fisik gadis yang berasal dari kaum peri, seketika berubah menjadi penyihir membuat Oriouze sedikit marah. Beraninya gadis itu menipu semua orang di istana dan dengan tenang kembali ke tempat asalnya.
Saat Oriouze berniat untuk pergi ke istana dan memberitahukan berita ini kepada Arthur, tiba-tiba pandangannya kembali tertuju pada gadis tadi yang sekarang bersama dengan seseorang yang dia kenal.
"Nyonya Marline istri dari pemimpin Magichourz, kenapa dia ada ditempat ini."
Oriouze kembali memperhatikan kedua wanita itu dengan tenang, dia harus mencari tau apa yang terjadi disini sebelum dia kembali ke istana.
"Sayang kau kembali."
"Iya ibu, kali ini aku sudah izin kepada orang-orang di istana."
"Anakku memang pintar."
"Tentu saja, Eleiin ini adalah anak ibu yang paling pintar."
Eleiin, gadis yang diikuti oleh Oriouze tadi adalah pelayan kesayangan Fidellia. Gadis yang selama ini menyamar menjadi kaum peri dan masuk ke dalam istana, lalu menjadi pelayan.
"Apa ada yang mengganggumu dan nona Fidellia di istana? Ibu dengar akan ada pemberontakan nanti, ibu takut akan terjadi sesuatu pada nona Fidellia."
"Aku tau ibu, potongan-potongan masa depan muncul dalam mimpiku semalam makanya aku kemari dengan cepat. Aku harus menemukan cara agar Yang Mulia, nona Fidellia dan seluruh penghuni istana baik-baik saja. Aku tidak ingin kehilangan mereka semua."
"Termasuk pria yang kau sukai hm?"
"Ibu sstttt! Para prajurit perbatasan bisa mendengarnya dan mengadukan pada tuan Oriouze. Ibu tau gosip di barak lebih cepat daripada gosip yang disebarkan gadis-gadis di desa." Bisik Eleiin, yang masih dapat didengar oleh Oriouze.
"Hahahaha kau sepertinya memang menyukai dia, kenapa tidak mengatakannya saja hm?"
"Ibu itu mustahil, tuan Oriouze tidak pantas dengan gadis lemah sepertiku. Mungkin aku akan mencari pria lain saja."
"Ckckck kau sudah menyerah sebelum memulai. Lebih baik sekarang kita kembalii ke rumah, kita perlu berdiskusi dengan ayah agar ayah memberikan sebuah pelindung untuk nona Fidellia."
"Ibu benar. Aku juga rindu ayah dan kedua kakak aneh tapi tampan itu."
Oriouze masih terdiam ditempatnya, pikirannya masih dipenuhi dengan semua percakapan ibu dan anak itu. Setelah melamun beberapa saat, Oriouze segera kembali ke istana untuk melanjutkan beberapa pekerjaannya.
Di sisi lain, Fidellia ingin menangis karena dia harus berlatih dengan Arthur ditengah cuaca yang lebih dingin dibandingkan kemarin-kemarin. Arthur sepertinya sangat senang menyiksa dirinya, karena saat ini pria itu sedang bersantai sambil meminum kopi hangat.
"Ayo pegang busur itu dengan benar, kau lebik baik belajar senjata jarak jauh daripada pedang. Yang ada tanganmu itu terpisah dari tubuhmu, karena kau tidak punya kekuatan apapun untuk memegang benda seringan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet My King [End]
FantasyPertemuan itu takdir. Pertemuan itu terjadi karena pertikaian. Pertemuan yang melibatkan dua dunia yang berbeda. Pertemuan antara seorang gadis lemah dengan raja terkuat yang pernah ada. Pertemuan yang menghadirkan suka dan duka, tawa dan tangis. K...