"Fidellia?"
"Ck kemana gadis itu?"
"Fidellia? FIDELLIA!"
Setelah mencari Fidellia selamat berjam-jam, Arthur akhirnya menemukan gadis itu dengan keadaan yang mengenaskan. Tubuh kurus dengan lingkaran hitam dibawah matanya, bibir dan kulit pucat, serta rambut yang sangat berantakan karena kedua tangan Fidellia mencengkram rambutnya. Perlahan Arthur mendekati Fidellia, dan mencoba membuatnya sadar.
"Bangun."
Melihat Fidellia yang tidak merespon perkataannya, Arthur menjadi kesal. Bukannya membangunkan Fidellia dengan cara yang lembut, Arthur malah menepuk wajah Fidellia. Namun sekuat apapun tepukkannya, tidak akan bisa menyadarkan Fidellia.
"Gadis merepotkan."
Arthur berinisiatif untuk menggendong Fidellia dan membawanya keluar dari ruang kabut. Tipu muslihat yang diciptakan oleh ruang kabut, tidak akan mempengaruhi Arthur sama sekali. Karena sejak kecil, dia sudah terlatih untuk mengendalikan emosinya.
Ruang kabut akan membuat emosi orang membunuh dirinya sendiri. Dengan cara menampilkan hal-hal yang mereka suka lalu ke hal-hal yang paling mereka benci. Sedangkan Arthur tidak pernah tau kapan dia merasa bahagia, atau merasa sedih.
Setelah mengelilingi ruang dengan waktu yang cukup lama, Arthur akhirnya menemukan pintu berwarna putih yang dicarinya sejak tadi. Segera dia membuka pintu itu, dan keluar dari ruang kabut.
Oriouze, Gazrel, Lumy, Eleein dan semua prajurit serta pelayan yang menunggu didepan sangat terkejut. Kala pintu berwarna hitam itu, berubah menjadi warna putih. Mereka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi didalam sana, tapi tetap tidak ada yang berani untuk masuk.
"Kenapa kau membuat ruang sejelek ini? Apa kau bosan menjadi penyihir payah, dan akhirnya membuat ruang tak berguna ini Zrel?"
"Hey bodoh, jangan menuduh. Ruangan ini dibuat atas perintah Yang Mulia. Mungkin dia merasa bosan, makanya menyuruhku membuat ruangan ini. Awalnya ruangan ini berisi pemandangan yang indah dan menyejukkan. Tapi karena semakin banyak pelayan dan pengawal yang mencoba menerobos, Arthur marah dan akhirnya menyuruhku untuk membuat kabut tidak jelas itu."
"Yang Mulia memang mudah sekali merasa bosan. Bahkan kegemaran selalu berganti, yang awalnya membuat obat, tiba-tiba membuat racun. Lalu beralih memberantas penjahat-penjahat kecil dengan cara menyamar. Dan akhirnya ingin mengumpulkan semua barang dan hewan roh yang menurutnya sangat bagus."
"Untungnya dia tidak gemar mengoleksi wanita. Sudah pasti pekerjaanmu dan aku akan bertambah."
"Hei lihat itu, pintunya terbuka dari dalam."
"YANG MULIA!"
"NONA!"
"Wah mereka selamat."
Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di kepala Oriouze, dan pelakunya tentu saja Gazrel. Dia tidak habis pikir bagaimana ajudan hebat ini, memiliki pikiran bahwa rajanya tidak akan selamat.
"Apa salahku?"
"Banyak. Sekarang tolong Yang Mulia dan Nona Fidellia, sebelum aku mengurungmu di ruang kabut itu." Tanpa menunggu perintah kedua, Oriouze segera membantu Arthur.
Arthur yang baru saja membuka pintu putih itu, seketika berhadapan dengan wajah-wajah khawatir dari para pelayan dan pengawalnya, bahkan para tabib yang ada disitu. Dalam batinnya, dia sangat bangga karena mereka semua menunggunya. Tapi rasa percaya dirinya tiba-tiba menghilang, saat semua pelayan malah mendekatinya untuk melihat keadaan gadis yang sedang digendongnya.
"Nona? Nona baik-baik saja?"
"Nona tolong bertahan."
"Tabib tolong obati nona Fidellia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet My King [End]
FantasyPertemuan itu takdir. Pertemuan itu terjadi karena pertikaian. Pertemuan yang melibatkan dua dunia yang berbeda. Pertemuan antara seorang gadis lemah dengan raja terkuat yang pernah ada. Pertemuan yang menghadirkan suka dan duka, tawa dan tangis. K...