Chapter 4

141 66 57
                                    

Perginya tanpa ciluk, langsung ba:ngagetin.perginya cuma ba. Tanpa kekok: gantung.

~Dava Rivaldy~

Udara dingin seakan menemani Alisya yang tengah melamun di balkon kamarnya. Kedua orang tua nya tak kunjung pulang ke rumah.

Waktu telah menunjukkan pukul 23.00 wib, tapi Alisya tak merasakan kantuk sama sekali.

Angin bertiup sangat kencang membuat Alisya beranjak masuk ke dalam kamar.

"Cape banget si hari ini," gumam nya pelan sambil memandang diri nya di pantulan cermin.

Ting.

Alisya membuka handohonenya saat suara notifikasi terdengar.

Bunda: kita pulang telat malam ini.

Alisya menarik nafas kasar membaca pesan dari Alana.

***

Seperti biasa Alisya pagi pagi sekali telah siap dengan seragam sekolah nya. Ruang makan yang biasanya selalu terisi kedua orang tuanya kosong, mungkin mereka sudah berangkat dari tadi.

Alisya sendiri sangat enggan untuk sarapan ia segera keluar rumah dan pergi ke sekolah dengan mengendarai motor kesayangannya.

Saat sampai di parkiran sekolah Alisya segera memarkir kan motor nya dan mengikat rambut nya asal, membuat siswa yang masih berada di parkiran berdecak kagum karena ke cantikkan Alisya.

Alisya sama sekali tak menghirau kan decakan kagum itu, ia berjalan menyusuri koridor hingga sampai di kelas nya. Di sana sudah ada manusia kulkas beserta ke dua sahabat nya.

"Fi ngomong napa diem diem bae," ucap Dava pada sahabat nya itu, ia heran kenapa Alfio bisa bertahan untuk tidak berbicara seharian. Berbanding terbalik dengan Dava yang mulut nya itu tidak dapat berhenti berbicara barang satu detik pun.

Alisya pun menghampiri mereka bertiga dengan jaket yang menyampir di tanga nya.

"Nih jaket lo,thanks," ucap Alisya sambil memberikan nya pada kulkas berwujud manusia itu.

"Hm," jawab nya tanpa menoleh sedikit pun. Alisya melotot tak percaya,mungkin yang di kata kan Elma waktu itu benar adanya berbicara dengan Alfio menyebabkan darah tinggi.

"Masih untung tu jaket gue cuci," cibir Alisya pelan tetapi itu masih bisa di dengar oleh Alfio.

"Gue denger," ucap nya dingin.

"Syukur deh," ucap Alisya kesal dan kembali ke tempat duduk nya karena bel telah berbunyi.

Dava dan Gerald tak henti henti nya mentertawakan Alfio karena baru kali ini ada perempuan yang berani berkata seperti itu pada Alfio.

***

Bel istirahat telah berbunyi. Alisya dan Elma memutuskan pergi ke kantin untuk mengisi perut nya yang keroncongan.

"Sya lo mau pesen apa?" tanya Elma saat mereka berdua sampai di kantin.

"Mie ayam aja deh,"

"Ya udah ayok," ucap Elma dengan santai nya.

"Terus lo ngapain nanyain pesenan gue," geram Alisya.

"Gue cuma nanya," jawab Elma dengan wajah tak berdosanya. Alisya harus banyak bersabar jika bersama dengan Elma. Wanita itu selalu membuat Alisya kesal setengah mati.

Setelah memesan makanan mereka berdua duduk di di kursi kosong yang terletak di ujung sebelah kanan. Saat sedang asyik menyantap makanan tiba tiba sheila dan sarah menghampiri meja mereka dan menumpah kan es teh dengan sengaja ke baju Alisya.

BYURR

"Ups sorry gak sengaja," ucap Sheila sambil tertawa mengejek.

Alisya hanya menatapnya dengan tenang namun juga terlihat tajam.

"Gue cuma mau ngingetin jangan pernah coba untuk deketin Alfio," ucap Sheila sambil menunjuk wajah Alisya.

"Gue juga gak minat," ucap Alisya sambil tersenyum remeh.

"Awas aja ya lo," ancam Sheila.

"Tapi kalo Alfio suka sama gue gimana?" tanya Alisya berniat memancing emosi Sheila.

Sheila hendak melayang kan pukulan tetapi tangan nya tertahan. Ia terkejut saat tahu bahwa pelaku nya adalah Alfio.

"Singkirin tangan kotor lo dari sasya," ucap Alfio dengan tatapan tajam dan aura yang seakan mengintimidasi membuat siapapun takut di buat nya.

"Sasya?" beo alisya bingung.

Belva Sena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang