chapter 30

22 6 35
                                        

Berikan sedikit cahaya dalam gelapmu, agar aku bisa percaya akan adanya harapan

~Belva sena~

Pagi pagi sekali Alisya terbangun karena pantulan cahaya yang menusuk indra penglihatannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi pagi sekali Alisya terbangun karena pantulan cahaya yang menusuk indra penglihatannya. Dengan rasa malas,ia bangun dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket.

Setelah lima belas menit berkutat dikamar mandi,ia berjalan menuju Kavia yang masih terlelap di atas kasur yang sangat empuk.

"Via,bangun!" Alisya terus menerus menggoyangkan lengan Kavia agar terbangun.berbagai cara Alisnya lakukan,tapi nihil Kavia sama sekali tak merespon semua usaha Alisya.

Alisya menyerah jika harus membangunkan Kavia,dengan perasaan dongkol ia pergi meninggalkan apartemen untuk pergi mengunjungi makam Alana.

Ia memesan taxi untuk pergi kesana,rasa sesak di dada kembali dirasakan Alisya saat melihat begitu banyak gundukan tanah berjejer rapih yang salah satu di antaranya adalah wanita kesayangannya.

Alisya berjalan perlahan menuju makam Alana yang terlihat terawat,tanpa bisa ia tahan air mata kembali membanjiri pipinya.sudah satu bulan Alisya mengetahui kepergian Alana,tetapi sangat sulit untuk mengikhlaskan semua takdir yang tuhan berikan padanya.

"Bun,Alisya kangen-" tangis Alisya pecah saat itu juga.hatinya rapuh,Alisya bukan wanita kuat seperti yang terlihat.

"Lisya belum ketemu ayah," Alisya menarik nafas panjang,menetralkan sesak di dadanya.

"Lisya benci sama ayah," Alisya menunduk sambil terus terisak.

Ting

Notifikasi muncul di handphonenya.

KaVia🐽: sya,ayah masuk rumah sakit.

Alisya membulatkan matanya saat membaca pesan dari Kavia.dengan tergesa gesa ia memesan Taxi untuk pergi kerumah sakit tempat ayahnya berada.

Selama di perjalanan,Alisya terus menerus mengumpat karena jalanan padat.tanpa berfikir panjang,Alisya turun dari mobil dan berlari menuju rumah sakit.

Untuk kedua kalinya Alisya terjatuh dan menyebabkan luka di kakinya.dengan nafas yang tak teratur ia terus berlari sekuat tenaga.

Saat sampai,dengan terburu buru Alisya berlari menuju ruangan yang sudah Kavia sebutkan.

Badan Alisya terpaku melihat Lutfhi yang tertidur lemah dengan semua peralatan yang menempel di seluruh tubuhnya yang sudah tak terlihat kuat seperti dulu lagi.

Perlahan Alisya mendekat dengan air mata yang sudah tak bisa ia tahan.di sana sudah ada Kavia dengan mata yang sudah sembab.

Alisya memeluk Lutfhi sambil terus terisak.ia tak sanggup jika harus kehilangan orang yang sangat disayangi.

"Ayah gakpapa" ucap Lutfhi dengan suara yang terdengar lemah.

"Sebenernya ayah anggap Lisya apa?" Alisya menatap Lutfhi dengan tatapan emosi sekaligus khawatir.

"Kamu putri ayah" air mata Lutfhi menetes begitu saja.

"Kenapa gak pernah bilang kalo ayah sakit?" Alisya membentak Lutfhi sambil terus menangis.

"Ayah gak mau kamu khawatir," Alisya menggelengkan kepala mendengar ucapan Lutfhi.

"Setelah ayah ngerahasiain kematian bunda-"

"ALISYA!" Kavia terlihat emosi mendengar ucapan Alisya.

"Cukup! ayah lagi sakit," ucap Kavia emosi.

"Gue juga putri ayah,gue berhak tahu apa yang orang tua gue alamin," jawab Alisya tak kalah emosi.

"Kenapa lo sih? Kenapa selalu lo yang pertama tahu apa yang ayah bunda alamin," Alisya mencengkram bahu Kavia dan terus mengguncangnya.

"KARENA LO EGOIS!" teriak Kavia dengan tatapan tajam.

Alisya tertegun dan melepas cengkramannya dari Kavia.

"AARRGHH" teriak Lutfhi yang terlihat kesakitan sambil mencengkram dadanya.dengan perasaan panik Kavia berlari keluar untuk memanggil dokter.

"Ayah harus kuat,bentar lagi dokter kesini," Alisya berusaha menyemangati Lutfhi yang terlihat kesakitan.

"Ayah jangan tinggalin Lisya,"

"Lisya udah gak punya siapa siapa lagi." tangis Alisya semakin pecah melihat Lutfhi tak sadarkan diri.tak lama seorang dokter datang dan menangani Lutfhi.

Alisya dan Kavia sedang berada di ruang tunggu.mereka sama sama diam dengan perasaan gelisah.

Setelah beberapa lama seorang dokter keluar dengan raut wajah yang sama sekali Alisya harapkan.

"Dok,ayah baik baik aja kan?" tanya Kavia sambil mencengkram baju sang dokter.

"Pasien mengalami koma,detak jantung nya tidak stabil," dokter itu menarik nafas sebelum melanjutkan ucapannya.

"Pasien mengalami serangan jantung,sangat kecil kemungkinan untuk bertahan,"

"Ini semua bohong kan?" tanya Alisnya tak percaya.

"Ayah pasti sembuh kan dok?" tanya Kavia sambil terus menggoncang tubuh sang dokter,ia berharap mendapat jawaban yang sangat memuaskan dari nya.

"Saya akan berusaha." dokter itu melenggang pergi meninggalkan mereka berdua.

Alisya terduduk dilantai sambil terus menarik rambutnya frustasi.

Kalian ingat saat kedua orang tua Alisya selalu terlihat pucat? Itu karena mereka mengalami penyakit ganas.sayang nya Alisya tak menyadari hal itu.ia tak pernah mencari tahu apa yang kedua orang tuanya alami.setiap kali bertanya,Luthfi akan memarahinya habis habisan agar tidak ikut campur atau mencari tahu.hal itu yang membuat Alisya terlihat EGOIS.

Anyeong.

Mimin up lagi nih.

Janlup ninggalin jejak ya


Bay.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Belva Sena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang