Chapter 25

33 9 17
                                    

Bila mungkin mencintai adalah sebuah bentuk ilusi yang fana, maka aku akan bertahan untuk terus berimajinasi hingga akhirnya ilusi itu menjadi nyata

~Alfio sandra sena~

Esok nya Alisya dan Alfio sudah berada di bandara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Esok nya Alisya dan Alfio sudah berada di bandara. Alisya mempunyai waktu satu jam sebelum terbang ke Rusia. Mereka memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu.

"Sya" panggil Alfio setelah menelan roti yang memenuhi mulutnya.

Alisya hanya menatap nya dengan tatapan bertanya.

"Kalo suatu saat gue gak nemuin lo, jangan nyariin gue ya."Alisya tak terlalu memikirkan nya saat itu, ia fikir Alfio hanya bercanda.

"Ngapain juga gue nyariin lo" jawab Alisya dengan nada ketus.

Alfio hanya tersenyum kecil mendengar jawaban Alisya. Setelah nya mereka sama sama diam menikmati makanannya masing masing.

Setelah satu jam berlalu, Alisya dengan cepat menyeret koper nya menuju pesawat.

Alisya berhenti berjalan membuat Alfio mengernyit heran. Alfio terkejut saat tiba tiba Alisya memeluk nya erat. Perlahan ia membalas pelukan Alisya, dan dagunya bertumpu di kepala Alisya, ia akan sangat merindukan wangi rambut strawberry milik Alisya.

Setelah berpelukan cukup lama, Alisya melepasnya dan berjalan menjauh sambil melambaikan tangannya.

"KALO LO KALAH DI PERMAINAN BERITAHU GUE YA.. AWAS AJA KALO LO BOHONG! " teriak Alisya saat sudah sampai di tangga terakhir. Alfio hanya tersenyum menahan sesak di dada mendengar ucapan Alisya. Alfio tersenyum getir melihat Alisya menghilang di balik pintu pesawat. Ia tahu umur nya tak akan lama lagi, tapi ia sangat ingin melihat senyuman Alisya di akhir hayatnya.

Selama di dalam pesawat, Alisya tak henti henti nya tersenyum membayangkan hari yang menyenangkan  bersama kedua orang tuanya. Tanpa sadar Alisya tertidur dengan memeluk foto bersama kedua orang tuanya erat.

***

Gelya, seorang wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter itu tergesa gesa memesan taxi setelah tiba di bandara. Ia terlihat sangat cemas sambil mengenggam handphone nya erat. Dengan cepat ia menyebutkan alamat yang di tujuan kepada supir taxi itu.

Setelah menghabiskan waktu setengah jam, Gelya sampai di depan sebuah rumah bergaya minimalis itu. Selesai membayar, ia berjalan menuju pintu utama dan menekan bel yang berada tak jauh dari nya. Setelah lumayan lama menunggu, pintu terbuka menampakkan sesosok wanita paruh baya dengan celemek yang melekat di tubuhnya.

Belva Sena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang