Ini tentang Alisya...
Seorang dengan rasa kecewa yang mendalam terus membelenggu hatinya. Ya, Alisya, wanita dengan segala emosinya yang tak pernah terluapkan. Hingga suatu hari ia mengetahui rahasia yang semua orang sembunyikan, semua itu membuat...
Aku selalu berharap untuk terus melindungi sayapku, tapi aku juga meminta bidadari ku jangan sampai kembali ke surga.
~Gerald renaldy~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bunda kenapa tinggalin Alisya?" air mata Alisya sudah tak ada lagi yang keluar, tapi sesak di dadanya belum juga hilang.
"Bunda kenapa gak pernah ngasih tahu Alisya?" dadanya semakin terasa sesak beriringan dengan suara tangisan yang sudah tak terbendung.
"Alisya jahat banget ya? sampai Alisya gak tahu apa yang bunda alamin,"
Luthfi tak kuasa menahan air matanya melihat Alisya yang terus menangis tanpa henti.
Rintik hujan mulai turun, langit seakan mengerti kesedihan yang sedang Alisya alami.
"Ayok pulang," ajak Luthfi saat hujan mulai deras.
"Lisya mau disini aja sama bunda," Alisya menjawab sedikit berteriak karena suara hujan deras.
"Sya, nanti kamu sakit," Luthfi berusaha membujuk Alisya.
"Lisya gak peduli, ayah pulang aja Lisya pengen disini," Alisya membentak Luthfi.
"Ayah tunggu di rumah," Luthfi pergi meninggalkan Alisya. Ia mengerti Alisya butuh waktu sendiri.
Baju Alisya sudah basah kuyup, Alisya tak berniat sedikit pun untuk beranjak dari tempat itu. Hari mulai malam, tapi hujan belum reda sedikitpun. Alisya beranjak dari tempat nya untuk pulang kerumah.
"Alisya pulang dulu bun," bisik Alisya sebelum pergi meninggalkan tempat itu.
Alisya berjalan sendirian di bawah deras nya hujan. Alisya menatap jalanan dengan tatapan kosong. Tiba tiba ia terduduk sambil kembali terisak.
"Lisya mau ikut bunda." dadanya terasa terhimpit okeh dua batu besar. Alisya melihat sebuah jembatan yang tak jauh dari tempat ia duduk. Dengan perasaan putus asa, ia berjalan perlahan hingga ia sampai di ujung jembatan. Alisya menatap air yang tenang dari atas jembatan. Alisya merentangkan tangannya sambil menutup mata.
"Selamat tinggal-"
Bruk
Alisya terjatuh saat seseorang menarik nya dari belakang. Alisya meringis pelan saat merasakan lutut dan sikut nya sakit akibat bergesekan dengan jalan.
"Lo ngapain disini?" Alisya mendongak saat mendengar suara yang tak asing baginya.
Tanpa menjawab pertanyaan yang di lontarkan, Alisya dengan cepat memeluk wanita yang sangat ia rindukan.
"Jawab gue! Maksud lo apa mau loncat dari atas jembatan?" wanita itu terlihat sangat kesal.
"Gue mau nyusul bunda," jawab Alisya tanpa melepas pelukannya.
Namanya Kavia, wanita yang sudah Alisya anggap saudari nya itu menghela nafas panjang.
"Ternyata lo sama bego nya kayak dulu," ketus Kavia sambil melepas pelukannya.
"Kenapa lo gak ngasih tahu gue kalo bunda udah gak ada?" Kavia bingung harus menjawab apa, dengan cepat ia mengalihkan pembicaraan.
"Ayok pulang ayah Lutfhi tadi nelpon gue,"
Alisya menggeleng cepat tanpa beranjak dari tempat nya.
"Gue benci sama ayah."
Kavia tahu percis apa yang di rasakan Alisya, genap dua tahun yang lalu Kavia kehilangan kedua orang tuanya karena mengalami kecelakaan. Orang tua Kavia dan Alisya berteman baik sejak lama, sebelum menghembuskan nafas terakhir Reno - ayahnya Kavia meminta agar Lutfhi merawatnya seperti putrinya sendiri. Kavia satu tahun lebih tua dari Alisya, saat memasuki dunia perkuliahan, Kavia memutuskan untuk menyewa apartemen agar tidak merepotkan ayah angkat nya.
Drt Drt
Handphone Kavia berdering. Dengan cepat Kavia mengangkat telpon dari Lutfhi.
"Iya yah?" tanya Kavia saat sambungannya terhubung.
"Alisya udah sama Kavia di apartemen," Kavia berbohong. Ia tak mau Lutfhi cemas jika mendengar Alisya hampir bunuh diri.
Sambungan terputus, setelahnya Kavia menarik lengan Alisya agar beranjak dari tempatnya.
"Gue mau pulang nyusul bunda," Alisya tetap bersikeras untuk duduk di tempat nya.
Kavia menarik nafas panjang, Alisya sangat keras kepala. Dengan sekali gerakan Kavia menggendong Alisya dan berjalan menuju mobil yang terparkir di sebrang jalan.
"Turunin gue," Alisya memberontak, Kavia terus berjalan dan menurunkan Alisya setelah berasa di samping mobil nya.
Nafas Kavia terengah engah setelah menggendong Alisya.
"Ayok naik," Alisya masih diam di tempat saat Kavia sudah menyalakan mobil nya.
"Cepetan," ucap Kavia kesal. Setelah beberapa kali Kavia membujuk nya, akhirnya Alisya masuk ke dalam mobil Kavia untuk pulang ke apartemen.
Selama di perjalanan Alisya terus melamun dengan pandangan yang kosong. Kavia sangat khawatir dengan keadaan Alisya saat ini, ia tahu Alisya sangat terpukul dengan apa yang telah terjadi.
"Sya kita kerumah sakit ya, gue khawatir sama keadaan lo," ucapan Kavia hanya mendapat gelengan kepala dari Alisya, entah sudah ke berapa kali Kavia menarik nafas panjang.
Saat sampai di apartemen mereka berdua turun dan memasuki apartemen yang terlihat mewah.
"Ganti baju lo." Kavia memberikan sepasang pakaian pada Alisya. Tanpa mengatakan apapun ia mengambil nya dari tangan Kavia dan pergi menuju kamar mandi.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.