Aku tak butuh teman yang berubah saat aku berubah dan mengangguk saat aku mengangguk. Bayanganku bisa melakukannya dengan lebih baik
~Alisya Belva~

Setelah menemui Aldino,Alfio tak pulang ke rumahnya melainkan pergi untuk menemui Alisya.saat Ratna mempersilahkan nya ke kamar,Alfio mendapati Alisya yang tengah tertidur lelap,ia tertawa kecil saat melihat Alisya tertidur dengan posisi telungkup.
Alisya merasa terusik saat mendengar grasak grusuk dari Alfio,ia membuka matanya sedikit untuk memastikan siapa yang berada dikamarnya.
"Gue kira lo buang," ucap Alisya saat melihat gelang yang pernah ia berikan melingkar di tangan Alfio.
Alfio hanya tersenyum dan mengacak pelan rambut Alisya.
"Mana icecream gue?" tanya Alisya mengingat janji Alfio saat disekolah.
Tak lama Ratna datang dengan nampan berisi icecream di tangannya,Alfio sengaja menyuruh Ratna untuk menyimpannya di kulkas karena tahu Alisya pasti tertidur.
Alisya menyambut kedatangan Ratna dengan mata berbinar dan dengan cepat mengambil alih icecream nya.
"Jangan terlalu sering makan icecream," Alfio menasehati Alisya layaknya anak kecil.Alisya hanya mengangguk dan terus menikmati icecremnya.
"Liat handphone punya lo," pinta Alisya setelah menghabiskan icecream nya.
"Ngapain?" tanya Alfio dengan wajah gugup dan memerah.
Alisya menengadahkan tangannya untuk menerima handphone Alfio,tapi ia tak kunjung memberikannya pada Alisya. Dengan cepat Alisya merebut handphonenya, ia penasaran apa isi handphone Alfio.
"Sya," panggil Alfio hendak merebut handphonenya dan dengan cepat Alisya menjauhkan handphonenya.
Wajah Alisya terlihat bersemu saat melihat lockscreen yang Alfio gunakan adalah foto Alisya. Alfio memalingkan wajahnya, ia merasa malu karena Alisya telah mengetahuinya.
"Lo nyuri foto gue?" tanya Alisya membuat Alfio gelagapan.
"Enggak," bantah Alfio berusaha menetralkan jantungnya yang berdegup jantung.
"La terus ini apa?" tanya Alisya sambil menyodorkan handphone yang ia pegang.
"Gue nemu di ig," jawab Alfio enteng, dimana Alfio yang suka jual mahal? Kini Alisya tak menemukan Alfio yang dulu, apa semua efek dari berteman dengan orang sengklek seperti kedua sahabat nya?
Alisya tak memperdulikan jawaban Alfio dan mengotak ngatik handphonenya lalu setelahnya ia perlihatkan pada Alfio. Alfio melotot melihat lockscreen yang Alisya gunakan. Bagaimana mungkin Alisya menaruh gambar Alfio yang sedang tertidur dikelas dengan mulut terbuka? Hilang sudah citra Alfio di depan Alisya yang selama ini susah payah ia jaga.
"Lo dapet foto itu darimana?" Alisya tersenyum tengil melihat Alfio yang terlihat panik.
"Dari Dava," jawab Alisya seadanya dan tertawa terbahak bahak melihat kuping Alfio memerah. Alfio berjanji jika bertemu dengan Dava, ia akan dengan senang hati melempar Dava ke neraka, sungguh mulia cita cita Alfio.
🐒🐒🐒
Tepat setelah Alfio pulang Alisya menerima pesan dari nomor yang tak dikenal.
08xxx
Kalo lo mau tahu siapa pembunuh Sasya, temuin gue di jalan kenangan.
Tanpa berfikir panjang Alisya segera mengambil jaketnya dan menyambar kunci motor yang ada di atas nakasnya lalu pergi tanpa sepengetahuan Ratna.
Saat sampai ditempat yang ia tuju, Alis Alisya mengerut melihat seorang perempuan berbaju hitam yang tengah membelakangi nya.
"Lo siapa?" tanya Alisya dan perempuan itu hanya tertawa kecil. Lalu setelahnya ia berbalik badan membuat Alisya terkejut. Bagaimana tak terkejut, perempuan itu adalah murid di kelas Alisya yang sangat pendiam.
"Senja?" tanya Alisya memastikan membuat yang dipanggil tersenyum smirk.
"Lo pasti penasaran banget siapa yang ngebunuh Sasya sialan itu kan?" pertanyaan Senja membuat Alisya tersulut emosi.
"Jaga mulut lo lonte," Alisya mencengkram kerah baju Senja dengan kuat.
Senja melepas cengkramannya kasar dan berjalan kearah samping.
"Disini,disini sialan itu dibunuh," jelas Senja sambil tersenyum senang.
"Cepet kasih tahu gue siapa yang ngebunuh Sasya," hilang sudah kesabaran Alisya menghadapi manusia bajingan di depannya.
"Santai dong, gue yakin lo pasti kaget kalau tahu siapa pembunuh nya," senja seakan memancing emosi Alisya.
"Gak usah banyak bacot," satu pukulan mendarat mulus diperut Senja. Ia meringis saat badannya tersungkur ke tanah.
"Cepet kasih tahu gue bangs*at," Alisya terus menendangi badan Senja dengan emosi. Senja terus terbatuk karena menerima tendangan dari Alisya.
Senja berdiri dari tempat nya dan menatap Alisya tajam.
"Gue yang bunuh Sasya, puas lo?" dengan sekuat tenaga Alisya menahan emosinya ketika mendengar jawaban dari Senja agar ia terus melanjutkan jawabannya.
"Dan lo tahu apa yang dia ucapin waktu sekarat?" tanya Senja sambil tersenyum kecil yang terlihat menjengkelkan dimata Alisya.
"'Area you oke?'gue benci denger pertanyaan kayak gitu, kenyataannya gue gak pernah baik baik aja-" Senja menggantung ucapannya saat melihat mata Alisya memerah.
"Gue iri liat orang lain dengan ekonomi tercukupi, sedangkan gue, setiap hari harus nyari pekerjaan agar semua keinginan adik gue terpenuhi," satu air mata lolos membasahi pipi senja.
"Waktu itu gue nawarin diri buat bunuh Sasya, lo tahu karna apa?" senja menyeka sir matanya dan melanjutkan ucapannya.
"Adik gue sekarat di rumah sakit, waktu itu gue butuh biaya buat operasi,"
"Gak usah bertele-tele, siapa yang nyuruh lo buat bunuh Sasya?" tanya Alisya dengan emosi yang sudah tak tertahankan.
Setelah mendengar jawaban Senja Alisya tak mempercayainya sama sekali, bagaimana mungkin ia bisa melakukan semua ini?
"Gak usah ngada ngada," Alisya mencengkram bahu Senja dengan sangat keras lalu mendorong nya.
"Dunia ini penuh dengan penghianat, siapapun bisa melakukannya."
Anyeong.
Untuk ke 1935x nya ganti cover mweheheh
Vote+komen=menghargai karya author.
Bay.


KAMU SEDANG MEMBACA
Belva Sena [END]
De TodoIni tentang Alisya... Seorang dengan rasa kecewa yang mendalam terus membelenggu hatinya. Ya, Alisya, wanita dengan segala emosinya yang tak pernah terluapkan. Hingga suatu hari ia mengetahui rahasia yang semua orang sembunyikan, semua itu membuat...