Jika ada orang yang menyebut mu
Jelek. Jangan sedih, mungkin saja orang itu tidak bohong.~Elma Revalyna Putri~
"Kok babang Al udah pulang," Dava merengek kesal saat sudah berada di luar bersama yang lainnya. Semua yang ada disana menatapnya jengah.
"Kenapa lo liat gue kayak gitu?" tanya Alisya heran saat Dava memandang nya dengan tatapan aneh.
"Lo mau kan anterin manusia sengsara ini kerumah?" tanya Dava memelas.
"Gue duluan guys." Alisya melesat pergi tanpa menghiraukan Dava yang sedang menatap nya dengan tatapan memohon.
"Oh gue lupa, gue mau jenguk kerabat gue dirumah sakit." Gerald menepuk jidat nya pelan.
"Gue balik sama siapa?" mata Dava sekarang mulai berkaca kaca.
"Sorry Dav, gue gak bisa nganterin lo," ucap Gerald sambil nyengir kuda.
"El," panggil Dava pada orang yang masih berdiri dihadapannya.
"Gak mau," tolak Elma cepat. Ia trauma bila membonceng Dava. Sebelum nya saat pertama kali Dava meminta tumpangan pada Elma, ia menerima nya dengan senang hati walaupun awal nya terpaksa karena Dava memaksanya dengan cara tidak manusiawi. Dava mengancam akan menjodohkan Elma dengan lelaki yang selalu mengejar Elma saat pertama masuk sekolah. Namanya Asep, murid kelas sebelah yang selalu membuat Elma jengkel sekaligus malu. Laki laki dengan hobby mengupil itu selalu membuntuti Elma kemanapun. Hingga akhirnya Elma memberikan tumpangan pada Dava walaupun arah rumah nya berlawanan.
Dan yang membuat Elma kesal sekaligus jengkel adalah ketika motor yang mereka tumpangi berpapasan dengan orang lain, Dava selalu berteriak menyapa seakan kenal. Saat lampu merah, motor Elma bersebelahan dengan seorang pengendara lain yang diyakini umur nya lebih tua daripada mereka. Dan dengan tidak ada ahklak nya Dava menekan tombol kelakson pengemudi itu dengan sangat keras dan menjadi pusat perhatian.
Yang akhirnya mereka berdua diancam akan dilaporkan kesekolah. Dari saat itu Elma tak mau jika harus membonceng Dava yang berasal dari spesies meresahkan itu.
"El," panggil Dava semakin memelas.
"Gak mau," tolak Elma sambil menyalakan motor nya untuk melesat pergi.
"Gue janji gak bakal kayak dulu lagi," ucap Dava dan duduk seenak nya dibelakang Elma.
Elma memutar bola matanya malas.
"Ck, iya deh. Awas aja kalo lo macem macem lagi,""Iya," setelah mendengar jawaban Dava, Elma segera menyalakan motor nya dan melesat meninggalkan gedung tua itu.
"Gue gak janji," lanjut Dava setelah motor nya jauh dari gedung tua itu.
"Dava! Awas aja kalo lo teriak," larang Elma geram.
"HALLO BU, PAK," teriak Dava sambil melambaikan tangannya pada orang yang ada di pinggir jalan.
"Dava bisa diem gak lo," Elma semakin geram karena tingkah Dava.
"HALLO KAK BOLEH KENALAN GAK?" Dava sama sekali tak menhiraukan Elma yang sudah tersulut emosi.
"Kita itu harus ramah sama semua orang El," ucap Dava sedikit berteriak karena suaranya yang terbawa angin.
"Bisa diem gak?" emosi Elma semakin memuncak.
"HALLO DEK," dan sekali lagi Dava tidak menghiraukan ucapan Elma.
'Ciitt'
Elma nge rem mendadak membuat Dava hampir terjatuh karena tidak berpegangan.
"Turun," suruh Elma tak mau di bantah.
"Jangan gitu dong," ucap Dava yang masih duduk manis di motor Elma.
"Turun cepetan," perintah nya lagi.
"Tega banget si," ucap Dava setelah turun dari motor Elma.
"Bodo amat," jawab Elma ketus.
"Masa gue jalan kaki,"
"Ya naik taxi aja bego," emosi Elma sudah sampai ubun ubun.
"Gue gak punya ongkos." Dava semakin memelas berusaha membujuk Elma.
"Lo kan orang kaya, masa ongkos aja gak punya?" tanya Elma tak percaya.
"Lo kan tahu semua yang gue punya disita sama emak gue termasuk uang jajan gue," jelas Dava.
"Terserah lo deh gue mau balik," Elma pun pergi dengan motor kesayangannya meninggalkan seonggok daging yang sangat mengenaskan itu.
"El, lo tega banget si sama temen sendiri," teriak Dava kesal yang mungkin masih terdengar oleh Elma.
"Hallo bu," sapa Dava pada wanita paruh baya yang berjalan melewatinya.
Dan tak ada pilihan lain akhirnya Dava pulang dengan berjalan kaki walaupun jarak rumah nya lumayan jauh.
***
"Bi!" panggil Alisya setelah selesai berganti baju.
"Iya non?" Ratna menghampiri Alisya yang berada di ruang tengah.
"Nanti panggil mang ujang untuk makan malam bareng ya," suruh Alisya sambil tersenyum hangat.
"Iya non."
"Yaudah Alisya kekamar dulu," pamit Alisya dan meninggalkan Ratna yang masih berdiri disana.
Saat sampai dikamar, Alisya membaringkan tubuhnya dikasur yang sangat empuk dan pikiran nya terus menerawang.
"Sya," panggil Alana lembut. Saat ini mereka sedang ada dihalaman rumah untuk mencari udara segar.
"Iya bun?" Alisya menoleh memandang wajah cantik Alana dari samping.
Alana sempat berpikir sejenak sebelum mengatakan sesuatu.
"Minggu depan kita pergi ke Indonesia," ucap Alana tiba tiba."Kok mendadak sih bun?" tanya Alisya sambil menautkan alis nya.
"Ada pekerjaan yang harus di selesaikan di Indonesia,"jawab Alana sambil pandangan nya terus lurus kedepan.
Alisya tak menanggapinya, pandangannya terus lurus ke depan sama hal nya dengan Alana.
"sya,"panggil Alana untuk kedua kalinya.
"Hm?" Alisya hanya menjawab nya dengan gumaman.
"Kalo misal kamu punya kakak gimana?"
Alis Alisya saling bertautan mendengar pertanyaan Alana.
"Kayak nya gak mungkin, Alisya kan anak tunggal," jawab Alisya sambil menoleh kesamping tepat Alana berada.
'Semuanya gak ada yang mustahil' gumam Alana pelan.
Alisya menarik nafas pelan mengingat pembicaraan nya dengan Alana saat di rusia.
"Ngantuk banget" Alisya pun terlelap kebawah alam mimpi untuk mengistirahatkan badanya yang terasa lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Belva Sena [END]
AcakIni tentang Alisya... Seorang dengan rasa kecewa yang mendalam terus membelenggu hatinya. Ya, Alisya, wanita dengan segala emosinya yang tak pernah terluapkan. Hingga suatu hari ia mengetahui rahasia yang semua orang sembunyikan, semua itu membuat...