Chapter 45

23 7 0
                                    

Tidak menaruh kepercayaan satu sama lain adalah cara terbaik untuk menghindari pengkhianatan.

~Alisya Belva~

Keesokan harinya, Alisya pergi ke sekolah lebih pagi dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, Alisya pergi ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Sebelum nya ia telah menghubungi seseorang untuk menemuinya di rooftop sekolah.

"Kenapa manggil gue kesini sya?" tanya Elma dengan raut kebingungan, pasalnya bel masuk berbunyi 15 menit lagi.

Alisya membalikan badannya mendengar pertanyaan Elma, lalu berjalan mendekatinya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Jawab pertanyaan gue dengan jawaban 'nggak'." dahi Elma mengerut mendengar ucapan Alisya, tapi dengan cepat ia mengangguk.

"Lo gak akan pernah hianatin gue kan El?" tanya Alisya dengan tatapan berharap agar jawaban yang didengar sesuai dengan harapannya.

"Nggak, bahkan gak akan pernah gue lakuin," jawab Elma sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo nggak akan pernah ninggalin gue kan?" tanya Alisya untuk kedua kalinya, dengan cepat Elma menggelengkan kepalanya.

"Sampai kapanpun gue selalu ada buat lo," Alisya mengangguk mendengar jawaban Elma, ia menarik nafas nya terlebih dahulu sebelum bertanya.

"L-lo gak pernah nyuruh senja buat bunuh Sasya kan El?" pertanyaan Alisya membuat Elma tertegun, ia terus diam tak menjawab pertanyaan yang Alisya lontarkan.

"JAWAB GUE EL!" teriak Alisya sambil menggoncang tubuh Elma. Satu air mata lolos dari mata mereka berdua.

"Lo nggak akan pernah ngelakuin itu kan?" tanya Alisya sambil terus menggoncang tubuhnya. Elma yang semula menunduk, kini ia menatap Alisya dengan penuh penyesalan.

"Maafin gue Sya," pinta Elma sambil menangis.

"Jawab 'enggak' El, gue mohon." pertahanan Alisya runtuh begitu saja.

"Maaf," ucap Elma untuk kedua kalinya membuat Alisya berjalan mundur menjauhinya.

"Gue sadar kalo semua yang gue lakuin itu gak ada gunanya, dan gue sadar bahwa perasaan gue sama Aldino hanya obsesi, gue gak bener bener nyimpan perasaan buat dia," jelas Elma sambil terus menangis. Alisya tak percaya dengan apa yang di dengarnya ia berharap semua hanya mimpi, dan jika ia terbangun nanti semuanya kembali baik baik saja.

"Lo enggak pantes di sebut manusia El, lo pembunuh!" ucap Alisya membuat Elma merasakan sakit yang luar biasa di hatinya.

"Sya.. Maafin gue," Elma berjalan mendekati Alisya yang terus menjauhinya.

"Jangan pernah sebut nama gue lagi, l-lo bukan sahabat gue," bentak Alisya membuat Elma menangis sejadi jadinya, hatinya sangat sensitif mendengar ucapan dari mulut Alisya sendiri.

Disisi lain Alfio sangat khawatir tak melihat keberadaan Alisya di kelas, begitu juga dengan Dava yang tengah celingukan mencari keberadaan Elma, hidupnya terasa kurang bermakna jika belum memancing emosi Elma.

Alfio keluar dari kelas diikuti dengan tiga printilan nya, ia melihat keberadaan Alisya dari pelacak nya, tanpa Alfio ketahui Aldino sudah mengikutinya dari belakang. Sekarang mereka berjalan bergerombol menuju Rooftop membuat para kaum hawa menjerit kagum melihat ketampanan dari Alfio dan printilan nya, begitu juga tak sedikit kaum adam yang menunjukkan pesonanya saat melihat Annora berjalan dibelakang Alfio.

"Sya, plis maafin gue," Elma terus memohon pada Alisya yang sudah menatap nya dengan tatapan kecewa bercampur amarah.

"GUE GAK AKAN PERNAH MAAFIN PEMBUNUH KAYAK LO!" teriak Alisya menggelegar membuat Alfio dan yang lain terkejut mendengar ucapannya.

"Lo berhak bunuh gue sekarang Sya, lo boleh lampiasin semua dendam lo atas kematian Sasya, tapi gue mohon maafin gue." air mata Elma sudah tak ada lagi yang keluar, ia terus menangis sedari tadi membuat kepalanya terasa pusing, begitu pula dengan Alisya yang merasakan dadanya sesak mendengar kebenaran yang keluar dari mulut sahabatnya sendiri.

"Maksud lo apa El?" tanya Dava dengan tatapan kecewa, Alfio berlari menghampiri Alisya dan berusaha menenangkannya walau semua ini menyakiti hati Alfio juga. Kini semuanya telah mengetahui kebenaran yang selama ini disembunyikan.

"Maafin gue wa-waktu itu gue kalut dalam amarah, g-gu-gue benci waktu tahu Aldino nembak Sasya, ta-tapi gue sadar kalau semua itu cuma obsesi gue sama lo Al," jelas Elma membuat semua orang menatapnya kecewa, Aldino mendekati Elma dengan emosi yang bergejolak.

"Berani beraninya lo ngelakuin itu semua," Aldino mencengkram baju Elma dan hendak melayangkan pukulan, tapi tertahan oleh Gerald yang dengan cepat menarik Aldino agar menjauh.

"Pukul gue Al, kalo perlu lampiasin amarah kalian sama gue," ucap Elma dengan nada parau.

"Gue gak nyangka lo sejahat itu El," kini Gerald yang angkat bicara, sedangkan Dava hanya diam dan menatap Elma dengan penuh kekecewaan.

Tak ingin membuat dirinya terpancing emosi, Dava berlari meninggalkan Rooftop disusul oleh Annora beserta Gerald.

"Sya," panggil Elma untuk kesekian kalinya.

"Jangan pernah panggil nama gue lagi bang*sat, lo bukan siapa siapa gue!" bentak Alisya membuat Elma tersentak kaget, hatinya terasa hancur mendengar ucapan yang Alisya lontarkan.

"G-gue ja-nji gak akan pernah muncul lagi di kehidupan kalian, dan gue harap pertemanan kalian bisa kembali utuh kayak dulu," ucap Elma dengan suara gemetar, dan berusaha menetralkan nafas nya yang terasa sesak.

"Lupain kalo kita pernah jadi temen baik," lirih Elma lalu pergi meninggalkan Rooftop dan semua kekecewaan beserta amarah yang memenuhi Rooftop.

Alisya terduduk dan terus menangis tanpa henti,Alfio mengerti, Alisya sangat terpuruk mendengar semua itu, tak berbeda jauh dari nya ia juga merasa sangat terpuruk setelah menyaksikan bahwa siapapun bisa jadi seorang penjahat.

"ARRRGHHH," Aldino berteriak frustasi sambil mengacak ngacak rambutnya. Jadi semua ini terjadi gara gara Aldino sendiri, ia terlalu bodoh untuk menyadari apa yang dirasakan Elma saat itu, dan sekarang semuanya hanya tersisa penyesalan dan rasa kecewa yang nenyelimuti setiap hati.

 Jadi semua ini terjadi gara gara Aldino sendiri, ia terlalu bodoh untuk menyadari apa yang dirasakan Elma saat itu, dan sekarang semuanya hanya tersisa penyesalan dan rasa kecewa yang nenyelimuti setiap hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyeong

Vote+komen=menghargai karya author.

Bay.

Belva Sena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang