Chapter 14

79 35 16
                                    

Rasa sedih akan muncul tatkala orang yang berarti meninggalkanmu pergi.
Namun jangan biarkan dirimu menyepi. Karena itu
Bisa membuatmu lupa bahwa kamu berarti.

~Alisya Belva~

"BUNDA!" Alisya terbangun dengan keringat membasahi sekujur tubuh nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"BUNDA!" Alisya terbangun dengan keringat membasahi sekujur tubuh nya.

Dengan setengah berlari, Alisya turun kebawah untuk memastikan Alana sudah pulang.

"Bunda!" teriak nya dengan nafas terengah engah.

"Bunda dimana bi?" tanya Alisya cemas.

"Nyonya belum pulang non," jelas Ratna dengan raut wajah khawatir karena melihat Alisya dalam keadaan kacau.

Alisya menarik rambutnya frustasi.

"Sarapan dulu non," perintah Ratna ketika Alisya berada di ujung tangga.

"Nanti aja," jawab nya dan berlari menuju kamar.

"Ponsel gue dimana lagi," tanya nya sambil terus mencari nya di kamar. Alisya segera menelpon Alana setelah ponsel nya di temukan.

"Angkat dong," ucap Alisya memohon. Alisya tak menyerah begitu saja. Ia mencoba menghubungi Lutfhi, tapi nihil sudah lebih dari 10 kali Alisya menelpon mereka sama sekali tak mengangkat nya.

"Kalian kenapa sih gak angkat telepon nya," ucap Alisya frustasi.

***

"Sudah lebih dari sepuluh kali dia menghubungi ponsel ini," ucap nya cemas.

"Tenang saja saya akan atur semuanya," jawab lawan bicara di hadapan nya.

"sampai kapan kita terus begini?" tanya wanita itu frustasi.

"Kita terpaksa melakukan ini," ucap pria di hadapan nya dingin.

"Tapi-"

"Cukup! Keluar dari ruangan ini,saya ingin istirahat," pria itu memotong ucapan wanita di hadapannya.

"Saya harap kamu tidak akan menyesal suatu hari nanti. Kebohongan ini pasti akan membekas di hatinya," ucap wanita itu sebelum benar benar pergi meninggalkan ruangan.

Pria itu hanya menarik nafas panjang dan memijat pangkal hidung nya mendengar ucapan wanita itu.

"Kamu benar," ucap nya pelan.

***

Sekarang Alisya tengah berada di pinggir danau. Tempat favoritnya selama setahun bersama Alana.

"Kalian kapan pulang?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Alisya.

"Lisya sendirian disini," ucap nya sambil melempar batu yang ada di dekatnya.

"Lo gak sendirian," tiba tiba seseorang duduk di samping Alisya.

"Tahu apa lo?" tanya Alisya sambil terus melemparkan batu ke danau.

Alfio tak menghiraukan ucapan Alisya. Ia terus memandangi danau di hadapannya.

Tiba tiba Alfio mendekat dan menepuk pundak nya isyarat untuk Alisya bersandar.

"Kesambet lo?" tanya Alisya heran. Lagi lagi Alfio tak menghiraukan ucapan Alisya dan pandangan nya lurus kedepan.

Dengan sedikit terpaksa Alisya bersandar di bahu tegap Alfio. Sapuan angin yang menerpa wajah nya membuat Alisya mengantuk.

"Sya," panggil Alfio ketika Alisya sama sekali tak bergerak.

Setelah Alfio mengalihkan pandangan nya, netra nya menangkap Alisya yang sedang tertidur lelap di bahunya.

Beruntung nya Alfio kesini dengan mengendarai mobil. Jadi mudah untuk mengantar Alisya yang tertidur lelap untuk pulang.

Dengan sedikit kesulitan, Alfio menyelipkan tangan nya diantara tengkuk dan paha Alisya.

Selama di perjalanan Alfio tak henti hentinya memandang wajah indah Alisya. Hati nya terus berdebar kecang ketika kepala Alisya bersandar di bahunya.

"Ekhem," Alfio berusaha menetralkan jantung nya yang berdebar kencang. Hal itu membuat Alisya terusik dari bangun nya.

"HOAMM gue dimana?" tanya Alisya setengah sadar.

"Kok lo ada disini?" tanya Alisya ketika netra nya menangkap sosok Alfio.

"Bego," ucap nya yang berhasil menohok hati Alisya.

"Emang," ucap Alisya terlanjur kesal.

"Bagus deh."

Alisya tak menghiraukan ucapan Alfio dan mengalihkan pandangan nya ke luar jendela.

Tanpa Alisya bisa tahan air matanya mengalir begitu saja. Ia tak bisa menyangkal bahwa rindu kepada orang tuanya.

Alfio yang menyadari itupun hanya bisa memandang nya dari samping tanpa berkata apa apa.

Mobil Alfio berhenti tepat di depan pagar rumah bergaya minimalis.

"Sorry," ucap nya saat turun dari mobil.

Alisya yang masih kesal pun hanya mengangguk sambil mengalihkan pandangan nya dari Alfio. Walaupun Alisya menangis bukan karna Alfio tapi tetap saja ia kesal pada manusia di hadapan nya ini.

Tanpa berkata apa apa Alisya masuk meninggal kan Alfio yang bersandar di mobil nya.

Alfio yang melihat itupun hanya menari nafas pelan dengan wajah sendu.

"Maafin gue," ucap nya pelan sebelum meninggalkan halaman rumah Alisya. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Belva Sena [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang