AL POV
"Apa tugasmu sudah selesai?
"Sudah tuan, semua sesuai seperti yang tuan minta. Kita tinggal menunggu saja.
"Surat perjanjian yang aku minta sudah kau buat?
" Sudah juga tuan, hanya tinggal menempel matrai.
"Kau bisa pergi, selesaikan matrai itu dan langsung berikan padaku.
"Baik tuan.
Aku tersenyum puas setelah kepergian Tirta, dia orang kepercayaanku yang selalu bisa aku aku andalkan, aku tidak main-main dengan perkataanku. Dia akan aku temukan dengan caraku, walaupun ini ide yang sedikit gila. Aku memasukkan benda itu ke media, sebuah kalung bermata satu yang mungkin akan dicari oleh pemiliknya, 14 tahun yang lalu kalung ini menghiasi leher anak itu dan kemarin untuk pertemuan kedua setelah 14 tahun dia masih memakai kalungnya, bukankah itu tanda bahwa kalung ini sangat berarti untuknya. Setidaknya itulah pendapatku. Ya aku tau resiko setelah aku memasukkan berita ini ke media, akan banyak pemberitaan tentangku. Aku tidak perduli, aku hanya ingin akses yang lebih untuk memilikinya, hanya itu. Kalau kalian bertanya kenapa aku menginginkannya padahal dia tidak mengenalku sama sekali, jujur aku tidak tau. Gila bukan jika seorang pria yang bisa mendapatkan gadis mana pun malah menginginkan orang yang tidak mengenalinya sama sekali.
Tok tok tok
"Masuk.... dan duduklah !!!," perintahku pada sekertarisku yang baru saja aku minta keruanganku.
"Akan ada seseorang yang akan bekerja disini, dan aku mau dia ditempatkan diruangan ini, jadi aku minta kau untuk merapikan ruangan ini dan urus semuanya mulai dari meja, kursi dan yang lainnya, buatlah serapi mungkin, kau mengerti?, aku mau besok semua sudah beres.
Mungkin jika ada yang mengatakan aku adalah boss gila, aku tidak akan marah. Boss mana yang membiarkan ada orang lain diruangannya, bahkan berbagi ruangan dengan staff baru, aku membiarkan sekertarisku itu keluar dari ruanganku, bukannya aku tidak tau kalau dia begitu terkejut dengan perintahku, but who am i?, aku boss disini dan semua keputusan ada ditanganku.
*******
YUKI POV
Hari ini aku bangun kesiangan, ntah lah mungkin sekarang sangat berantakan, ditambah lagi dengan kamarku yang... aku tercekat kamarku bersih bahkan tidak ada sedikitpun barang yang berserakan, padahal tadi malam aku sudah sangat menghancurkannya. Aku tau pasti kak Tasya, huh harusnya aku yang membereskannya bukan kak Tasya, adik ipar macam apa aku ini.
Aku sudah memutuskan untuk off mencari kerja, bahkan aku sudah tidak punya semangat sama sekali, dua bulan sudah cukuplah dan aku lelah. Mungkin harus ke Indonesia dulu baru aku bisa kerja dikantoran, kalau di Singapore siap-siap aja kerja jadi pelayan.
Dengan malas aku mengambil remote tv dan menekan tombol on yang langsung menampilkan acara ntah apa lah. Karena sejujurnya aku hanya menghidupkannya dan memejamkan mataku, anggap saja sebagai teman yang lagi baca dongeng untukku.
"Kenapa bapak memilih memberitakan kalung itu pak?, apa bapak mengenal pemiliknya?
"Saya tidak mengenalnya, kalau kenal untuk apa saya buat pemberitaan ini.
"Jadi dimana bapak menemukan kalung itu ?
Kalung?, ada yang heboh memberitakan tentang kalung, dasar gila kalau aku jadi dia udah aku jual deh, gumamku dalam hati, aku membuka mataku perlahan, penasaran juga jadinya.
Huaaa aku melihatnya, dia kan yang aku tabrak kemaren, walaupun aku marah-marah, sebenernya aku tau sih aku salah, tapi dia juga salah, sebagai lelaki harusnya ada insting menolong kek atau minta maaf gitu. Mataku membulat sempurna, bahkan jika bola mataku bisa lepas ntah sudah terdampar dimana. Lelaki itu memegang kalungku, iya itu kalungku. SIAL aku malah berinsting untuk menjualnya huh.
"Jika ada yang merasa mempunyai kalung ini dan merasa kalung ini masih berharga, silahkan datang kekantor, saya tunggu selama 24 jam, jika tidak ada maka kalung ini menjadi hak saya.
Apa?, menjadi hak nya, itu tidak akan terjadi. Enak saja dia, main ambil hak milik aja. Aku bergegas ke kamar mandi, ya aku akan bersiap-siap dan menemuinya. Untuk satu tujuan mengambil kalungku.
Aku bergerak cepat, memakai baju kaos rumahan dan celana ponggol, setelahnya jangan ditanya, aku langsung berlari menuruni tangga dan kulihat kak Tasya yang kaget dengan tingkahku, segera saja ku kecup pipinya sekilas.
"Kak Yuki pergi dulu ya, gak lama kok,"teriakku. Mungkin saat ini kak Tasya lagi geleng-geleng kepala dengan tingkahku, hahaha yang jelas aku senang kalungku kembali.
********
Sekarang disinilah aku didepan gerbang kantor yang pernah aku datangi untuk... ah sudahlah kalian pasti tahu untuk apa. Huh kenapa disini seperti pajak, mereka ini mau ngapain sih, rame banget.
"Pak aku yang punya kalung itu...
"Aku yang punya pak, jadi biarkan aku masuk...
"Pak kalau bapak gak percaya ayo kita masuk....
Astaga aku baru sadar, ternyata mereka semua datang kesini untuk mengakui kalungku, oh shit kenapa jadi gini sih, sejenak perasaan takut muncul dibenakku, jika aku datang apa mereka akan percaya kalau itu kalungku, sedangkan punya bukti juga enggak. Ku buang jauh-jauh rasa takutku, aku gak perduli yang jelas itu kalungku harus kembali ke yang empunya.
"Itu kalungku, kenapa kalian semua mengaku-ngaku.
Jlebb... rasa menyesal muncul dikepalaku, ternyata teriakanku begitu keras, lihat saja semua orang melihatku. Uhh aku malu.
Dan seorang satpam datang menghampiriku dan tersenyum sopan.
"Mari nona, anda sudah ditunggu pak Al diruangannya.
Aku mengangguk mengikuti satpam yang kini berjalan didepanku. Aku tidak perduli dengan tatapan mereka semua yang memandangku dengan berbagai ekspresi. Masa bodoh lah, yang jelas aku kesini dengan kejujuran kok.
Sekarang aku sudah berada didalam lift menuju ruangan yang disebut satpam yang tadi menjemputku didepan pintu gerbang. Aku tersenyum sendiri, ternyata kebodohanku tadi bisa membawa keberuntungan hihihi, buktinya aku tidak perlu berebut pintu sama wanita-wanita tadi, eh malah dijemput. Hari ini dewi fortuna beraa dipihakku. Pintu lift terbuka. Diam-diam aku mengagumi kemewahan kantor ini, begitu besar, elegant dan berkelas, keren.
"Mbak yang kehilangan kalung ya?
Seorang perempuan berparas cantik menghampiriku. Segera saja aku mengangguk dan mengikutinya. Masuk saja mbak, sudah ditunggu dari tadi.
**********
AL POV
"Permisi...
Aku sudah bilang kan bahwa aku akan menemukan dia dengan caraku, sejenak aku terpaku, dia kini berada diruanganku. Aku tau dia risih dengan aku yang tak berhenti menatapnya sedari awal kedatangannya hingga sekarang dia duduk dihadapanku. Apa-apaan dia, datang ke kantor dengan kaos dan celana ponggolnya itu, bahkan tidak ada tas atau dompet untuk sekedar menghiasi tangannya, bukankah wanita seperti itu. Aku kesal, apa dia tidak tau bahwa dia memasuki kantorku, seharusnya dia bisa lebih girly bukan.
"Saya berani bersumpah bahwa kalung itu milik saya, dan jika anda tidak percaya saya bisa buktikan.
Rasa keasalku hilang entah kemana digantikan senyuman yang telah aku ukir dibibirku. Wanita ini menatapku heran, aku tau dia berusaha meyakinkan aku kalau itu adalah kalungnya, yang tanpa dia bersumpah pun aku sudah tau.
"Hei bicaralah, jika kau tidak mau bicara cepat kembalikan saja kalungku, aku tidak biasa ditatap seperti itu dengan lelaki sepertimu.
Senyumku memudar "lelaki sepertiku",emang aku kenapa. Dasar perempuan aneh batinku.
"Aku menawarimu pekerjaan dikantorku, jika kau setuju silahkan tanda tangan disini, jika tidak silahkan pergi, dan aku tidak memberimu waktu untuk berfikir. Ucapku tenang.
"Hah kau serius?
Diluar dugaanku, aku kira dia akan marah tetapi dia terlihat begitu senang, aku tau dia sedang butuh pekerjaan, tapi apa segampang inikah dia menerimanya.
"Apa kau selalu gampang menerima tawaran orang lain?,"pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulutku, wajah yang tadi merekah dengan senyumnya kini terdiam menahan amarah. Damn aku salah mengucapkan kata-kata.
"Kembalikan kalungku," ucapnya datar. Kenapa dia tidak bisa menahan amarahnya padaku, selama aku dekat dengan kaum wanita tidak pernah ada yang marah padaku, bahkan mengomeliku saja baru dia yang melakukannya, dan aku bukan tipe pria yang suka membujuk wanita. Walaupun aku sering melakukan ataupun mengucapkan kesalahan, seperti saat ini. Apapun yang terjadi semua harus berhasil tidak ada kata gagal.
"Kembalikan kalungku," ucapnya sekali lagi, masih ada kemarahan disana.
"Aku akan mengembalikannya kalau kau bersedia tanda tangani surat ini, jika tidak aku tidak akan mengembalikannya.
Ya satu poin yang mungkin bisa membuatnya menyetujui permintaanku. Dan aku rasa aku berhasil, dengan keterpaksaan yang sama sekali tidak disembunyikannya, dia mengambil pulpen dan langsung menandatanganinya tanpa membaca.
"Dasar ceroboh.