AL POV
"Ada apa?", tanyaku tepat saat Yuki menutup teleponnya. Wajahnya pucat pasi, pasti sesuatu terjadi.
"Al mau kah kau mengantarkanku kebandara?, kak Alan berangkat hari ini...
Astaga Yuki kenapa masih bertanya mau atau tidak, harusnya dia langsung memintaku untuk mengantarnya, disaat genting seperti ini pun kau masih saja menanyakan kesediaanku. Kau membuatku terpana sweetheart.
"Ayo cepat, aku akan mengantarkanmu sekarang.
Yuki melompat cepat dari pangkuanku.
"Kau ini hati hati lah, kau bisa menyakiti bagian sensitifku", kataku pura pura kesal. Wajah Yuki memerah segera saja aku mengambil kesempatan dan mencium pipinya sekilas, lalu berjalan meninggalkannya.
"Al berhenti menciumkuuuu....", teriaknya mengejar langkahku.
Kami segera masuk kemobilku. Aku tidak membuang waktu, aku menyetir secepat yang aku bisa, dan Yuki hanya ngomel ketakutan. Uh kenapa wanita hanya bisa mengeluarkan ketakutan mereka. Tau kah dia ini semua dilakukan untuk kepentingan mereka juga. Bukankah kami harus cepat sampai bandara.
Kami sampai ke bandara dalam waktu setengah jam, maklum saja rumahku tidak terlalu dekat dengan bandara. Siapa yang mau diganggu dengan kebisingan pesawat bukan. Yuki segera turun dari mobil, berlari kecil meninggalkanku yang harus memarkirkan mobil ini terlebih dahulu.
"Dasar kau....., tidak bisa kah dia berbasa basi dulu padaku sebelum turun, dia pikir aku supirnya, SIAL", umpatku kesal.************
Aku mendapati kak Alan dan dua keponakanku berada didepan tempat pembelian tiket. Segera saja aku berlari menyusul mereka.
"Hei kau kelihatan cantik hari ini", kak Alan membuka suara saat aku sudah menggapai mereka.
"Kakak kenapa tidak memberitahuku akan pulang hari ini?", tanyaku kesal.
"Mendadak sayang, baru saja bertemu kenapa malah ngomel....
Kak Alan tertawa sumbang. Aku mencari cari kenapa Risa tidak ada disini, bukankah ini sudah waktunya pulang kerja apa dia tidak tau kak Alan berangkat sekarang.
"Risa lagi sibuk, jadi tidak datang...
Seakan tau fikiranku kak Alan langsung menjawabnya.
"Hei Rio Rosi ada apa dengan kalian?, kenapa wajahnya ditekuk seperti itu.....", tanyaku pada kedua keponakanku yang tampak tidak bersemangat.
Bukannya menjawab Rio dan Rosi memelukku erat. Mereka menangis bersamaan. Aku menumpukan kedua lutut ku di lantai agar bisa memandang jelas wajah mereka. Mereka belum mengerti apa pun yang terjadi pada orang tua mereka. Kehancuran kak Alan dan penghianatan Tasya. Ya Tuhan sungguh malang nasib kedua keponakanku ini.
"Kalian kenapa?", kangen sama mommy ?", tanyaku menahan tangis.
Sejak saat itu kak Tasya tidak pernah menghubungi mereka, apa dia tidak ingin mendengar suara anaknya, sekedar tau kabar saja juga tidak, beginikah sosok wanita yang dulu sangat aku kagumi, dia tega menelantarkan darah dagingnya sendiri. Aku menggeram marah.
Rio dan Rosi menggeleng sempurna, astaga mereka tidak rindu ibu mereka.
"Tidak usah terkejut Yuki, selama ini Tasya tidak pernah mengurus mereka, menitipkan mereka ditempat bermain dan sibuj dengan kekasih gelapnya, aku saja yang bodoh tidak menyadari hal itu sama sekali.....", kata kak Alan pelan. Jelas sekali dia merasa sebagai ayah yang gagal untuk kedua anaknya.
"Sudah lah kak, ini semua bukan salah kakak, ini takdir, akan ada hikmah dibalik pristiwa ini walau pun kita tidak tau kapan hikmah itu datang", kataku nyengir.
Tiba tiba aku merasakan rambutku yang diacak acak dengan lembut.
"Sejak kapan kau pandai berbicara nona....
Uhhh ternyata Al, dia merusak rambutku.
"Jadi kau pulang sekarang?
"Seperti yang kau lihat Al, aku sudah membeli tiket", jawab kak Alan tersenyum sambil memainkan tiket ditangannya.
Loh berani sekali Al berbicara dengan kak Alan, kenapa juga kak Alan baik gitu, biasa juga galak, apa lagi kalau sama cowok, protective nya tingkat tinggi.
"Hei itu tante Risa....", teriak Rio.
Ih ini anak tadi mewek, sekarang lihat Risa jadi semangat 45, dasar anak kecil. Risa mendekati kami, menyambut Rio dan Rosi yang berlari memeluknya.
"Hei Risa dari mana saja kau, aku kira kau tidak datang", kataku.
Risa menoleh padaku dan memberikan senyumnya, ada rasa canggung dari sikapnya. Eh tunggu..., aku melihat kak Alan, dia juga terlihat canggung. Ada sesuatu terjadi pada mereka. Risa sama sekali tidak melihat kak Alan, sebisa mungkin dia mengalihkan pandangannya.
"Al aku ingin membicarakan sesuatu padamu, ikut aku!", perintah kak Alan.
Kak Alan dan Al berjalan menjauhi kami, sebenarnya aku penasaran dengan apa yang akan mereka bicarakan, ingin tau tapi mana berani aku menyusul mereka.
Aku mengalihkan pandanganku pada Risa, dia juga tidak mau menatapku, tuh kan malah sok fokus sama Rio Rosi, sebenarnya ada apa sama mereka.
"Tante akan sering menghubungi kami kan?", tanya Rosi dengan wajah memelasnya.
"Iya sayangg,tante akan sering menghubungi kaliannnnn", jawab Risa lembut.
"Tante Yuki gendonggg.....
Rosi datang padaku dengan mengulurkan kedua tangannya, dengan senang hati ku sambut tangan mungil itu. Rosi menciumi pipiku, tidak hanya sekali tapi berkali kali.
"Hai sayang kenapa menciumiku?", tanyaku tersenyum geli. Rosi tersipu maluu....
"Hahaha tante Rosi memang suka seperti itu ke deddy, mommy saja yang tidak mau kami cium", jawab Rio pelan. Ada kesedihan yang tersirat, mereka pasti merindukan sosok ibu nya, walau oun Tasya bukan ibu yang baik, dia sungguh tega.
"Kau boleh mencium tante kalau kau mau", Risa tersenyum.
"Benarkah ?",tanya Rio dengan wajah berbinar.
Risa mengangguk pasti. Tanpa babibu Rio segera mencium pipi Risa kanan dan kiri. "Terima kasih... Risa, kehadiranmu memberi sedikit cahaya dikehidupan kami yang sempat hancur.......", kataku dalam hati.
**********
Aku menatapi wallpaper hp yang baru saja aku ganti. Ntah kenapa aku suka dengan gambar ini, Yuki yang seperti anak kecil memecahkan balon balon. Wajah nya tampak cerah, begitu bahagia. Wajah ini menenangkan ku, seperti obat yang bisa menghilangkan rasa sesak didadaku.
Saat ini aku belum juga bisa tidur, padahal sudah dini hari, aku mengingat perkataan Alan di bandara tadi.
"Al aku percayakan dia padamu, jaga dia seperti kau menjaga dirimu sendiri. Selama ini, aku sulit untuk mempercayakan dia pada lelaki manapun. Aku tidak tau kenapa aku mempercayakannya padamu, mungkin keberanianmu memintanya langsung padaku membuat kepercayaan itu hadir, tapi kalau kau menyakitinya jangan harap aku tidak akan membalasnya. Aku akan mencarimu dan menyakitimu lebih dari rasa sakit yang Yuki rasakan".
Aku tau Alan tidak main-main. Aku bisa lihat kasih sayang Alan begitu besar terhadap adiknya yang menyebalkan itu. Apa Yuki sudah tidur sekarang?, bagaimanapun dia yang paling bersedih saat ini, kakak yang paling dia cintai sudah tidak bersamanya dan bisa menjaganya lagi. Baru ingin menelponnya tapi aku urungkan. Uh aku tidak ingin terkesan begitu peduli padanya, bisa bisa dia besar kepala nanti.